Pengolahan Air Bersih di Indonesia untuk Memenuhi Tujuan Sustainable Development Goals (SDGS)

author Nasya Syabilla Al-Zuhdi

- Pewarta

Sabtu, 16 Des 2023 22:39 WIB

Pengolahan Air Bersih di Indonesia untuk Memenuhi Tujuan Sustainable Development Goals (SDGS)

Optika.id - Memprioritaskan program yang mendukung ketersediaan air bersih dan selaras dengan preferensi pengguna akan menjadi titik fokus dalam inisiatif lingkungan. Air bersih dan sanitasi yang layak merupakan kebutuhan mendasar manusia. Meskipun demikian, memastikan kebutuhan ini masih menjadi tantangan global. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan air bersih, air minum, dan sanitasi merupakan tujuan utama dalam pembangunan berkelanjutan.

Patokan khusus ini dituangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001. Ini berfungsi sebagai kriteria kualitas udara dan mencakup unsur fisik, kimia, dan biologi. Salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) adalah “Energi yang Terjangkau dan Bersih.”

Baca Juga: Greenpeace Sanggah Jokowi, Sebut Food Estate Perparah Krisis Pangan dan Lumbung Masalah

Untuk mencapai tujuan ini, sangat penting untuk memprioritaskan pemanfaatan sumber energi berkelanjutan, khususnya di lingkungan industri. Pembangkit listrik tenaga air, suatu bentuk energi berbasis air, berasal dari pemanfaatan arus air yang terdapat di sungai, sungai kecil, dan laut.

Berbagai teknologi, termasuk pembangkit listrik tenaga air, pembangkit listrik tenaga gelombang, dan pembangkit listrik tenaga pasang surut, dapat digunakan untuk menghasilkan energi dari sumber air ini. Oleh karena itu, diperlukan teknologi untuk menjernihkan dan membersihkan udara dari kontaminan, serta untuk mengolah air minum. Diharapkan teknologi ini tidak akan mengurangi kandungan penting yang ada di dalam air.

Energi berbasis air umumnya dianggap sebagai energi bersih karena biasanya tidak menghasilkan produk sampingan seperti emisi karbon dan polusi udara. Karakteristik ini sangat penting untuk memitigasi dampak buruk perubahan iklim. Bidang ilmu energi air terkait erat dengan pengembangan rekayasa nanoteknologi.

Nanoteknologi pada dasarnya adalah disiplin ilmu yang berpusat pada manipulasi dan penerapan material pada skala nanometer. Bidang ini menjanjikan inovasi dan kemajuan di berbagai bidang, termasuk elektronik, biomedis, energi, dan ilmu lingkungan (Irbah Almas Maitsa, 2023). Dalam pengelolaan suatu kawasan industri, pertimbangan utama dan krusial adalah menjamin ketersediaan air bersih.

Secara umum, penerapan nanoteknologi di sektor lingkungan, khususnya dalam upaya mencapai akses air bersih dan sanitasi, memberikan peluang besar untuk mengatasi tantangan yang terkait dengan akses air bersih global. Nanoteknologi saat ini mengalami perkembangan pesat karena mampu mengatasi beragam tantangan di berbagai bidang seperti kesehatan, energi, elektronik, pertanian, dan banyak lainnya.

Penerapan nanoteknologi, khususnya dalam bentuk nanofilter dan nano-sensor, memiliki potensi untuk mengatasi tantangan terkait penyediaan air bersih dan sanitasi yang layak bagi Masyarakat (Mayfa NabilaKezya, n.d.).

Pemilihan teknologi pengolahan air bersih sebagian besar dipengaruhi oleh sifat sumber air baku yang akan diolah menjadi air bersih (Laili et al., 2016). Misalnya, ketika menangani sumber air baku seperti air sungai yang tidak terkontaminasi, teknologi pemrosesan konvensional dan aerasi secara umum sudah cukup untuk menghasilkan air bersih. Menurut (Nasution et al., n.d.) air memainkan peranan penting dalam menunjang kehidupan, khususnya di bumi, dimana sebagian besar komposisi kita terdiri dari air.

Sekitar 70% penggunaan air digunakan untuk kebutuhan pertanian, 20% dialokasikan untuk keperluan industri (termasuk industri pangan), dan hanya 10% untuk keperluan rumah tangga (termasuk air minum). Air bersih sangat diperlukan dalam rumah tangga, terutama untuk aktivitas seperti mencuci.

Kriteria air bersih antara lain memiliki pH netral, tidak berwarna, jernih, tidak berasa, tidak beracun, tidak mengandung mikroorganisme, dan tidak berbau. Selain itu, air berfungsi sebagai bahan untuk pengujian korosi. Serta air dapat digunakan sebagai sampel untuk mengukur permintaan Oksigen Biokimia.

Baca Juga: Kontestasi Politik Saat Ini Sepi Isu Lingkungan

Di wilayah tertentu, mungkin tidak terdapat sumber daya air yang cukup untuk memfasilitasi produksi energi berbasis air. Air sumur yang saat ini dimanfaatkan warga rupanya terkena dampak dari adanya limbah logam industri. Dampak ini terlihat baik secara visual, karena warna airnya keruh, maupun dari segi rasa, warga menggambarkannya sebagai air yang hambar saat dikonsumsi. Berbagai keluhan dilontarkan warga, mengungkapkan kekhawatiran bahwa air yang mereka andalkan untuk kebutuhan sehari-hari sudah tidak sehat lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam hal ini, sumber energi alternatif perlu dieksplorasi. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, diperlukan integrasi teknologi yang lebih efisien, penegakan peraturan yang ketat, dan keterlibatan pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pengembangan proyek energi berbasis air. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat capaian penyediaan akses air bersih yang cukup di Indonesia saat ini mencapai 72,55 persen.

Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) menunjukkan bahwa 93% rumah tangga Indonesia memiliki akses terhadap pasokan air minum yang cukup, namun hanya 11,9% yang memiliki akses terhadap air yang memenuhi kriteria aman. Meskipun akses terhadap air minum yang cukup dan aman merupakan konsep yang berbeda, keduanya sama pentingnya bagi kesehatan Masyarakat (Mayfa NabilaKezya, n.d.).

Hidrogen hijau mengacu pada hidrogen yang diproduksi menggunakan metode yang mengandalkan sumber daya berbasis air, terutama melalui proses elektrolisis air. Menurut (Mahestra Riandra Restu, 2023) hidrogen hijau dikenal sebagai sumber energi yang bersih dan berkelanjutan dengan penerapan serbaguna di berbagai sektor industri. Ini dapat digunakan di berbagai bidang seperti transportasi, produksi baja, dan industri kimia.

Sebagai contoh pada berita (Detikbali Tim, n.d.) permasalahan terkait dengan kualitas udara di Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, mendapat perhatian besar dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng. Bekerja sama dengan Unit Pengelola Sarana Air Minum (UPS) Bondalem, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Buleleng memperkenalkan solusi inovatif – Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Baca Juga: Isu Lingkungan Tidak Mendapat Atensi dari Pemerintah

Pembangkit listrik ini memasok listrik ke pompa sumur, sehingga secara efektif menjamin akses air bagi 700 keluarga di desa tersebut. Satu sumur bor melayani sejumlah besar rumah tangga, menyediakan sambungan bagi 700 rumah tangga di kawasan Celagi Bantas, Celagi Batur, dan Kelod Kangin, dari total 2.069 pelanggan. Menurut (Ratya Mega Putra, 2023) PAM Jaya, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), menargetkan cakupan air bersih 100 persen di DKI Jakarta pada tahun 2030.

Untuk mencapai tujuan tersebut, PAM Jaya berencana berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk media massa, dalam upaya bersama untuk mencapai tujuan tersebut. akses luas terhadap air bersih di wilayah tersebut. Kepala Desa Bondalem Gede Ngurah Sadu Adnyana menyebutkan, dari segi teknis, ada lima sumur di Desa Bondalem. Meski demikian, saat ini baru satu titik pompa sumur bor yang memanfaatkan pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030, menurut (Pristiandaru Danang Lambang, 2023) yang bertujuan untuk mencapai akses universal dan adil terhadap air minum yang aman, terjangkau, meningkatkan kualitas udara dengan mengurangi polusi, memberantas dumping, meminimalkan pelepasan bahan-bahan berbahaya dan bahan kimia, mengurangi separuh proporsi limbah udara yang tidak diolah, dan secara substansial meningkatkan daur ulang global dan penggunaan kembali barang-barang daur ulang yang aman dan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan udara di semua sektor, menjamin penggunaan dan pasokan air bersih yang berkelanjutan untuk mengatasi kelangkaan udara, dan secara nyata mengurangi jumlah individu yang menghadapi kelangkaan udara. merupakan upaya yang penuh tantangan.

Menerapkan kebijakan ini mulai sekarang sangatlah penting, dengan tujuan untuk menyelesaikan pembahasan krisis air bersih dalam satu atau dua tahun ke depan. Pendekatan proaktif ini diperlukan untuk memenuhi target pada tahun 2030. Seiring dengan kemajuan yang terus berlanjut dalam bidang ini, nanoteknologi diperkirakan akan memainkan peran penting dalam memastikan akses luas terhadap udara bersih dan sanitasi yang aman. Hal ini siap menghasilkan dampak positif terhadap kesehatan, lingkungan, dan keadilan sosial.

Energi berbasis air, dengan atribut terbarukan, bersih, dan stabil, menghadirkan peluang besar untuk memitigasi dampak buruk perubahan iklim, meningkatkan aksesibilitas energi, dan memperkuat perekonomian lokal. Demikian, sangat penting untuk mengakses penggunaan air bersih secara bijaksana, dengan mempertimbangkan dampak lingkungan dan memastikan keberlanjutan jangka panjang. Sebagai komponen integral dari strategi mengakses air bersih berkelanjutan, berguna untuk memainkan peran penting dalam membimbing dunia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU