Optika.id - Kisah Sungai Bengawan Solo, yang diceritakan dalam Babad Madura (1830), tidak sekedar cerita tutur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, yang selanjutnya layak dicatat dalam obyek Pemajuan Kebudayaan sesuai dengan Undang Undang 5/2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Kisah babad ini ternyata sebuah cerita sejarah yang nyata adanya di lingkungan Keluarga Kerajaan Surakarta.
Dalam penelusuran sejarah untuk menggali nilai nilai sejarah dan budaya, yang menjadi salah satu tujuan besar Ekspedisi Bengawan Solo 2022, tim Ekspedisi sengaja datang ke Surakarta (12/5/2022) untuk mendatangi keluarga kerajaan Kasunanan Surakarta di Pesanggrahan Langgenharjo di Grogol, Sukoharjo, Surakarta.
Baca Juga: Karya HP Berlage: Gedung Singa dan Mijn Indiesche Reis
Rombongan Ekspedisi, yang terdiri dari Ermiko (kordinator Tim), Tofan Ardi (peneliti dan aktivis lingkungan), Nanang Purwono (peneliti dari Begandring Soerabaia), Yono (manajer marketing dan event) serta Ali Topan (budayawan Gresik), ditemui oleh GPH Haryo Wicaksono (Gusti Nino) di Pesanggrahan yang berdiri persis menghadap Bengawan Solo di Grogol, Sukoarjo kabupaten Surakarta.
Dalam penelusuran itu, GPH Suryo Wicaksono menjelaskan kepada tim Ekspedisi bahwa di Pesanggrahan terdapat bangkal kapal perahu dan replika Canthik Rojomolo, yang menjadi hiasan kapal kerajaan Surakarta, yang dipakai sebagai alat transportasi air (Bengawan) untuk meminang Puteri kerajaan Madura Barat di masa pemerintahan Pakubuwono (PB) IV.
[caption id="attachment_25815" align="aligncenter" width="788"] Berdiskusi dengan GPH Suryo Wicaksono. (Nanang)[/caption]
Meski terceritakan, baik melalui bentuk cerita sejarah maupun cerita babad tentang prosesi peminangan Puteri kerajaan Madura oleh keluarga Kerajaan Surakarta, tetapi cerita tentang Gresik menjadi kisah cerita tersendiri. Adalah desa Bedanten, Gresik, yang berada di tepian Bengawan Solo dan persis bermuara di Selat Madura menjadi tempat transit keluarga kerajaan Surakarta sebelum menyeberangi Selat Madura.
Bedanten adalah Bandar Sungai besar yang menjadi penghubung antara Bengawan Solo dan Selat Madura. Dari kisah pengarungan Bengawan Solo oleh kapal kerajaan Surakarta pada awal abad 18 di era Pakubuwono IV, Kapal Rojomolo, ternyata Kapal ini juga menjadi bagian dari cerita sejarah Kabupaten Gresik. Karenanya, pemerintah Kabupaten Gresik juga mereplika Kapal Rojomolo yang selanjutnya pernah ditempatkan sebagai ornamen di depan kantor Bupati Gresik.
Akhirnya tercatatlah kisah sejarah bersama antara Surakarta dan Gresik melalui aliran Bengawan Solo yang dihubungkan dengan Kapal Perahu Rojomolo.
Apa itu Rojomolo?
Rojomolo adalah nama Perahu yang dibuat Putra Mahkota Paku Buwono IV, Raden Mas Sugandi (KGPAA Mangkunegoro III) pada masa pemerintahan Paku Buwono IV, yang memerintah pada 1788-1820.
Nama Perahu Rojomolo diambil dari tokoh pewayangan, yang mempunyai bentuk serta sifat setengah manusia dan setengah raksasa. Bentuk Rojomolo bercirikan mata melotot, rambut tebal dan lebat. Hidungnya lebih menjorok ke depan disertai kumis tebal seta memiliki taring.
Perahu Rojomolo biasa digunakan sebagai sarana transportasi dari Solo menuju Bandar Bedanten, Gresik, hingga pada masa pemerintahan Paku Buwono IX. Perahu Rojomolo tercatat pernah digunakan untuk menjemput putri Madura dari Pamekasan pada masa PB IX serta pernah pula digunakan untuk menjemput putri Sultan Cakraningrat IV dari Bangkalan Madura, yang hendak dipersunting PB IV.
Kini yang tersisa dari Perahu Rojomolo ini hanya canthik atau hiasan kapal yang dahulu dipasang di kedua ujung kapal serta dayungnya. Canthik berbentuk kepala Rojomolo dan saat ini disimpan di Museum Radyapustaka serta Museum Keraton Surakarta. Sedangkan replika Canthik Rojomolo disimpan di Pesanggrahan Langgenharjo.
Pesanggrahan Langgenharjo
Baca Juga: Peringatan 100 Tahun Perjalanan HP Berlage ke Surabaya
Dari penjelaaan GPH Suryo Wicaksono, tim Ekspedisi mendapat gambaran tentang sejarah Pesanggrahan Langgenharjo. Pesanggrahan ini merupakan rumah di luar istana kerajaan untuk istirahat atau rekreasi raja maupun bangsawan. Selain tempat beristirahat, pesanggrahan ini berfungsi pula sebagai tempat perlindungan, tempat berbagai aktivitas kerajaan serta mempunyai arti penting filosofis spiritual, termasuk tempat bersemedi. Karenanya ada loteng dimana PB IX terbiasa bersemedi. Sebelum bersemedi, PB IX melakukan pensucian diri dengan mandi yang airnya diambil dari sumur yang berada di bawah bangunan tempat semedi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
[caption id="attachment_25816" align="aligncenter" width="788"] Tim Ekspedisi Bengawan Solo 2022 bersama Gapapa Suryo Wicaksono di Pesanggrahan Langgenharjo. Foto: Ali Topan[/caption]
Di komplek pesanggrahan ini terdapat unit unit bangunan yang masing masing memiliki fungsi sendiri sendiri. Salah satu misalnya adalah pendopo ngarep yang menjadi tempat bersantai dan menggelar pesta seni budaya. Pada malam hari, di eranya, di tempat ini kerap dimeriahkan dengan seni mocopatan dan tembang tembang untuk menghibur diri Pakubuwono IX. Menurut GPH Suryo Wicaksono, yang akrab dipanggil Gusti Nino, pesanggrahan ini sangat layak dimanfaatkan sebagai tempat tujuan wisata sejarah yang dipadukan dengan wisata alam Bengawan Solo.
Agenda Ekspedisi Bengawan Solo 2022
Ekspedisi Bengawan Solo 2022 adalah upaya penelitian potensi yang ada di sepanjang Bengawan Solo mulai dari hulu di Wonogiri (Jawa Tengah) hingga hilir di Gresik (Jawa Timur). Adapun sasaran penitian dalam Ekspedisi ini adalah tentang ekologi lingkungan, sosial budaya dan ekonomi.
Terkait dengan Sosial Budaya, penelitian dilakukan berdasarkan sumber sumber sejarah yang otentik seperti Prasasti Canggu (1358) di era kerajaan Majapahit dan Babad Madura (1830) di era kerajaan Surakarta.
Prasasti Canggu, yang berisi tentang desa-desa tepian sungai yang berjasa atas penyeberangan sungai (naditira pradeca), digunakan untuk mengidentifikasi lokasi lokasi yang menyimpan peradaban budaya di sepanjang bengawan. Tercatat ada 44 naditira pradeca di sepanjang sungai Bengawan Solo. Naditira pradeca Luwayu (Surakarta) yang merupakan tempat paling hulu, dan naditira pradeca Bedanten (Gresik) yang merupakan naditira paling hiling.
Baca Juga: Menyongsong Hadirnya Badan Pengelola Cagar Budaya (BPCB) Kota Surabaya
Jika di Desa Bedanten, Gresik, telah diagendakan sebagai titik penutupan acara secara resmi (closing ceremony), maka di situs bersejarah Pesanggrahan Langgenharjo, Sukoharjo, Surakarta, berpotensi sebagai titik pemberangkatan acara secara resmi (opening ceremony). Pesanggrahan Langgenharjo menjadi tempat yang strategis karena memiliki latar belakang historis yang relevan dengan Bengawan Solo.
Lokasi Pesanggrahan ini langsung menghadap ke Bengawan Solo dan dari tempat inilah sejarah rute perjalanan maritim keluarga kerajaan Surakarta berarung sungai hingga ke hilir di Bedanten, Gresik pada abad 18 hingga 19 M. Sementara di era kerajaan Majapahit di abad 14, Luwayu (Surakarta) dan Bedanten (Gresik) adalah rute meritim sungai Majapahit.
Karena dasar historis, yang tercatat pada prasasti Canggu (Kerajaan Majapahit, abad 14) dan Babad Madura (Kerajaan Surakarta, abad 18), maka agenda keberangkatan Ekspedisi Bengawan Solo 2022 dapat mengambil titik di situs historis ini.
Oleh: Nanang Purwono (Pegiat Sejarah Surabaya/Begandring Soerabaia)
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi