Optika.id, Surabaya - PC Muhammadiyah Surabaya menggelar kajian rutin "Ngaji Reboan" pada Rabu 23 Februari 2022 di Masjid Dakwah Surabaya.
Kali ini DR. KH. Mahsun Jayadi yang menjadi pemateri membahas tentang "Lima Dasar Ruhiyah Sebagai Seorang Pemimpin". Hal ini didasari oleh ketika Nabi Muhammad SAW pertama kali berdakwah harus dihadapkan dengan ketidaktahuan masyarakat di Arab pada waktu itu, atau yang biasa disebut dengan zaman jahiliyyah.
Baca Juga: Ngaji Reboan: Membangun Ketahanan Keluarga dalam Aspek Ekonomi
"Sebagaimana kita maklumi bahwa Nabi Muhammad SAW di awal dakwahnya, harus membaca secara seksama peta keadaan masyarakat sebagai objek dakwah. Bahwa masyarakat Arab pada waktu itu, dikenal dengan sebutan zaman jahiliyyah, yaitu zaman yang diliputi dengan kebodohan," kata Mahsun Jayadi, Rabu (23/2/2022) malam.
Lebih lanjut ia menambahkan, ada tiga hal yang meliputi soal kebodohan dalam zaman jahiliyyah pada waktu itu.
"Bodoh disini bukan karena buta huruf atau tidak berbudaya, akan tetapi hakekat kebodohan mereka adalah pertama bodoh dalam hal mengenal Allah, kedua bodoh dalam hal ubudiyyah atau peribadatan kepada allah, ketiga bodoh terhadap hukum Allah. Jadi karena pengenalannya kepada Allah SWT telah salah atau keliru, maka cara beribadahnya juga menjadi keliru pula. Dan akhirnya tidak mengenal hukum Allah SWT," sambungnya.
Menurutnya dengan melihat dan membaca peta dakwah tersebut, maka Rasulullah SAW harus menyiapkan diri dengan sejumlah bekal dakwah berdasarkan wahyu dan petunjuk Allah SWT.
"Kita dapat melihat cara Rasulullah dalam menyikapi hal tersebut, dengan bergantung pada petunjuk yang ditetapkan oleh Allah SWT. Hal ini bisa kita ketahui dari ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad SAW pada tahap kedua yakni Surat Al-Muddatsir ayat 1-7," terangnya.
Baca Juga: Ngaji Reboan: Mengasah Ketajaman Spiritual dalam Beragama
Ia menjelaskan pada ayat ini ada nilai penting yang harus dipahami yakni mengenai karakter saat berinteraksi sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Pada ayat-ayat ini terdapat sejumlah poin karakter yang menjadi bekal dalam berinteraksi sosial. Tentu saja bekal ruhiyah ini harus kita miliki pula agar kita bisa berinteraksi sosial ditengah masyarakat secara baik dan benar," jelasnya.
Wahyu salah seorang jamaah yang hadir mengungkapkan dapat memetik pelajaran penting dan meneladani Nabi Muhammad SAW dalam berinteraksi sosial.
"Saya jadi tahu bagaimana Rasulullah saat berdakwah ditengah orang yang bodoh. Dan yang paling penting sifat-sifat Rasulullah yang bisa saya teladani," kata remaja berusia 14 tahun tersebut.
Baca Juga: Mengasah Ketajaman Spiritual (Dalam Rangka Menyehatkan Ruhaniah dan Kehalusan Jiwa)
Reporter: Denny Setiawan
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi