Optika.id - Umumnya, sebagian besar penderita demensia merupakan kalangan lansia yang berusia di atas 60 tahun. Akan tetapi, bukan berarti seseorang tidak dapat terdiagnosis demensia atau alzheimer secara dini.
Bisa saja seseorang terkena penyakit ini pada usia menginjak 30 tahun.
Baca Juga: Sinopsis Film Badarawuhi , Menelisik Asal Usul Hantu KKN di Desa Penari
Direktur Eksekutif Alzheimers Indonesia (ALZI) Michael Dirk R. Maitimore mengatakan fenomena ini disebut dengan Young Onset Demensia (YOD) atau Early Onset Demensia (EOD). Menurutnya, terdapat beberapa faktor risiko dari fenomena ini.
"Ada yang baru berusia 30 tahunan sudah ada diagnosa demensia. Terdapat beberapa faktor, seperti faktor kesibukan, sehingga kita lupa untuk menstimulasi otak, dan otak menjadi tidak aktif dalam melakukan kegiatan keseharian," kata Michael dalam keterangannya, Senin (26/9/2022).
Faktor lain yang memicu demensia di usia muda juga berasal dari faktor medis seperti diabetes, kolesterol hingga tekanan darah tinggi. Gaya hidup yang tidak sehat juga berpengaruh penting dalam meningkatkan risiko demensia.
"Beberapa gaya hidup yang dapat memicu lahirnya demensia alzheimer lebih dini antara lain, kurang olahraga, kebiasaan minum alkohol, merokok, serta mengonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak jenuh dan gula, atau kurang bergizi bagi otak," jelas Michael.
Penderita YOAD biasanya mulai mengeluh pada usia 40 - 50 tahun. Penderita biasanya mempunyai risiko faktor genetik yang kuat dan harus dibuktikan melalui pemeriksaan genetik (Familial Alzheimer's Disease/FAD).
Umunya masalah demensia alzheimer yang menjangkit anak muda terkait dengan faktor genetik. Orang tua dengan demensia berpotensi menurunkan penyakit itu pada anaknya. Akan tetapi persentase kasus demensia alzeheimer pada anak muda tergolong kecil, hanya di bawah satu persen saja.
Berdasarkan laporan dari ALZI, penyandang termuda berusia 23 tahun berasal dari Inggris dengan diagnosa Demensia Parkinson. Kasus ini juga berkaitan dengan genetik dari ibu.
Michael kemudian membagikan cara pencegahan demensia usia muda. Menurutnya, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Merupakan hal paling sederhana dan mendasar. Makan dan tidur cukup secara teratur, menghindari alkohol dan rokok hingga mengelola stres mampu menurunkan potensi demensia usia muda.
Faktor Penting Pendampingan Keluarga
Sementara itu, dalam merawat orang dengan demensia (ODD), keluarga merupakan pengasuh atau caregiver yang paling ideal dibanding dengan orang lain.
Baca Juga: Begini Cara Memakai Parfum yang Benar Agar Aroma Tak Cepat Hilang
Pilihan itu pasti adalah keluarga. Prinsipnya, keluarga sudah menjadi pilihan utamanya, itu idealnya," kata Dokter Spesialis Saraf Yuda Turana, Senin (26/9/2022).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ditanya apakah kehadiran pengasuh atau caregiver profesional dapat membantu merawat ODD, hal tersebut bisa menjadi pilihan yang dapat dipertimbangkan.
"Adanya caregiver profesional tentu bisa membantu di beberapa hal, termasuk dalam konteks pendampingan di kasus (demensia) yang berat, untuk membantu menurunkan beban dari keluarga pasien. Karena, persoalan demensia bukan merupakan persoalan individu, tapi ada juga keluarga yang mengasuhnya," jelas Yuda.
Kemampuan seseorang dengan demensia akan mempengaruhi orang-orang di sekitar sebab saat demensia berkembang, maka beberapa aspek hubungan menjadi lebih sulit.
Kendati demikian, pengasuhan dari orang-orang sekitar bisa membantu penderita demensia alzheimer untuk fokus pada aspek-aspek positif dalam hidupnya. Didukung dengan kasih sayang dari lingkungan sekitar.
Merawat orang dengan demensia bisa jadi hal yang menantang bahkan kerap menimbulkan rasa frustasi. Oleh sebab itu, Yuda berpesan kepada keluarga pasien untuk tak lupa merawat diri sendiri dan giat mencari dukungan serta tak ragu mencari bantuan ketika sudah merasa begitu lelah (burnout).
Baca Juga: Capres Diminta Lebih Fokus Urus Kesehatan Multisektor dan Multiaktor
"Support system group, baik untuk penderita demensia maupun caregiver pasti membantu," ujar dia.
Michael menambahkan, asosiasi seperti ALZI memiliki kegiatan rutin bagi caregiver untuk saling berbagi cerita dan memberikan dukungan satu sama lain. Selain itu, ada pula konseling bagi mereka yang mengalami burnout.
"Selain itu, yang terpenting adalah mampu menerima dengan lapang dada. Ini sulit untuk dilakukan," jelas Michael.
Reporter: Uswatun Hasanah
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi