Optika.id - Kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang pasca laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022) masih menyisakan duka mendalam. Tak terkecuali keluarga para korban tragedi di Kanjuruhan yang mengakibatkan korban meninggal 125 orang lebih.
Melihat kejadian tersebut, Pengacara asal Surabaya M Sholeh mencoba mendatangi keluarga korban untuk menyampaikan rasa duka cita yang mendalam.
Baca Juga: LBH Pos Malang Kembali Tambahkan Daftar Saksi Soal Tragedi Kanjuruhan
"Teman-teman saya sudah berada di rumah korban dan disamping saya ini adalah Pak Munif, orang tua dari Lutfia Damayanti salah satu korban perempuan yang masih berusia 20 tahun dan merupakan korban tragedi Stadion Kanjuruhan," kata Sholeh dalam unggahan video di akun Tiktoknya, Selasa (4/10/2022).
Cak Sholeh sapaan akrabnya, berjanji akan membantu para korban tragedi Kanjuruhan terkait masalah advokasi apabila dibutuhkan.
"Catatannya disini kami mau melakukan advokasi, tidak hanya untuk Pak Munif dan keluarga tapi juga kalau ada korban-korban lain monggo silakan nanti kita bantu advokasi," ujar Cak Sholeh.
Menurut Cak Sholeh kejadian tersebut bukan seberapa besar ganti rugi yang diberikan kepada korban akan tetapi lebih kepada pihak-pihak yang harus bertanggung jawab atas tragedi Kanjuruhan harus diungkap.
"Satu supaya tragedi ini tidak selesai soal minta maaf dan tragedi ini juga tidak selesai soal santunan, tapi harus ada siapa-siapa yang bertanggung jawab atas kasus ini. Nyawa tentu tidak bisa diganti dengan uang, maka nanti panpel akan kita gugat, juga ada PSSI, dan aparat keamanan atau kepolisian yang kita gugat," tegas Cak Sholeh.
Baca Juga: Demo Ricuh Tragedi Kanjuruhan di Kantor Arema FC, Sejumlah Pemuda Banyak yang Dipenjara
"Yang disitu apakah protapnya ini menyalai prosedur, karena aturan FIFA tidak membolehkan menggunakan senjata api dan gas air mata di dalam stadion. Faktanya yang ditembaki di stadionpun bukan yang dilapangan tetapi korban anaknya Pak Munif ini posisinya di tribun. Sehingga terjadilah disitu, berdesak-desakan dan terinjak-injak sesak nafas akhirnya meninggal," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Cak Sholeh berharap kedepan kejadian tersebut tidak terulang kembali dan bisa menjadi pelajaran berharga untuk sepakbola Indonesia lebih baik.
"Harapannya kasus ini benar-benar menjadi pelajaran, terutama kepada PSSI, karena Ketua PSSI ini Purnawirawan polisi dan seharusnya kordinasi jelas, karena aturan FIFA tidak membolehkan gas air mata didalam stadion. Terus kenapa ini diperbolehkan, kenapa panpel membiarkan, kenapa suporter-suporter ini tidak ditertibkan oleh PSSI supaya suporter ini bisa menonton sepakbola dengan tenang, aman, tanpa ada kerusuhan," pungkasnya.
Baca Juga: Korban Tragedi Kanjuruhan Ajukan Gugatan Perdata ke PN Malang
Reporter: Denny Setiawan
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi