Hakekat Hari Raya Qurban: Mendekatkan Diri Pada Allah SWT

author Seno

- Pewarta

Senin, 11 Jul 2022 01:30 WIB

Hakekat Hari Raya Qurban: Mendekatkan Diri Pada Allah SWT

i

IMG-20220710-WA0028

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Hari Raya Idul Adha atau hari raya Qurban jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah dan hari besar ini adalah puncak ibadah Haji yang dilaksanakan kaum muslimin seluruh dunia; karena itu hari raya ini sering disebut hari raya Haji. Makna Idul Adha ini adalah momentum bagi ummat Islam untuk berbagi kepada sesama, untuk memberi pengorbanan secara ikhlas atas sesuatu yang dicintainya. Kalau menurut etimonologi kata kurban berasal dari bahasa Arab yatu qariba-yaqrabu-qurban wa qurbana qa qurbanan yang bermakna dekat yang dalam hal ini mendekatkan kepada Allah SWT.

Baca Juga: Suriah Jatuh

Hari raya Idul Adha ini sangat erat berhubungan dengan pengalaman ruhani seorang tokoh pemimpin ummat manusia yaitu nabi Ibrahim yang dipandang sebagai nenek moyang tiga agama besar monotheis dan semitik yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Nabi Ibrahim muncul dalam sejarah pada lebih 3500 tahun lalu dimana sejak kecil sudah memiliki keimanan terhadap Tuhan yang Esa karena itu memberontak kepada ayah dan kaumnya yang menyembah berhala, dan karena pemberontakan dirinya itu dia dihukum bakar namun diselematkan oleh Allah dari api yang panas.

Nabi Ibrahim berhijrah ke negeri Babylonia menuju negeri Kanaan atau Palestina Selatan bersama istrinya Sarah, kemudian pindah ke Mesir. Di Mesir inilah Nabi Ibrahim memiliki istri bernama Hajar dan dikaruniai seorang anak setelah berdoa lama mendambakan seorang anak dan diberi nama IshmaEl (Ismail) yang dalam bahasa Ibraninya bermakna Tuhan telah mendengar mendengar doanya untuk mendapatkan keturunan.

Nabi Ibrahim bersama putranya Ismail diperintahkan Allah membangun Bait (Al Baqarah 2:127) di Makkah. Karena bentuk bangunannya yang persegi empat maka bangunan itu disebut Kabah atau Kubik dan menjadi rumah suci atau al-Bayt al- Haram.

Baca Juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi

Nabi Ibrahim dikenal karena ketaatannya kepada Allah dan Allah SWT berfirman dalam Al Quran (Al Imran 3:67): Ibrahim bukanlah seorang Yahudi atau seorang Nasrani, melainkan seorang Hanif dan Muslim. Hanif dalam bahasa Arab bermakna bersemangat akan kebenaran dan Muslim yaitu bersemangat pasrah kepada Allah SWT. Sifat kepasrahan kepada Allah itu ditunjukkan Nabi Ibrahim ketika melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih putranya Islamil yang selanjutnya diganti dengan hewan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Qurban yang bermakna mendekatkan diri kepada Allah itu ditunjukkan oleh jutaan kaum Muslimin yang sedang menunaikan ibadah Haji yang utama yaitu wukuf di padang Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih tidak berjahit (pakaian Ihram) melambangkan persamaan dalam kehidupan ini; tidak ada pejabat, jenderal atau rakyat, kaya atau miskin kulit putih atau hitam semuanya sama dihadapan Allah SWT; dan melambangkan kepasrahan ummat Islam untuk mengabdi kepada Allah-Tuhan YME.

Kepasrahan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan tidak mengandalkan kekuasaan, kekayaan, ketenaran dan penampilan karena semua memiliki status yang sama dihadapan Tuhan. Dalam ajaran Islam Tuhan tidak memandang kita dari wajah, kekuasaan atau kekayaan namun dari amal ibadah kita kepada Tuhan.

Baca Juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat

Dalam alam demokrasi sikap persamaan itu ditunjukkan bahwa semua orang memiliki hak yang sama dan setiap orang memiliki status sama didepan hukum. Tidak ada keistimewaan bagi pejabat, presiden, menteri, tokoh agama dan anak-anaknya dalam hukum. Itulah makna hakekat Hari Raya Idul Adha ini.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU