Optika.id - Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari menyatakan proses internal sedang berlangsung terkait polemik ucapan SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dan rasisme di media sosial oleh Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Santosa Purwokartiko yang juga merupakan dosen ITS.
"Proses internal dari untuk kolega kita mulai dari pencocokan data dan Klarifikasi sedang dilakukan di ITS Karena dia adalah dosen ITS maka kita sangat serius untuk menyelesaikan kasus ini dengan benar," ujarnya saat memberikan sambutan pada acara halalbihalal para dosen ITS, Senin (9/5/2022).
Baca Juga: ITS dan Pemkot Surabaya Bersinergi Bangun Pabrik AMDK HE2O
Mochamad Ashari menyatakan ITS mempunyai kewajiban dalam mengelola SDM-nya. Dan secara hukum serta peraturan memiliki kewajiban menindaklanjuti apa yang terjadi.
Ia menegaskan akan melibatkan tiga organ dalam proses internal yakni Senat, Majelis Wali Amanat (MWA) dan Rektor. Hal ini menunjukkan keseriusan ITS dalam menangani problematika dan keresahan di masyarakat.
"Tiga organ akan dilibatkan. Etika di ranah senat, SDM non akademik MWA rektor adalah operasional ITS. Ini adalah langkah pemenuhan kewajiban secara peraturan dan menunjukkan keseriusan ITS dalam menyelesaikan problem di masyarakat," jelasnya.
Dalam sambutannya juga Rektor ITS berpesan kepada semua warga ITS agar lebih berhati-hati dan bijak dalam berkomunikasi dalam ruang publik. Apalagi hal tersebut menyangkut nama baik instansi.
"Mari berhati-hati berkomunikasi di ruang publik memiliki media sosial mari kita berhati-hati dalam berkomunikasi di media sosial. Mohon tidak mengangkat topik-topik yang berbahaya yang bisa menimbulkan keresahan di masyarakat," katanya.
Baca Juga: ITS Buka Fakultas Kedokteran Berbasis Teknologi
Ia juga mewanti-wanti untuk tidak mendiskreditkan, tidak menghina dalam bentuk tulisan lisan dan video. Sehingga ada multi efek yang berimbas langsung ke pelaku dan institusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebelumnya, Rektor ITK Budi Santosa Purwokartiko menghebohkan publik karena mengunggah pernyataan rasialisme tentang calon penerima beasiswa LPDP. Dia menggunakan istilah 'manusia gurun' saat menyinggung busana para peserta seleksi.
"Jadi, 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi," kata Budi melalui akun Facebook-nya.
Baca Juga: Akreditasi Internasional Diraih Puluhan Prodi ITS
Reporter: Jenik Mauliddina
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi