Optika.id, Surabaya - Ketua Umum HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Surabaya Rahmat mengutuk aksi kekerasan pada kader HMI Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Rahmat menyebut aksi premanisme yang dilakukan oleh beberapa panitia Pengenalan Budaya Akademik (PBAK) terhadap beberapa kader HMI di UINSA telah mencoreng nama baik universitas.
"Universitas sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan wadah aktualisasi mahasiswa seharusnya menunjukkan citra akademisnya," kata Rahmat pada Optika.id, Sabtu (3/9/2022).
Baca Juga: Perwakilan Kanwil DJP II Kemenkeu Temui Massa HMI Jatim, Janji Bawa Tuntutan ke Sri Mulyani
"Aksi premanisme di dunia pendidikan yang dilakukan oleh beberapa panitia PBAK terhadap beberapa kader HMI di UIN Sunan Ampel Surabaya harus diusut secara tuntas dan tidak ada toleransi bagi siapapun yang telah melakukan tindakan kekerasan kriminal," sambungnya.
Rahmat menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil langkah hukum. Dalam menyelesaikan kasus aksi kriminal berupa kekerasan kepada Kader HMI yang dilakukan beberapa oknum panitia PBAK UINSA.
Rahmat juga mengatakan bahwa pihaknya meminta Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBHMI) Cabang Surabaya untuk mengawal kasus ini sampai selesai. Karena, tindakan tersebut merupakan tindakan kriminal.
"Kami sudah koordinasi dengan LKBHMI Cabang Surabaya untuk mengawal kasus ini, karena ini merupakan tindakan kriminal yang harus benar-benar dikawal," tegasnya.
Rahmat juga menuturkan bahwa dirinya sudah koordinasi dengan pihak berwajib dalam penanganan kasus kriminal yang terjadi di UINSA.
"Kami sudah melaporkan pada pihak yang berwajib dalam penanganan kasus aksi kriminal pada Mahasiswa dan kami akan mengawal kasus ini sampek selesai sesuai Hukum yang berlaku," tukasnya.
Kronologis Penganiayaan
Diketahui, peristiwa penganiayaan tersebut terjadi di halaman belakang gedung twin tower Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA).
Tepatnya pada Kamis (1/9/2022) sore hari pukul 17.30 WIB. Bermula ketika beberapa mahasiwa mengibarkan bendera salah satu organisasi Mahasiswa ekstra kampus (Ormek).
"Kami berdua mengibarkan bendera salah satu organisasi mahasiswa ekstra (Ormek), disitu ada beberapa teman kami antara lain saudara Maulana, Danil, Maulido," ujar HM salah satu korban penganiayaan seperti dilansir jurnalisindonesia.id, Sabtu (3/9/2022).
Lantas mereka dihampiri oleh salah seorang panitia dengan membawa kurang lebih 20 orang teman berpakaian hitam. Menanyakan perihal perizinan pengibaran bendera tersebut hingga terjadi adu argumen.
"Setelah itu kami dihampiri seseorang diduga panitian PBAK dan dan oknum oraganisasi ekstra lain, dan menanyakan perizinan. setelah beradu argumen, akhirnya ia pergi tak lama datang kurang lebih 20 orang berpakaian hitam yang diduga panitia PBAK," tambah keterangan tersebut.
Dalam perdebatan tersebut korban menanyakan perihal surat izin dan bagaimana teknis perizinannya, kemudian dijawab untuk menanyakan ke senat.
"Saat ditanya mana suratnya, saya menjawab surat izinnya seperti apa dan bagaimana teknis perizinannya? Dijawab ya tanya ke senat, saya akui saya salah satu anggota ormek," ucap korban HM.
Baca Juga: HMI Demo di Gedung DPR, Kader: Kami Prihatin dengan Rakyat
Setelah perdebatan itu mereka datang dengan membawa rombongan dengan salah satu pelaku lain yang dibonceng sepeda motor. Setelah turun mereka berteriak menghadap salah satu korban lain bernama Agung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tak berselang lama datang salah seorang dengan dibonceng pelaku sebelumnya dengan menaiki motor. "Mereka turun, lalu teriak teriak dan menghadap Agung sehingga terjadi adu argumen," katanya.
Setelah adu argumen tersebut seseorang yang dibonceng tadi melakukan pemukulan terhadap Agung dan beberapa korban lain dan rombongan lainya ikut melakukan pengeroyokan.
"Setelah itu orang yang dibonceng tersebut melakukan pemukulan terhadap Agung, dan teman-teman, rombongan lainya ikut memukuli (mengeroyok) Agung, Maulana, dan Saya," tambahnya.
Kejadian tersebut dilihat oleh Security dan Menwa (Resimen Mahasiwa), yang kemudian melerai peristiwa tersebut.
"Setelah itu datang lah Security dan Menwa untuk melerai pengeroyokan tersebut," jelas HM.
Akibat dari pengeroyokan ini salah satu korban Maulana mengalami luka bocor pada kepala bagian belakang, dan 2 luka tusukan di bagian punggung.
Untuk korban yang bernama HM mengalami luka memar di bagian belakang telingga, sedangkan Agung pinsan di tempat kejadian perkara.
Baca Juga: HMI Surabaya Nilai RKUHP Upaya Lemahkan Daya Kritis Mahasiswa
Setelah peristiwa tersebut, para korban lantas menuju Polsek Wonocolo untuk membuat pelaporan kejadian penganiyaan yang dilakukan oknum panitia PBAK UINSA.
"Kami pun melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Wonocolo, karena teman kami mengalami luka bocor di kepala," tambah HM.
Setelah pelaporan para korban langsung menuju RSI Jemursari untuk melakukan visum forensik.
"Dan setelah itu kami pun melakukan visum forensik di RSI Jemursari," pungkas HM.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi