Optika.id - Kegiatan membaca memiliki segudang manfaat. Dimulai dari menstimulasi otak, mengurangi stress, menambah pengetahuan dan kosakata, meningkatkan kemampuan mengingat, serta memperbaiki fokus dan konsentrasi. Bahan bacaannya pun beragam. Bisa buku bergenre fiksi, non-fiksi, ilmiah, atau apapun.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam artikel "Personality and Social Psychology Bulletin" pada Juli 2022 menemukan bahwa mereka yang membaca buku fiksi diketahui mempunyai kemampuan melihat perspektif yang lebih baik. Selain itu, membaca fiksi di usia dini juga dikaitkan dengan kemampuan empati yang lebih tinggi.
Baca Juga: Gen Z Enggan Terima Panggilan Telepon, Benarkah Kena Telephobia?
Kajian yang dilakukan para peneliti dari berbagai universitas di Amerika Serikat itu melakukan beberapa studi guna mengetahui dampak membaca buku fiksi pada seseorang. Pada pemaparan yang dilakukan pertama, mereka melibatkan sebanyak 369 partisipan. Yang mana responden diminta menjawab pertanyaan seputar genre buku yang dibaca, kompleksitas atribusi, dan memperkaya kekayaan psikologis.
Hasilnya, mereka yang membaca fiksi di usia dini memiliki kekayaan psikologis yang lebih tinggi, seperti kemampuan berempati, mempunyai perasaan kalau hidup seseorang menarik, dan lebih bijaksana.
Sementara itu, pada penelitian selanjutnya yang melibatkan responden serta sampel sebanyak 1.514 orang dewasa, ditemukan fakta bahwa membaca pada usia dini meningkatkan empati serta mempunyai kemampuan melihat perspektif yang lebih baik.
Para peneliti mengatakan hal ini dikarenakan buku fiksi mempunyai efek psikologis yang cukup kuat. Sebab, membaca fiksi memberikan pengalaman bahwa dunia merupakan sesuatu yang kompleks dan bukan sesuatu yang sederhana. Hal itulah yang dapat memberikan dampak bagi para pembacanya, terlebih mereka yang membaca fiksi sejak usia dini.
Baca Juga: Waspadai Tiga Kebiasaan Beracun yang Bisa Rusak Mental Diri Sendiri
"Fiksi, dengan kata lain, lebih dari sekadar memberikan seseorang praktik sosial dengan menghadirkan perbedaan, sesuatu yang baru, bahkan membuat bingung. Inilah yang menggaris bawahi gagasan bahwa dunia adalah tempat yang sangat rumit," ungkap salah satu peneliti dari Princeton University Amerika Serikat, Nicholas Buttrick dilansir dari Psypost, Kamis (1/9/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Penelitian yang sebelumnya juga dilakukan pada tahun 2013 silam ini juga menemukan fakta bahwa membaca buku fiksi seperti novel adlaah baik untuk perkembangan kognitif seseorang. Penelitian tersebut menunjukkan ketika seseorang membaca novel, puisi, atau prosa, banyak area otak yang menyala dan beraktivitas.
Artinya, tidak hanya area otak yang berkaitan pemrosesan bahasa saja yang aktif saat sedang membaca, tetapi juga area sensorik-motorik, yang mana keduanya berkaitan dengan perkembangan kognitif seseorang.
Baca Juga: Balada Keterasingan, Kehampaan dan Depresi di Novel Tsukuru Tazaki
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi