Punya Menantu Penjual Bakso, Siapa Takut?

author Seno

- Pewarta

Senin, 27 Jun 2022 00:13 WIB

Punya Menantu Penjual Bakso, Siapa Takut?

i

IMG-20220626-WA0032

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Masyarakat seringkali tidak memiliki informasi yang lengkap tentang sebuah profesi atau pekerjaan, kalau anak kita kuliah di Fakultas Hukum maka bayangan kita dia akan menjadi hakim, padahal di Fakultas Hukum itu ada jurusan perdata, pidana, tatanegara, hukum internasional, kenotariatan.

Baca Juga: Media Asing Soroti Pergantian Menteri Saat Masa Jabatan Kurang 2 Bulan

Kalau dia masuk Fakultas Ekonomi maka bayangan kita anak itu nanti menjadi tukang catat keuangan, padahal di Fakultas Ekonomi ada jurusan Umum, Akutansi, Manajemen dan Ekonomi Islam. Maka output kedua Fakultas itu bisa menjadi Duta Besar, Konjen, Diplomat, Konsultan, Bankir, ahli Asuransi, Jurnalis terkenal, Pengelola Hotel berbintang, pengacara hebat, Pengusaha Batubara dsb dsb.

Analogi dengan hal-hal di atas, kita juga punya pandangan yang sempit tentang tukang atau penjual bakso, yang secara umum kita bayangkan orang yang menjual bakso dengan gerobak dorong yang kumuh. Padahal Usaha jualan bakso yang pada awalnya hanya berupa gerobak yang didorong atau di warung kecil itu sekarang sudah berkembang pesat dan merambah ke outlet yang modern seperti restaurant dan hotel-hotel besar.

Hal ini terjadi karena memang bakso ini rasanya nikmat sesuai dengan lidah orang Indonesia; ditambah lagi dengan Nusantara ini sangat kaya akan bumbu-bumpu rempah yang membuat bakso semakin sedap rasanya. Makanan bakso juga berkembang sesuai dengan budaya dan perkembangan masyarakat. Dulu bakso itu sederhana penampilannya cuma di campur dengan mie dan bawang goreng; namun sekarang muncul varian yang beragam hasil inovasi dan kreativitas tinggi - tidak hanya dari komposisi bumbunya namun juga bentuknya, ada bakso yang didalamnya ada keju, ada bakso yang besarnya seperti bola golf, ada yang berisi telur puyuh, ada bakso urat dsb. Penjualnya pun juga beragam tidak hanya didominasi dari daerah Solo dan Malang, namun diberbagai daerah sekarang muncul pedagang bakso.

Industri bakso juga berkembang pesat tidak hanya dari industri rumahan atau industri berskala rumah tangga, namun sekarang berkembang ke industri pabrikan berskala besar dengan mesin-mesin yang modern. Sehingga bakso dewasa ini bisa dijumpai di pasar swalayan dan di mall-mall modern dan di hotel-hotel bintang lima di berbagai kota besar di negeri ini.

Juga bisa ditemui di restoran-restoran mahal di Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok dan kota-kota di Vietnam. Saya beberapa kali tinggal di hotel-hotel yang berbintang (tentu waktu dinas dulu) di Jakarta dan Bali yang permalamnya tarifnya bisa jutaan Rupiah, seringkali saya jumpai menu makanan bakso.

Baca Juga: Musuh Bersama Itu Anies Baswedan

Banyak kisah tentang keberhasilan penjual bakso ini antara lain mislnya ada seorang pemuda yang menggeluti bisnis sederhana. Meski sederhana, namun bisnis ini nyatanya sangat menjanjikan. Pemuda ini menekuni usaha bakso gorang. Tertulis di papannya 'Baso Goreng Anugerah Sejak Tahun 1976'. Bakso goreng ini berada di sekitar GOR Padjajaran Bandung, Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Warungnya pun tidak terlalu besar, hanya di ruko kecil. Tapi tak disangka, omzet sehari bisa mencapai sekira Rp20 juta. Bisa kita bayangkan hasil jualan industri makanan yang memproduksi bakso frozen (dan sosis) yang levelnya sudah internasional, tentu milyaran Rupiah.

Pedagang bakso secara geografis lebanyakan dari daerah Wonogiri Solo Jawa Tengah dan Malang Jawa Timur. Saya tahun tahun 2000-2015 sering bertugas di seluruh wilayah Indonesia bagian timur dan seringkali menemukan warung dan pedagang keliling penjual bakso dari Solo dan Malang. Di kota Tual Maluku Tenggara (1 jam lebih dengan pesawat keccil dari kota Ambon) saya juga menyaksikan banyak depot Bakso Solo dan Bakso Malang; demikian juga di Makassar, Ambon, Manado, Palu, Bali, NTT dan NTB, bahkan di Kalimantan pun saya temui pedagang Bakso dari kedua wilayah itu. Di wilayah Indonesia barat juga kita temukan pemandangan yang sama yaitu banyak penjual bakso itu.

Hal itu menunjukkan bahwa para pedagang dari Solo dan Malang itu seperti pedagang dari Sumatra Barat, Bugis dll merupakan pedagang yang tangguh, berani merantau keseluruh daerah di nusantara ini meninggalkan tanah kelahirannya dalam waktu yang lama. Banyak diatara mereka berhasil, hal ini terbukti kalau mereka menengok daerah asalnya mereka naik pesawat terbang.

Baca Juga: There Is No Free Lunch

Kalau sudah memahami industri makanan bakso berikut perkembangannya, maka masyarakat tidak perlu ragu mencari menantu penjual atau pedagang bakso; karena mereka orang-orang hebat, tangguh dan pendapatannya juga besar.

Menurut ajaran agama, bahwa Allah itu tidak melihat wajah kita, kedudukan kita namun yang dilihat adalah amal baik kita. Saya yakin penjual bakso itu juga punya amalan yang baik-baik.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU