Optika.id - Kesibukan, rutinitas sehari-hari dan banyaknya pekerjaan yang menumpuk tak jarang membuat seseorang rentan mengalami stress. Kondisi stress berat dan rasa lelah luar biasa yang berkepanjangan, baik secara fisik atau mental seperti ini biasanya disebut dengan istilah Burnout syndrome.
Biasanya, pekerjaan merupakan faktor utama yang sering menyebabkan sindrom psikologis ini terjadi, terutama pada masyarakat yang hidup di kota-kota besar yang cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja.
Baca Juga: Simak Tips Keuangan untuk Pelajar dan Mahasiswa Kantong Tipis
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran Iceu Amira DA, S.Sos., S.Kep., Ners., M.Kes. dalam Webinar dan Talkshow Say No to Burnout: Be More Productive yang digelar oleh Mahasiswa Program Profesi Ners Fkep Unpad, mengatakan bahwa burnout merupakan sindrom psikologis yang disebabkan adanya rasa kelelahan yang luar biasa, baik secara fisik, mental, maupun emosional.
Dampaknya, seseorang dapat kehilangan minat dan motivasi. Menurutnya, burnout dapat mengurangi produktivitas dan menguras energi sehingga membuat seseorang merasa tidak berdaya, putus asa, lemah, dan cepat marah.
Jika mengalami dalam waktu yang lama, akan berdampak pada kehidupan sosial terutama pekerjaannya, kata Iceu dikutip dari laman resmi Universitas Padjajaran, Minggu (4/12/2022).
Sedangkan menurut Institute for Quality and Efficiency in Health Care, orang yang pertama kali mencetuskan istilah ini adalah seorang psikolog asal Amerika bernama Herbert Freudenberger pada tahun 1970-an.
Dia memakai istilah tersebut untuk menggambarkan konsekuensi dari stress berat dan cita-cita yang tinggi dalam membantu profesi. Contohnya seperti seorang teknisi listrik yang bekerja dengan tuntutan dan risiko tinggi yang seringkali berakhir kelelahan, lesu, dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, pemakaian istilah burnout mulai meluas. Istilah ini tidak hanya digunakan untuk profesi tertentu atau untuk sisi gelap pengorbanan diri, karena saat ini burnout dapat dialami oleh siapapun, mulai dari orang-orang yang tertekan oleh karier, karyawan dan ibu rumah tangga yang terlalu banyak bekerja.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) sendiri baru-baru ini telah menetapkan burnout untuk menggambarkan kondisi stres kronis yang berhubungan dengan pekerjaan.
Meski tidak termasuk dalam jenis penyakit fisik, tetapi burnout sama sekali tidak boleh diremahkan karena jika dibiarkan begitu saja, stress bisa membuat pekerjaan tidak kunjung selesai, putus asa, dan mudah marah. Selain pekerjaan, burnout biasanya juga sering dikaitkan dengan kondisi psikologis lain, seperti depresi.
Beberapa kemungkinan yang diduga dapat menyebabkan seseorang mengalami burnout, mulai dari ketidakmampuan mengontrol pekerjaan, bayangan pekerjaan yang tidak jelas, ritme pekerjaan yang tidak bersahabat, serta jenis pekerjaan yang monoton atau terlalu dinamis.
Untuk mencegahnya, Iceu menekankan pentingnya menjaga keseimbangan hidup. Menurutnya, pengelolaan waktu yang baik, serta kemampuan mengelola stress menjadi hal yang sangat penting.
Baca Juga: Kelelahan Petugas KPPS Berakibat Fatal, Harus Jadi Evaluasi Pemilu
Juga mengubah gaya hidup, atur olah raga, atur pola makan, mengelola stress. Dengan demikian kita bisa mengurangi terjadinya burnout," ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, dosen Fkep Unpad lainnya, Titin Suntini, S.Kep., Ners., M.Kep menyatakan pentingnya meluangkan waktu (Me Time) dengan berbagai aktivitas untuk menyegarkan otak dan menghindari kejenuhan yang dapat berujung pada kondisi burnout.
Kalau sudah jenuh, me time. Ambil waktu me time kita yang kayak gimana. Setiap orang berbeda-beda, ujarnya.
Selain itu, merangkum dari Kata Data, Minggu (4/12/2022), terdapat beberapa cara efektif yang juga bisa kamu coba untuk mengatasi gejala burnout, yakni:
- Menentukan Prioritas
Menentukan skala prioritas seperti, apa yang harus dilakukan sesegera mungkin dan apa yang bisa dikerjakan nanti, menjadi salah satu cara penting menghindari burnout karena pekerjaan menjadi lebih terstruktur.
- Lebih Realistis dan Apresiasi Diri Sendiri
Pekerjaan yang terlalu menumpuk tentu akan membuatmu kelelahan sehingga penting untuk mengukur kemampuan diri dalam bekerja. Selain itu, mengapresiasi diri sendiri atas pekerjaan-pekerjaan yang berhasil diselesaikan merupakan cara terbaik untuk menghargai apa yang sudah kamu kerjakan.
Baca Juga: Abai Atasi Angka Pengangguran Usia Muda yang Kian Tinggi
- Diskusikan Dengan Atasan
Karena burnout sering dialami karena terlalu banyaknya pekerjaan yang dibebankan kepada seseorang, maka berdiskusi kepada atasan mengenai target kerja merupakan solusi yang tepat untuk dilakukan.
- Atur Gaya Hidup Sehat
Dengan mengatur pola hidup sehat seperti membiasakan diri melakukan yoga, meditasi atau semacamnya, maka secara otomatis kamu telah menyeimbangkan antara pekerjaan dengan aktivitas lain di luar pekerjaan.
- Perbaiki Pola Tidur
Hal lain yang tidak kalah penting untuk mengatasi burnout adalah dengan mengatur pola tidur yang sehat. Selain baik untuk kesehatan, dengan pola tidur yang sehat kamu akan jauh lebih segar dan produktif, serta memiliki lebih banyak energi untuk bekerja.
Reporter: Leni Setya Wati
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi