Optika.id, Surabaya - Hasil riset The Republic Institute sangat menarik. Paruh waktu, sekitar 2 tahun dari 2019, terjadi pergerakan elektabilitas partai politik (parpol) di Jawa Timur (Jatim). PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) menyalib elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Suara PDIP dalam pemilu 2019 sebesar 27% sekarang menjadi 19,6% sedangkan PKB dari posisi di bawah PDIP menjadi 25,2%.
Menurut Dr Sufiyanto peningkatan elektabilitas PKB terjadi karena imbas di beberapa wilayah kabupaten bupatinya berasal dari kader PKB, keterangan mantan Bawaslu Jatim (Badan Pengawas Pemilu Jawa Timur) lewat konferensi pers secara daring, Minggu (10/10/2021).
Baca Juga: Daftar Injury Time, Cak Imin Antar Luluk-Lukamanul ke Kantor KPU Jatim!
Seperti Sidoarjo di mana bupatinya dari PKB.Peningkatan PKB signifikan. Masyarakat melihat PKB saat ini lebih harmonis pada tataran kepengurusan, mulai tingkat kabupaten, provinsi sampai pusat, urai dosen Fisip Universitas Muhammadiyah Sidoarjo itu.
Partai Golkar juga naik signifikan. Posisi di DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Jatim berada di urutan kelima, dalam riset kali ini berada di posisi ketiga dengan elektabilitas 11,8%. Mengapa Golkar naik?
Peningkatan Golkar ini disebabkan oleh beberapa alasan, pertama, tokoh tokoh Golkar di wilayah banyak yang bergerak di bawah tanah seperti Sahat Simanjuntak, Zulfikar dan Hasan Irsyad, kata Sufiyanto.
Kedua, beberapa pengurus partai dan caleg partai melaksanakan secara massal kegiatan-kegiatan sosial, seperti vaksinasi dan pembagian sembako. Ketiga, penguatan kembali Golkar di wilayah wilayah pinggiran dan perbatasan imbas dari kondisi ekonomi saat ini, urainya lebih detail.
Untuk Gerindra, meskipun turun dari urutan ketiga ke urutan keempat tapi masih cukup tinggi suaranya, mengingat selisih hasil survei terkait elektabilitas dengan Golkar yang hanya 0,1%, tingginya suara Gerindra ini disebabkan karena beberapa tokohnya sangat instens turun dan menyapa konstituennya, seperti Gus Fawaid dan Anwar Sadad.
Sedangkan Partai Demokrat relatif stagnan hal ini terjadi karena faktor ketokohan Emil Dardak serta ketokohan lokal yang masih mendukung Demokrat tetap memberi persepsi positif bagi masyarakat, tetapi meskipun ada sedikit pengaruh dari imbas perebutan jabatan ketua Demokrat Jatim di media yang sampai sekarang masih muncul, sehingga Demokrat tidak meningkat secara siknifikan dan pemilihnya cenderung menunggu karena ragu-ragu.
Lihat grafis Komposisi Kursi DPRD Jatim 2019-2024 dan Elektabilitas Parpol di Jatim di bawah ini
Popularitas Jalan Masuk ke Elektabilitas
Grafis di atas menunjukkan popularitas parpol merupakan jalan masuk untuk mencapai elektabilitas. Parpol lama di Jatim yang popular ternyata berpengaruh terhadap elektabilitasnya.
Baca Juga: Makin Kuat, PBNU Desak PKB Tentang Peran Ulama di Partai
Popularitas parpol lama seperti PKB (99,7%), PDIP (99,8%), (Golkar 99,8%), Demokrat (98,3%), Gerindra (98,1%), PAN (91,6%), Nasdem (86,8%), PKS (84,4%), PPP (84,1), Hanura (71,0%), PSI (46,4%), PBB (41,7%), Berkarya (31,8%), Garuda (24,6%), PKPI (19,7%), Partai Ummat (16,0%) dan Gelora (13,7%).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Partai Ummat yang mendapatkan popularitas 16% ini lebih disebabkan karena ketokohan Amien Rais dan pembentukan DPC di beberapa wilayah sudah berjalan, serta popularitas juga didapat dari beberapa baliho Partai Ummat sudah nampak di beberapa wilayah, seperti Lamongan dan Tuban.
Partai Gelora dengan popularitas 13,7% disebabkan sudah mulainya dibentuk kepengurusan partai di beberapa wilayah, di samping sudah mulai intennya beberapa kader Partai Gelora untuk merekrut kaum milenial.
Hal yang berbeda terjadi pada PKPI, meskipun sudah ikut beberapa kali Pemilu, tetapi popularitasnya hanya 19,7%, hal ini terjadi karena salah satunya kepengurusan PKPI di wilayah tidak aktif, serta tidak adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya perekrutan dan sosialisasi ke masyarakat yang dilakukan PKPI.
Tidak hanya popularitas parpol berpengaruh terhadap elektabilitas, faktor sosiologis dan psikologis lain juga berperan. Menurut TRI ada beberapa faktor yang berpengaruh menaikkan elektabilitas parpol di Jatim yaitu figur tokoh partai (33,6%), ikut keluarga (15,4%), Lingkungan organisasi (14,1%), relawan (11,5%), ideologis (10,5%), dan ikut teman (5,7%).
Dinamika Elektabilitas Parpol Datar Saja
Menurut Dr Abdul Aziz hasil riset TRI sebenarnya belum menggambarkan dinamika politik di Jatim yang spektakuler.
Baca Juga: Survei SMRC: Pemilih PKB, NasDem dan PKS Pilih Anies Jika Bersanding dengan RK
Masih datar saja. Temuannya belum spektakuler. Struktur masyarakat Jatim, ideologi politik, dan perilaku memilihnya belum tampak kontraksi, urai dosen Ilmu Politik Fisip Universitas Brawijaya Malang itu lewat WhatsApp kepada Optika.id, Rabu (13/10/2021).
Menurut Aziz sebenarnya perolehan suara PKB di Jatim dalam pileg 2019 lebih banyak daripada PDIP. Pada Pileg DPRD Jatim 2019, PKB mendapat 4,3 juta suara (20,5%) dan PDIP membuntutinya dengan meraup 4,1 juta suara (19,24%). Namun perolehan kursi di DPRD Jatim PKB kursinya 25, sementara kursi PDIP kursinya 27.
Hal itu terjadi karena PDIP di beberapa daerah pemilihan mendapat sisa suara terbanyak untuk kursi PDIP. Itu konsekuensi struktur demografi masyarakat pendukung 2 parpol tersebut,
TRI melakukan riset Penelitian dengan teknik pengambilan sampel multistage random sampling dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 1225 responden tersebar di 38 kabupaten dan kota di seluruh wilayah provinsi Jawa Timur. Sampel kemudian diturunkan dari Provinsi ke tingkat Kabupaten/Kota, lalu ke tingkat Kecamatan, dilanjutkan ke tingkat Desa lalu diturunkan ke tingkat RT, Rumah dan menentukan subjek penelitiannya. Proses pengambilan sampel (wawancara) dilakukan pada tanggal 1-13 September 2021, margin of error sebesar 2,8 %.
Aribowo
Editor : Pahlevi