Jika Tergunting, Nama Anies Bisa Tak Ada Dalam Pilpres 2024?

author Aribowo

- Pewarta

Sabtu, 28 Mei 2022 19:33 WIB

Jika Tergunting, Nama Anies Bisa Tak Ada Dalam Pilpres 2024?

i

Jika Tergunting, Nama Anies Bisa Tak Ada Dalam Pilpres 2024?

Optika.id. Surabaya. Partai Nasdem mempertimbangkan 2 tokoh untuk menjadi calon presidennya (capres) yaitu Andika Perkasa dan Rahmad Gobel, menurut keterangan tertulis anggota DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) Fraksi Nasdem, Muhammad Farhan, Rabu, 25/5/2022.

Penyaringan sejumlah nama capres dari semua DPW Nasdem hingga kini terus dilakukan. Beberapa nama dinilai populer sebagai capres. Apabila diamati ada dua nama yang baru saja diwacanakan untuk menjadi nama-nama Capres yang mungkin diusulkan dalam Rakernas Partai Nasdem di Jakarta, kata Farhan kepada wartawan (Fajar.co.id, 25/5/2022). Farhan meneruskan tentang dua nama yang sedang dipertimbangkan Nasdem adalah Andika Perkasa, Panglima TNI, dan Rahmat Gobel, Wakil Ketua DPR RI.

Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?

Pernyataan tertulis Farhan itu rasanya belum selesai. Sebab itu bukan dikatakan oleh Ketua Umum DPP (Dewan Pimpinan Partai) Partai Nasdem, Surya Paloh, hasil dari Rakernas Nasdem di Jakarta akan datang. Karena itu mungkin hanya pernyataan satu faksi dalam Nasdem. Mungkin ada faksi lain dalam Nasdem yang memunculkan nama lain lagi. Di sisi lain suara di media sosial (medsos) yang beredar kuat nama capres Nasdem adalah Ganjar Pranowo dan Anies Rasyid Baswedan (ARB). Jika tiba-tiba muncul nama Andika Perkasa dan Rahmat Gobel tentu mengejutkan. Tampaknya dinamika dalam tubuh Nasdem sangat dinamis, meskipun akhirnya nanti semua ditentukan oleh Surya Paloh.

Yang menarik adalah Selasa, 24/5/2022, Paloh mendadak menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta. Pertemuan itu tidak masuk dalam agenda resmi Presiden Jokowi. Wakil Sekretaris Jenderal Partai NasDem Bidang Isu Strategis, Hermawi Taslim, mengatakan pertemuan tersebut hanya silahturahim biasa.

Banyak yang mengintrepretasi macam-macam pertemuan mendadak itu. Salah satunya dugaan membicarakan pencapresan 2024. Apa pun isi pertemuan itu yang pasti Paloh masih hormat dan menjaga kewibawaan kekuasaan Jokowi. Artinya Paloh dalam membuat langkah terkait Nasdem dan pilpres 2024 selalu berkomunikasi dan koordinasi dengan Jokowi. Logika ini membawa konsekuensi: Paloh saat ini belum mengambil jarak atau berbeda dengan Jokowi.

Arah political engineering rezim semakin jelas terkait dengan pilpres 2024: menghindari ARB menjadi kandidat capres. Jika arah politik ini menjadi dasar maka pertemuan mendadak Paloh dan Jokowi kira-kira mencocokkan atau semacam konfirmasi yang sedang dilakukan Paloh terkait pilpres 2024. Sampai titik pemikiran ini maka simpulan bisa diambil yaitu Paloh cenderung mengikuti political engineering rezim. Maka 2 nama yang ditulis Farhan sangat masuk akal menghindari ARB meskipun elektabilitasnya Andika Perkasa dan Gobel masih rendah sekali.

Dilema Nasdem
Hasil survei Indometer elektabilitas Andika Perkasa sebesar 1,2 persen. Survei Indometer terbaru, dilakukan tanggal 20 hingga 27 April 2022 terhadap 1.200 responden diseluruh provinsi dan dipilih secara acak bertingkat survei (multistage random sampling) itu menempatkan Andika Perkasa elektabilitasnya masih rendah sekali. Jika Paloh dan Nasdemnya tetap menetapkan Andika Perkasa dan Rahmat Gobel sebagai capresnya maka konsekuensinya Nasdem kesulitan menaikkan elektabilitas pilegnya (pemilu legislatifnya).

Paloh mesti memikul dilema tersebut. Satu sisi tunduk terhadap political engineering rezim dan di sisi lain harus dengan susah payah menaikkan elektabilitas Nasdem secara sendirian.

Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim

Elektabilitas capres yang relatif tinggi bisa mengatrol parpol pengusungnya. Berlaku hukum party indentifacation (PI) yaitu pendukung dan pemilih kandidat capres secara potensial akan memilih parpol pengusungnya. Jika Nasdem mengusung ARB (12,8 persen elektabilitasnya) secara elektorat bakal terkatrol suara pileg Nasdem jika dibandingkan mengusung Andika Perkasa. Hukum PI ini menyebabkan kandidat capres yang elektabilitasnya tinggi cenderung diusung banyak parpol. Di samping untuk kalkulasi kemenangan dalam pilpres juga untuk mengatrol elektabilitas parpol pengusung juga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jika Nasdem menetapkan Andika dan Gobel sebagai kandidat capresnya maka bisa dianggap langkah aneh dari Nasdem jika dilihat dari perspektif voting behavior ini. Namun jika dilihat dari arah political engineering rezim maka itu bentuk kepatuhan dan konsekuensi koalisi terhadap rezim.

Jika dilihat dari political engineering itu maka posisi ARB cukup kritis. ARB digunting dimana-mana dan dalam berbagai aktivitasnya. Captive,parpol pengusung, ARB yang dasar adalah PKS (Partai Keadilan Sejahtera), PD (Partai Demokrat), dan PAN (Partai Amanat Nasional). PKS dan PD karena oposisi maka captivenya ARB sedangkan PAN yang captivenya ideologis ARB karena jamaah Muhammadiyahnya. Jika 3 parpol itu bergabung sudah cukup untuk mengusung ARB. Namun sejak Agustus 2021 PAN diambil Jokowi menjadi parpol koalisinya.

Luar biasa Zulfikli Hasan dengan cepat menjadi ketum parpol yang manis. Zulhas, sapaan Zulkifli Hasa, dengan manis melontarkan isu penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden buat Jokowi. Setelah mendapat perlawanan dari berbagai lapisan masyarakat, utamanya mahasiswa, isu itu melandai dan tiba-tiba Bersama Airlangga Hartarto dan Suharso monoarfa mendirikan KIB (Koalisi Indonesia Bersatu). Begitu getolnya Zulhas kampanye KIB maka captive 3 parpol pengusung ARB tidak mungkin terjadi. Sangat besar tanda-tanda gestur politik KIB dan rezim bahwa KIB untuk Ganjar. Bukan untuk ARB.

Baca Juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada

Apakah ARB akan berakhir? Jalan menuju capres 2024 memang semakin sempit, tapi belum berakhir. Kata putus dari Paloh masih ditunggu. Lalu arah politik anak nakal Muhaimin Iskandar masih ditunggu banyak orang. Memang Cak Imin tidak bisa kemana-mana, tapi perlu ditunggu. Dan yang membawa ARB menjadi capres 2024 saat ini sepenuhnya berasal dari kapabilitas dan upaya pribadinya. Memang berat sekali.

Tulisan Aribowo
Editor Amrizal Ananda Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU