Sri Lanka Bangkrut, Bagaimana Indonesia?

author Seno

- Pewarta

Senin, 11 Jul 2022 01:15 WIB

Sri Lanka Bangkrut, Bagaimana Indonesia?

i

IMG-20220710-WA0027

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Hampir seluruh orang di dunia ini pada tanggal 9 Juli 2022 termasuk kita di Indonesia dimana ketika sebagian masyarakat merayakan Idul Adha menyaksikan dari berbagai berita dunia kejadian tragis dimana ribuan orang di ibu kota Sri Lanka Kolombo menyerbu istana presiden Sri Lanka Rajapaksa setelah berhari-hari protes atas merosotnya perekonomian negara. Kita menyaksikan aparat keamanan negeri itu tidak mampu menahan ribuan orang yang seperti air bah mengalir menerobos masuk istana.

Baca Juga: Suriah Jatuh

Kita membayangkan kejadian itu seperti kejadian perang kuno di jaman Yunani, Persia dimana ratusan ribu pasukan yang menang memasuki istana raja musuhnya. Hal itu juga sama ketika pasukan monggol memasuki istana raja ketika menaklukkan Bagdad, Irak.

Tapi itu bukan peperangan jaman kuno dulu, namun kejadian sekarang ini dimana sebagian besar rakyat yang marah dan kecewa terhadap penguasa, koruptor yang membuat negara ambruk secara ekonomi. Terlihat masyarakat Sri Lanka menyalurkan emosi kemarahannya ketika berhasil masuk istana presiden dengan berbagai tindakan seperti ramai-ramai mandi di kolam renang istana, tidur di tempat tidur presiden, mengambil barang-barang mewah dsb.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa yang dilantik menjadi presiden pada 18 November 2019 itu terlihat lari terbirit-birit menghindari kemarahan ribuan demostran dan melarikan diri dengan menumpang kapal perang. Sementara itu ribuan masa juga menyerbu dan membakar kediaman Perdana Menteri.

Kita punya hubungan sejarah yang erat dengan Sri Lanka yang dulu namanya masih Ceylon karena disana ada makam para pahlawan kita. Ketika pasukan sultan Ageng dikalahkan Belanda tahun 1682, Syekh Yusuf al- Makassari ditangkap dan diasingkan ke Srilanka bulan September 1684. Juga Amangkurat III beserta seluruh pengiringnya 44 pangeran Jawa yang menyerah dalam pertempuran Batavia dibuang ke Sri Lanka tahun 1723. Kita juga tahu bahwa negeri yang dekat dengan India ini adalah salah satu penghasil the terbesar di dunia.

Baca Juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi

Lembaga rating dunia Fitch menempatkan 13 bank Sri Lanka yang ratingnya negative, hal itu terjadi negeri ini mengalami gagal bayar hutang atau default US$ 51 milyar. 500 ribu orang masuk katagori miskin dan setiap hari listrik mati. Itu semua karena salah kelola atau mismanagement dibidang ekonomi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Negeri ini mengalami trade dan budget deficit dimana impor nya lebih besar dri ekspor dan pengeluaran negaranya lebih besar dari penerimaannya. Akibatnya untuk menutupi deficit itu Sri Lanka hutang kenegara lain seperti India dan Bangaladesh dan rasio hutangnya terhadap GDP sudah mencapai 111%. Situasi seperti ini menyebabkan Sri Lanka kesulitan mencari akses ke pasar internasional. Sebelumnya negeri ini hutang cukup besar dari Cina untuk membangun infrastruktur, dan ketika pandemi corona melanda negeri maka ekonominya hancur, tidak ada pendapatan, turis tidak ada yang masuk padahal turisme merupakan sumber pendapatan yaitu 13ri GDP nya (pendapatan negara dari sektor turisme ini sekitar US$ 2,8 milyar). Perekonomian negara tambah hancur karena praktek korupsi terjadi dimana-mana.

Kita tidak ingin kejadian seperti di Sri Lanka itu terjadi di Indonesia mengingat saat ini kita juga mengalami kesulitan di bidang ekonomi salah satunya jumlah hutang yang besar mencapai sekitar Rp 7.000 trilliun, harga-harga kebutuhan rakyat naik dsb.

Baca Juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat

Mengingat kejadian di ibukota Sri Lanka Kolombo itu kita semua harus belajar dari kejadian itu antara lain pada situasi ekonomi yang sulit, rakyat banyak yang menderita dsb maka semua pejabat negara apapun pangkatnya harus menjaga diri tidak mengeluarkan pernyataan yang narasinya menghina rakyat, korupsi harus di tangani secara serius, para pejabat negara misalnya menteri, anggota DPR, DPR beserta istrinya pamer kekayaan, belanja barang-barang mahal diluar negeri dsb. Kalau hal itu tidak dijalankan maka semua nanti pihak akan sulit membendung perasaan kemarahan dan ketidakpuasan rakyat seperti yang terjadi di Sri Lanka saat ini.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU