Cha Guan Sekul

author optikaid

- Pewarta

Senin, 25 Apr 2022 18:53 WIB

Cha Guan Sekul

i

Fathan Sembiring

[caption id="attachment_9445" align="alignnone" width="150"] Prof. Ir. Daniel Mohammad Rosyid, M.Phil., Ph.D., MRINA[/caption]

Novi Basuki dalam _YouTube series_ *Cha Guan* bersama Fathan Sembiring kini menjadi _personal duo_ penyambung lidah China yang sangat fasih. Keduanya berusaha meyakinkan bahwa China layak dijadikan sekutu. Keduanya juga fasih mengutip hadits dan Qur'an serta hasanah Islam lainnya. Bahkan keduanya mencoba meyakinkan audiens muslim Indonesia, bahwa dalam banyak sisi, China lebih islamy daripada Indonesia.

Baca Juga: Mengenal Zionisme dan Hubungan Erat dengan Israel

Seperti saya 45 tahun silam menjadi pengagum AS dan Barat, kedua anak muda itu kini menjadi pengagum China. Dalam tubuh saya sendiri mengalir darah China dari seorang perempuan China di zaman Diponegoro. Perang dingin membuat citra China buruk di Indonesia, apalagi setelah peristiwa G30S/PKI. Kedua anak muda itu memiliki pengalaman hidup dan belajar di China cukup lama. Sementara saya hampir saja berangkat ke AS pada 1980 melalui beasiswa _American Field Service_, namun gagal. Dugaan saya, AFS sulit menemukan keluarga AS yang mau menerima saya sebagai muslim saat Islam bercitra buruk akibat peristiwa Revolusi Islam Iran.

Kini China telah bangkit sebagai raksasa ekonomi, teknologi dan militer. Fareed Zakaria bahkan sudah menskenariokan sebuah dunia baru tanpa hegemoni AS,
_a post-American World_. Apakah kita menuju ke Pax Sinaeca setelah Pax Americana surut ? Hanya waktu yang akan menentukan. Setelah Perang Dunia I dan revolusi Bolshevyk berhasil memberi pukulan terakhir atas kekhalifahan Turki Otoman, dunia telah jatuh ke hegemoni Inggris _as an unfinished bussiness_. Perang Dunia II menuntaskan urusan yang belum selesai ini dengan kebangkitan Pax Americana beserta seluruh paketnya : PBB, IMF, WB sebagai satu *Tata Dunia Baru yang sekuler*. Setelah Uni Sovyet runtuh di awal 1990-an, PRC hadir di latar belakang pentas dunia hingga akhir abad 20.

Sejak Deng Xiao Ping mengambil alih kepemimpinan China, China secara berangsur berhasil membangun kekuatan ekonomi, teknologi dan militer. Bahkan surat hutang pemerintah AS selama 20 tahun terakhir banyak dibeli oleh China. China *mengadopsi kapitalisme* AS dengan penyesuaian2 tertentu yang cerdik sambil *menolak demokrasi*. Apakah eksperimen politik komunis dan ekonomi kapitalis China ini berhasil, kita akan lihat buktinya beberapa tahun lagi. Yang jelas, AS sedang mengalami kemunduruan demokrasi, dan ekonomi. Domimasi teknologi dan militernya juga mulai ditantang oleh China.

Baca Juga: Seberapa Serius Pemerintah Tangani Korban HAM 1965?

Dengan kapitalismenya, AS terbukti gagal mewujudkan cita-citanya sendiri. Pada saat kapitalisme menghasilkan kesenjangan ekonomi yang parah, diskriminasi rasial yang persisten, demokrasi menjadi omong kosong belaka. Mungkin inilah yang membuat China sangat percaya diri dengan mengadopsi *kapitalisme tanpa demokrasi*. Sementara itu bagi Novi Basuki dan Fathan Sembiring _public liberty_ yang minimalis di China dianggap tidak penting. Kemakmuran material dan spiritual dalam makna sekuler sudah cukup dan bisa diterima.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penting dicatat bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang _well secularized_ walaupun secara resmi menyebut dirinya sebagai masyarakat Pancasila. Ini adalah buah dari proyek sekulerisasi besar2an sejak Orde Baru hingga hari ini. Tidak mengherankan jika gerakan2 Islam yg apolitis sangat populer pada saat islam politik langsung dicap radikal. Instrumen sekulerisasi ini adalah
_institutional duo_ yaitu *persekolahan paksa massal dan televisi*. Keduanya adalah instrumen teknokratik untuk menyiapkan masyarakat buruh yang cukup trampil menjalankan mesin2 pabrik, sekaligus cukup dungu untuk setia bekerja bagi majikan asing, hidup dalam hutang ribawi, sambil bebas bermimpi masuk surga.

Baik Novi maupun Fathan mungkin tidak tahu, bahwa *Pancasila kini sudah dikubur di bawah kaki kaum sekuler kiri radikal* sambil menebar isu bahwa Pancasila seolah masih ada dalam ancaman Islam. Adalah sekulerisme yang menempatkan Islam dalam posisi radikal _by defalut_.
Kedua anak muda ini mungkin masih mendaftar bukti2 baru bahwa sekulerisme versi-China ini berhasil. Keduanya tidak perlu menunggu Godot.

Baca Juga: Pertanyaan Seputar Proyek Manhattan dan Keterlibatan Oppenheimer

Gunung Anyar, 25 April 2022

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU