Semoga Presiden Cuma Lupa, Bukan Karena Tidak Ada Briefing

author optikaid

- Pewarta

Selasa, 17 Mei 2022 06:57 WIB

Semoga Presiden Cuma Lupa, Bukan Karena Tidak Ada Briefing

i

KTT ASEAN-AS di Washington DC Amerika Serika

[caption id="attachment_9675" align="alignnone" width="300"] Oleh: Cak A. Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Saya membaca kritikan keras pengamat politik bung Rocky Gerung terhadap kesalahan pidato presiden Jokowi pada KTT ASEAN-AS di Washington DC Amerika Serikat baru-bru ini dimana waktu itu presiden Jokowi salah menyebut Secretary of Commerce (Menteri Perdagangan Amerika) menjadi Sekretaris Perdagangan Amerika. Bung Rocky mengatakan bahwa presiden Jokowi tidak mengerti kebiasaan tata negara Amerika Serikat yang menggunakan kata Secretary sebagai Menteri. Bung Rocky mengkritik bahwa presiden Jokowi tidak mendapatkan briefing yang cukup sebelum pidato.

Baca Juga: Trengginas Sebagai Oposisi, PDIP Akan Goyahkan Rezim Selanjutnya?

Kritikan Bung Rocky itu mengingatkan pengalaman saya yang panjang bekerja di perwakilan diplomatik Amerika Serikat yaitu Konsulat Jenderal AS di Surabaya dan ketika mengikuti pelatihan di sekolah diplomatik AS (Foreign Service Institute atau FSI) di Washington DC tahun 2000 an. Dalam diskusi tentang Amerika Serikat, rakyat dan budayanya seorang diplomat mengatakan dengan bangga bahwa Amerika Serikat memiliki kekhususan sendiri because we are ddifferent katanya. Misalnya dalam penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa negara, Amerika Serikat berbeda dengan Inggris, misalnya orang Amerika mengatakan Soccer sementara orang Inggris mengatakan Football. Ejaan untuk kata Nite untuk mengganti kata Night, Zulu Time mengganti GMT dsb, termasuk penggunaan kata Secretary untuk mengganti kata Minister (menteri) bagi orang Inggris; menyebut Mr. President sebagai ganti Your Excellency.

Prosedur tetap yang ada di State Department atau Deplu AS (juga prosedur umum di banyak negara) kalau menyiapkan pertemuan, atau pidato tingkat tinggi, maka Presiden, Duta Besar, anggota Kongres dsb maka harus ada lembar briefing (1-2 lembar) kepada para petinggi itu misalnya tentang kenapa pertemuan itu penting, siapa yang di kunjungi, bagaimana menyebut titel tuan rumah yang dikunjungi, pejabat siapa saja yang akan menjemput di bandara, apa keberhasilan tokoh yang akan ditemui, apa hobinya dsb. Para petinggi itu di hotel atau didalam mobil membaca briefing singkat tersebut sebelum memulai acara.

Saya percaya bahwa para diplomat RI sangat faham tentang kekhasan tata negara Amerika Serikat itu, juga kekhasan yang ada di negara-negara lain di dunia. Ketidak fahaman soal ini akan menyebabkan persoalan dalam pertemuan diplomatik kenegaraan. Saya pernah punya pengalaman mengantar delegasi penting Amerika Serikat ke sebuah propinsi- saya biasanya menjadi penterjemah dalam pertemuan itu; namun karena diberi tugas untuk Note Taking; maka delegasi menyewa seorang penterjemah lulusan perguruan tinggi jurusan bahasa Inggris. Namun meskipun lancar dalam bahasa Inggris, sang penterjemah itu tidak memahami kebiasaan tatanegara Amerika Serikat sehingga menterjemahkan kata State Secretary (Menteri Luar Negeri AS) yang diucapkan pimpinan delegasi AS itu sebagai Sekretaris Daerah atau Sekda, kemudian giliran sambutan kepala daerah propinsi mengikuti kata terjemahan tadi dengan menyebut terima kasih kepada utusan Sekda AS.

Baca Juga: Penyusunan APBN 2025 Tak Libatkan KPK, Anggaran Makan Siang Gratis Tak Diawasi?

Berdasar pengalaman saya diatas, saya percaya bahwa pak presiden Jokowi sebelum berangkat ke AS, tentu pidak Deplu kita memberikan briefing lengkap tentang apa yang akan dilakukan presiden di AS. Selain itu biasanya Duta Besar Indonesia di negara yang akan dikunjungi presiden juga memberikan briefing singkat tentang hal-hal penting yang terjadi di negara itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kalau ternyata pak presiden Jokowi salah mengucapkan Secretary of Commerce sebagai Sekretaris Perdagangan dalam pertemuan ASEAN-AS itu, mungkin beliau hanya lupa apa saja apa yang ada di briefing Deplu mapun pihak Dubes RI di Wasnghington yang sudah disiapkan.

Baca Juga: Cawe-cawe Pilpres, Usulan Angket Harusnya Ditujukan ke Jokowi

Wallahu Alam.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU