Terobsesi Kejayaan Uni Soviet, Putin Akui Luhansk dan Donetsk

author angga kurnia putra

- Pewarta

Selasa, 22 Feb 2022 22:50 WIB

Terobsesi Kejayaan Uni Soviet, Putin Akui Luhansk dan Donetsk

i

Terobsesi Kejayaan Uni Soviet, Putin Akui Luhansk dan Donetsk

Optika.id-Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin  terobsesi mengembalikan kejayaan Uni Soviet dengan memulai perang Rusia-Ukraina. Dengan mengakui separatis di Ukraina timur, yaitu Donetsk dan Luhansk, Senin (21/2/2022).

"Saya percaya perlu mengambil keputusan yang sudah lama tertunda, untuk segera mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Lugansk," kata Putin dikutip dari AFP, Selasa (22/2/2022).

Baca Juga: KTT Ukraina Terus Mengupayakan Konsensus, Tapi...

Putin juga menuntut agar Ukraina mengakhiri operasi militer terhadap pemberontak pro-Rusia di bagian timur negara itu, atau mengancam bakal lebih banyak kemungkinan pertumpahan darah.

"Kami menuntut segera diakhirinya operasi militer," ujar Putin dengan menuduh Kiev mencoba mengatur serangan kilat di Ukraina timur.

"Jika tidak, semua tanggung jawab untuk kemungkinan kelanjutan pertumpahan darah akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab rezim yang berkuasa di Ukraina," tambahnya.

TV Rusia kemudian menunjukkan Putin menandatangani perjanjian bantuan timbal balik dan persahabatan dengan para pemimpin pemberontak di Kremlin.

Di akhir pidatonya yang panjang, Putin meminta majelis tinggi parlemen Rusia yaitu Dewan Federasi untuk mendukung keputusan ini. Baik majelis rendah dan tinggi parlemen Rusia akan memberikan suara pada pengakuan Donetsk dan Luhansk pada Selasa (22/2/2022).

Beberapa jam setelah penandatangan perjanjian Rusia-Pemberontak Donetsk dan Luhansk, Putin memerintahkan pasukan Rusia dikirim ke Donetsk dan Luhansk. 

Dekrit itu mengatakan militer Rusia akan memasuki wilayah itu atas permintaan Donetsk dan Luhansk untuk "menjaga perdamaian."

Sebelumnya Rusia sudah mencaplok wilayah Ukraina, Krimea pada 2014. Saat bersamaan dua wilayah yang dikuasai separatis pro-Rusia, Donetsk dan Luhansk juga mengumumkan kemerdekaannya.

Dalam perang ini sedikitnya 14.000 orang tewas. Namun Rusia baru mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk 21 Februari 2022.

Barat berulang kali memperingatkan Putin untuk tidak mengakui pemberontak Ukraina, karena akan melanggar perjanjian perdamaian rapuh yang mengatur konflik tersebut.

Namun, Putin mengabaikan permintaan itu. Dia berkata kepada Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz sesaat sebelum pidatonya disiarkan bahwa dia akan mengakui Luhansk dan Donetsk.

Baca Juga: Rusia: Ukraina Kembali Serang dengan Drone dan Rudal

Putin berbicara selama lebih dari satu jam dalam pidato sarat dengan referensi sejarah yang mempertanyakan hak Ukraina atas kedaulatan, dan menuduh Barat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk menipu Moskwa.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tampak sangat marah, Putin turut berujar bahwa Ukraina harus disebut "Ukraina dari Vladimir Ilyich Lenin", dan negara itu berutang atas terciptanya wilayah tersebut kepada revolusioner Rusia

Putin lalu menuduh Kiev melancarkan genosida di Ukraina timur dan bersiap menguasai persenjataan nuklir.

Dia berkata, Barat meludahi masalah keamanan Rusia selama bertahun-tahun dengan memindahkan NATO ke timur dan menempatkan infrastruktur militer lebih dekat ke perbatasan Rusia.

Vladimir Putin menyebut Barat sedang mencoba memeras Rusia, terlepas dari situasi di Ukraina.

Donetsk dan Luhansk merupakan daerah yang bukan sembarangan. Donetsk, dikelilingi oleh tumpukan terak, adalah kota utama di cekungan pertambangan Donbass.

Dulu bernama Stalino, itu adalah pusat industri  yang didominasi oleh pertambangan. Ini juga merupakan salah satu pusat penghasil baja utama di Ukraina.

Baca Juga: Sekjen PBB Mengecam Serangan Rusia yang Menewaskan 40 Warga Ukraina

Donetsk memiliki dua juta penduduk.

Luhansk, sebelumnya bernama Voroshilovgrad, juga merupakan kota industri berpenduduk 1,5 juta jiwa. Luhansk berada di cekungan, di perbatasan dengan Rusia di tepi utara Laut Hitam, tempat cadangan batu bara yang besar.

Kehadiran penutur bahasa Rusia muncul karena banyak pekerja Rusia dikirim ke sana setelah Perang Dunia II selama era Soviet.

Reporter: Angga Kurnia Putra

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU