[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="300"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]
Ambon sebagai ibu kota Pulau Maluku di Indonesia timur, adalah salah satu Kepulauan Maluku pertama yang diduduki oleh Portugis. Ini adalah salah satu tempat menarik di negara ini serta salah satu kota terbesar di Indonesia timur. Ambon Itu dibangun di lereng bukit yang menghadap ke teluk dan dikelilingi oleh laut biru yang indah. Ada banyak situs menarik dilihat dari perspektif kepentingan sejarah dan budaya seperti benteng tua yang dibangun oleh Belanda selama periode kolonial, Pemakaman Perang ANZAC di mana orang-orang Australia, Amerika dan Selandia Baru memperingati tentara Sekutu yang meninggal di daerah tersebut selama Perang Dunia Kedua. Ambon juga merupakan tempat untuk perlombaan kapal pesiar tahunan antara Darwin Australia dan Ambon
Baca Juga: Menelusuri Jejak Sisi Lain Kota Kediri
Namun, selain situs yang menarik tersebut, pengunjung tidak boleh lupa untuk mengunjungi Perpustakaan Rumphius yang terletak di kompleks Paroki Santo Fransiskus Xaverius di Katedral Ambon. Adalah Monsinyur (Mgr) Andreas Petrus Cornelis Sol yang mengelola Perpustakaan dibantu oleh stafnya. Saya pernah bertemu Mgr. Andreas Sol lebih dari 15 tahun lalu ketika beliau berusia lebih dari 95 tahun, beliau adalah mantan Keuskupan Amboina selama 30 tahun (1964-1994) dan lahir di Amsterdam, Belanda pada tahun 1915 dan masih aktif dalam mengelola Perpustakaan. Tepat pada hari Kamis Putih, 24 Maret 2016, Mgr. Sol mulai mengalami sesak napas hingga akhirnya Mgr. Sol wafat pada pagi hari menjelang Vigili Paskah, 26 Maret 2016 dalam usia 100 tahun pukul 07.20 WIT di Rumah Sakit Tentara Ambon, Maluku.
Perpusatakaan yang saya maksud ini dinamai Georg Everardus Rumphius, seorang naturalis Jerman yang lahir di Wolfersheim, Jerman pada tahun 1627 dan meninggal di Ambon pada tahun 1702.
Baca Juga: Wisata Perahu Kalimas Jadi Destinasi Andalan Libur Lebaran di Surabaya
Bagi para pencinta buku buku-buku lama, Rumphius adalah tempat yang tepat untuk dilihat karena memiliki koleksi buku-buku lama yang bagus terutama buku-buku tentang sejarah Maluku dan Kepulauan sekitarnya. Buku-buku tertua di perpustakaan adalah tujuh karya Francois Velentijn, dua di antaranya berjudul "Beschryving van Amboina (1724) ", dan" Omstanding Verhaal van de Geschiednisses dan juga "D'Amboinsche Rariteitkamer" oleh Georg Everhard Rumphius dan "herbarium Amboinense (1741). Di dalamnya juga menarik bahwa perpustakaan memiliki koleksi lengkap "National Geographic" dari tahun 1914 hingga saat ini, dan cetak ulang "Hikayat Tanah Hiu" yang terkenal (Chronicles of Hiu Land) oleh Imam Rijali. Perpustakaan Rumphius ini juga memiliki .7.000 eksemplar buku, sebanyak 4.000 adalah buku non fiksi,majalah, peta, video dan VCD
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengunjung yang datang ke perpustakaan berasal dari berbagai latar belakang dan dari berbagai negara seperti Belanda, Amerika Serikat, Australia, Jerman dan Italia. Jadi jika kita ingin berkenalan dengan Maluku, maka kunjungi Perpustakaan Rumphius. Buka dari pukul 09:00 sampai 12:00 tengah hari.
Baca Juga: Menteri KKP Ajak Pemda Kembangkan Potensi Wisata Bahari Pulau Lusi
Editor : Pahlevi