Optika.id - Ekonom senior Rizal Ramli untuk kesekian kalinya memberikan sorotan atas kebijakan pemerintah terkait melimpahnya produksi kelapa sawit nasional, namun berbanding terbalik dengan nasib petani kelapa sawit.
Rizal mengatakan bahwa, pemerintah gagal menyelesaikan masalah yang dinilainya berkaitan dengan kelimpahan komoditas.
Baca Juga: Rizal Ramli dan Amien Rais Adakan Pertemuan, Bahas Apa?
Dasar ndak becus Menyelesaikan masalah yang berlimpah saja (abundance) ndak bisa, malah makin ruwet, kata Rizal seperti dikutip Optika.id dari akun Twitter-nya @RamliRizal, Kamis (14/7/2022).
Rizal menilai bahwa, ketidakpiawaian pemerintah menyelesaikan hal tersebut, berdampak secara langsung kepada masyarakat.
Hasilnya, petani mendapatkan harga rendah dibandingkan dengan negara tetangga penghasil sawit. Bahkan, masyarakat pengguna komoditas minyak goreng, terpaksa membelinya dengan harga yang tinggi.
"Bikin susah rakyat dan petani, ungkapnya. Dengan menyertakan perbandingan harga sawit dari petani Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia komoditas Kelapa Sawit dihargai Rp 1.000, tiga kali lebih murah dibandingkan Malaysia yang menetapkan harga sawit dari petaninya sebesar Rp 3.600.
Rizal akhirnya menutup kritiknya dengan mengatakan, apalagi selesaikan masalah langka (scarcity), paling bisanya naikkan harga. Dari Muli: Negara ndak becuuus.. Harga sawit kita ter-rendah di Asean, Tapi Minyak Goreng nya Termahal di Dunia. Menterinya malah sibuk kampnye buat sang Anak. Mirip Bose yg sibuk gerpol mau nambah 3 Periode.
Baca Juga: Rizal Ramli: Semangat Resolusi Jihad PBNU Sudah Pudar
[caption id="attachment_32482" align="aligncenter" width="758"] Tangkapan layar Twit Rizal Ramli.[/caption]
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Cuitan Rizal tersebut, juga menyertakan narasi, negeri ini penghasil sawit terbesar di Dunia, tapi petaninya sengsara dan menderita, dan anehnya setelah jadi minyak goreng kenapa harga di Indonesia jadi paling mahal?"
Baca Juga: Luhut Serukan Audit Dana LSM, Rizal Ramli: Munafik!
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi