Bangsa Pemaaf atau Pelupa?

author optikaid

- Pewarta

Sabtu, 19 Feb 2022 02:50 WIB

Bangsa Pemaaf atau Pelupa?

i

BANGSA PEMAAF (ATAU PELUPA?)

[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="300"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]

Pada tanggal 18 Februari 2022 lalu saya menyaksikan berita stasiun TV Al Jazeera bahasa Inggirs tentang Perdana Menteri Belanda Mark Rutte telah meminta maaf kepada Indonesia setelah sebuah penelitian membuktikan tentara Belanda menggunakan "kekerasan sistematis dan ekstrem" dalam upaya sia-sia untuk mendapatkan kembali kendali atas bekas koloninya pada akhir Perang Dunia II. Pasukan Belanda membakar desa-desa dan melakukan penahanan massal, penyiksaan dan eksekusi selama konflik 1945-49, seringkali dengan dukungan diam-diam pemerintah..

Baca Juga: Hidrogen Alternatif Bahan Bakar yang Bagus

Sebelumnya Belanda pernah meminta maaf kepada RI tapi juga hanya sebatas pada periode tahun 1945-1949 atas kasus pembunuhan tentara Belanda terhadap bangsa kita pada kasus pembantaian yang terjadi di Sulawesi Selatan, Rawa Gede, Krawang Jawa Barat. Permintaan maaf ini dilakukan Dubes Belanda untuk Indonesia Tjeerd de Zwaan di Jakarta pada bulan September 2013. Permintaan maaf itu dilakukan atas pembunuhan tanpa proses pengadilan oleh tentara Belanda. Namun pemerintah Belanda tidak minta maaf atas penjajahan di Indonesia selama ratusan tahun itu; juga negara-negara penjajah yang lainnya tidak minta maaf. Hal ini lain dengan apa yang dilakukan negara Mexiko.

Presiden Meksiko Andrea Manuel Lopez Obrador atau yang dikenal dengan sebutan AMLO pada konferensi press di Istana Nasional Meksiko tanggal 26 Maret 2019 mengatakan bahwa dia sudah mengirim surat resmi ke Raja Spanyol untuk meminta kerajaan Monarki Spanyol ini mengakui dan meminta maaf atas penaklukan Meksiko. Presiden AMLO yang didamping istrinya berdiri didepan reruntuhan Piramid suku bangsa Maya di kota Tabasco Meksiko, berbicara didepan kamera mengatakan bahwa pada masa penjajahan Spanyol itu telah terjadi pembunuhan dan penjajahan; dia menyebut Penaklukan bangsa Spanyol terhadap bangsa Maya dengan pedang dan Salib, mendirikan gereja diatas reruntuhan kuil milik suku Maya, dan karena itu dia meminta negera Spanyol untuk minta maaf pada suku asli Meksiko itu.
Rakyat Meksiko pada 500 tahun peringatan hari dimana raja Mnntezuma mengundang Cortes dari Spanyol dan bala tentaranya masuk ke ibukota Aztec Tenochtitlan yang berpenduduk 200.000 dan merupakan penduduk terbesar kota metropolis pada masa itu. Meskipun raja Aztec meyambutnya dengan ramah tapi Cortes mengepung kota itu selama 75 hari menyebabkan kelaparan dimana-dimana dan Cortes secara sepihak mendirikan pusat pemerintahan penjajah di kota itu yang sekarang menjadi Mexico City.

Sejarah mencatat bahwa setelah menguasai kekaisaran Aztec, orang-orang Spanyol menguasai seluruh Meksiko dan menjajahnya dengan tangan besi tahun 1525; dan merampok kekayaan Meksiko seperti emas dan kekayaan lainnya. Penjajah Spanyol juga mengeterapkan sistem yang disebut encomieda yang memaksa pendduk asli kerja paksa menjadi budak di perkebunan-perkebunan dan tambang-tambang.

Seorang misionaris bernama Bartolome de las Casas menulis pengalamannya mengnjungi negara-negara yang dijajah Spanyol di Amerika Latin pada tahun antara 1517 dan 1540. Dibukunya Brevísima relación de la destrucción de las Indias (Catatan pendek tentang kehancuran Indies) menyaksikan kebrutalan penjajah Spanyol yang melakukan penyiksaan, pemerkosaan terhadap wanita dan mutilasi terhadap penduduk asli. The Oxford Encyclopedia of Human Rights menyebutkan penjajahan Spanyol itu merupakan genosida terbesar dalam abad modern ini.

Baca Juga: Kenali Tiga Kuliner Fermentasi Asal Asia yang Sudah Mendunia, Ada Khas Indonesia!

Indonesia juga pernah menjadi rebutan dan bagi-bagi daerah penjajahan dari negara-negara Eropa karena kekayaan Indonesia yang begitu melimpah, ada emas, ada nikel, batu bara, gas, minyak, kelapa sawit, kopi, teh, perkebunan berbagai macam tanaman, kekayaan ikan yang tidak habis-habis dsb dsb.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kita ini pernah dijajah enam negara yaitu Portugis di Maluku pada tahun 1509-1595; Spanyol menjajah Sulawesi Utara pada 1521-1682, Belanda tahun 1602-1942, Perancis secara tidak langsug menjajah pada tahun 1805-1811 karena kerajaan Belanda takluk pada Perancis masa itu, Inggris pada 1811-1816 dan Jepang menjajah negeri kita ini tahun 1942-1945. Kemudian Belanda datang lagi tahun 1949 berusaha melanggengkan penjajahannya.

Bangsa kita seperti juga bangsa-bangsa Afrika dan Amerika Latin mengalami penderitaan penjajahan yang bengis dan permpokan sumber-sumber kekayaan alam selama ratusan tahun, namun Indonesia tidak pernah meminta maaf negara-negara penjajah itu seperti yang dilakukan Meksiko.

Baca Juga: 78 Tahun Merdeka, Indonesia Masih Terseok-Seok

Saya tidak tahu jawaban atas pertanyaan - kalau pemerintah kita tidak meminta negara-negara penjajah itu untuk minta maaf atas kekejaman dan pengurasan kekayaan alam Indonesia selama ratusan tahun, (sementara presiden Meksiko menuntut maaf secara resmi penjajah Spanyol atas negaranya), apakah itu karena kita ini bangsa Pemaaf.atau Pelupa (terhadap penjajahan itu).

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU