Optika.id. Surabaya. Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PAN di Jakarta Selatan, Selasa (31/8/2021) Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (Ketum DPP PAN) menguraikan apa saja yang dibicarakan partai koalisi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pertemuan di Istana Negara, Jakarta, Rabu 25 Agustus 2021. Di samping membicarakan tentang pandemi Covid 19, perkembangan perekonomian, dan isyarat amandemen, Zulkifli Hassan (Zulhas) menyatakan PAN telah masuk menjadi koalisi Pemerintahan Jokowi.
Menurut Muhammad Arif Affandi, dosen Universitas Negeri Surabaya (UNESA), justru langkah blunder bagi PAN. Masuknya PAN ke koalisi pemerintah bukan membanggakan justru problem bagi PAN, katanya kepada Optika.id lewat telpon, Jumat (3/9/2021).
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Sentimen negatif sedang merebak terhadap kinerja Jokowi. Hal ini berkorelasi dengan persepsi masyarakat terhadap partai koalisi pemerintah. PAN semakin susah mengembangkan citra dirinya di mata masyarakat, urai peneliti senior Pusat Studi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (PuSDeHam).
Sebaliknya partai oposisi justru lebih gampang memperoleh simpati dari masyarakat. Lihat saja PKS dan PD cenderung positif elektabilitasnya. Sebaliknya parpol koalisi mengalami sentimen negatif, ujar dosen Pengantar Ilmu Politik di UNESA itu.
Baca Juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!
Sejak PAN diundang Jokowi ke Istana Negara dan dinyatakan sebagai bagian dari partai politik (parpol) koalisi disambut hangat oleh para pengurus PAN. Bahkan Zulhas (sapaan Zulkifli Hassan) pun mulai sering membicarakan masuknya PAN ke dalam koalsi Jokowi. Bahkan teranyar, Zulhas secara berani menyatakan perlunya amandemen Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Padahal sebelum diundang Jokowi Zulhas sendiri menyatakan tidak mungkin ada amandemen UUD 1945.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Affandi, problem kedua adalah munculnya Partai Ummat (PU) yang dimotori Amien Rais, ungkapnya dengan lugas.
Pemilih PAN dan PU relatif sama. Mereka banyak mengambil dari komunitas Muhammadiyah. PAN sampai hari ini belum mampu menjaring dari komunitas lain di luar Muhammadiyah. Kalua toh ada sangat sedikit, Cenderung menipis dukungan itu, katanya lebih detil.
Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Figur Amien Rais masih kuat di mata orang Muhammadiyah di daerah.. Apalagi dengan perilaku politik masyarakat terbelah seperti saat ini,urainya lagi. Sangat besar kemungkinanya PAN tidak lolos parliament threshold. Begitu juga PU. Bisa sampyuh 2 parpol itu, simpulan Affandi. (Aribowo)
Editor : Pahlevi