Bank Sampah Masih Terlilit Banyak Masalah, WALHI: Ubah Paradigmanya Dulu

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 29 Nov 2022 22:32 WIB

Bank Sampah Masih Terlilit Banyak Masalah, WALHI: Ubah Paradigmanya Dulu

i

recycle-gb236389b6_1920

Optika.id - Juru Kampanye Urban WALHI, Abdul Ghofar mengatakan bahwa selama ini pengelolaan sampah belum efektif, serta belum terlihat peran dari bank sampah. Akan tetapi, dia menyatakan bahwa saat ini bank sampah diperlukan karena melibatkan partisipasi langsung dari masyarakat.

Dirinya juga menyoroti rendahnya efektivitas bank sampah yang sudah serupa dengan industri daur ulang dalam penanganan sampah. Dalam penjelasannya tersebut, dia merinci hanya sekitar 9% saja bank sampah dan industri daur ulang sampah berjalan efektif.

Baca Juga: Usai Debat Cawapres, Walhi Ingatkan Tren Kriminalisasi Aktivis Lingkungan Hidup

Menurutnya, saat ini bank sampah mempunyai banyak tantangan. Mulai dari kekeliruan paradigma bank sampah, pendanaannya, sumber daya manusia, hingga distribusi barang daur ulang ke industri.

Maka dari itu, dia mengusulkan agar paradigma bank sampah segera diubah. Paradigma yang dimaksud yakni yang hanya menitikberatkan pada sisi manfaat ekonomi. Dan hal tersebut harus dihindari agar para pengurus bank sampah tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi semata.

Apabila bank sampah yang dikelola gagal mendapatkan balik modal ekonomi seperti yang diharapkan, besar kemungkinan jika operasional bank sampah ini akan terhenti. Sebab, bank sampah merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam menangani berbagai persoalan sampah dan lingkungan.

"Maka pendirian bank sampah dalam jumlah banyak secara bersamaan harus dihindari. Bank sampah adalah sistem antara pasca keterlibatan masyarakat dalam pemilahan sampah dari rumah, " kata Ghofar ketika dihubungi Optika.id, Selasa (29/11/2022).

Adapun salah satu upaya untuk membangun kesadaran masyarakat yakni melakukan edukasi dan pemberian contoh secara door to door atau komunikasi langsung dengan mereka.

Dia menjelaskan jika saat ini sudah ada gerakan nasional pilah sampah dari rumah yang diluncurkan oleh pemerintah. Gerakan tersebut, ucap Ghofar, bisa diimplementasikan dan diterapkan mulai dari rumah tangga dengan pelibatan RT/RW, PKK dan kelompok masyarakat.

Selain itu dukungan sarana prasana sederhana akan memudahkan masyarakat melakukan penanganan sampah secara komunal.

Baca Juga: Masalah Transportasi Publik, Sampah, dan Kawasan Kumuh di Tahun 2045, Ini Solusi Gibran

"Dalam hal ini, penting untuk memberi contoh terlebih dahulu soal model pengelolaan sampah skala rumah tangga dan permukiman yang bisa diadaptasi oleh warga. Tentunya yang mudah dan murah," kata Ghofar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ghofar mengaku pesimistis terkait dengan target penanganan sampah 70n pengurangan sampah sebanyak 30% pada tahun 2025 akan bisa dicapai lantaran beragam persoalan bank sampah yang melanda tersebut.

Hal tersebut juga disebabkan sejauh ini belum ada akselerasi yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah. Akselerasi tersebut dapat tercapai jika ada political will dari pejabat nasional dan kepala daerah melalui penganggaran pengelolaan sampah yang cukup.

Ghofar menyebut jika pemberian dukungan pemerintah dalam mendirikan bank sampah di sisi lain juga perlu untuk mempersiapkan berbagai hal lainnya seperti bank sampah induk, maupun TPS3R dan pusat daur ulang sebagai penghubung. Selain itu mekanisme pemantauan, evaluasi dan asistensi secara berkala perlu dilakukan.

Melalui anggaran memadai, pemerintah dapat memperbanyak sarana pengelolaan sampah mulai dari tempat sampah terpilah, kendaraan pengangkut, TPS3R, pusat daur ulang, pusat kompos, dan lainnya.

Baca Juga: Pengolahan Air Bersih di Indonesia untuk Memenuhi Tujuan Sustainable Development Goals (SDGS)

"Peningkatan persentase layanan pengelolaan sampah juga menjadi salah satu kunci pencapaian target 70% penanganan sampah pada 2025," jelas Ghofar.

Reporter: Uswatun Hasanah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU