Optika.id - Permafrost atau tanah beku abadi adalah lapisan tanah beku yang berada di bawah suhu 0 °C selama beberapa tahun. Ibun abadi terbentuk dari es-es yang menggenggam berbagai macam tanah, pasir, dan bebatuan.
Permafrost umumnya terletak di lintang tinggi, yaitu dekat kutub utara dan selatan. Permafrost biasa terbentuk dalam iklim dengan suhu udara rata-rata tahunan kurang dari titik beku air.
Baca Juga: CEO Telegram, Pavel Durov Ditangkap di Prancis
Saat perubahan iklim terjadi, kuman-kuman yang terkunci permafrost ini mulai mencair. Para ilmuwan menyebutkan bahwa mencairnya permafrost akibat perubahan iklim dapat menghadirkan ancaman baru bagi manusia dan hewan.
Belum lama ini, para ilmuwan telah menemukan 'virus zombie' di daratan beku atau permafrost di Siberia, Rusia. Tidak seperti sisa es pada umumnya, daratan beku itu adalah rumah bagi virus hidup yang masih berpotensi menjadi patogen menular.
Virus Zombie yang dimaksud adalah virus tersebut tidak aktif dan sudah terkubur dalam jangka waktu yang sangat lama kemudian dapat aktif kembali karena tidak dibekukan.
Sebanyak 13 virus, salah satunya berusia 48.500 tahun, diangkat dari daratan beku atau permafrost di Siberia, Rusia, oleh sekelompok ilmuwan. Penelitian baru itu dipimpin oleh ahli mikrobiologi Jean-Marie Alemic dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Perancis, menurut laporan Science Alert.
13 virus baru tersebut diisolasi dari tujuh sampel permafrost Siberia kuno yang berbeda, satu dari sungai Lena, dan 1 dari Kamchatka
"Bagian dari bahan organik ini juga terdiri dari 25 mikroba seluler (prokariota, eukariota uniseluler) yang dihidupkan kembali serta virus yang tetap tidak aktif sejak zaman prasejarah," menurut para peneliti, Kamis (8/12/2022).
Tim ahli lintas negara ini, di antaranya dari Institut de Microbiologie de la Méditerranée Prancis, Institute of Experimental Medicine Rusia, hingga Alfred Wegener Institute Jerman, menyatakan penelitian ini dimaksudkan untuk meluruskan soal kesalahpahaman virus yang hidup kembali di dua penelitian sebelumnya.
"Tidak ada laporan tambahan tentang virus 'hidup' yang telah dipublikasikan sejak dua studi asli yang menjelaskan pithovirus (2014) dan mollivirus (2015)," ungkap mereka.
Baca Juga: Stikosa AWS Lakukan Riset Pemetaan Kompetensi Lulusan SMA/SMK di Jatim
"Kejadian seperti itu jarang terjadi dan bahwa 'virus zombie' bukanlah ancaman kesehatan masyarakat," lanjut keterangan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tim mengungkapkan 13 virus yang diteliti dengan protokol ketat ini termasuk dalam lima clade (kelompok organisme yang berevolusi dari nenek moyang yang sama) berbeda yang menginfeksi Acanthamoeba spp.
Yakni, pandoravirus, cedratvirus, megavirus, pacmanvirus, serta keturunan (strain) pithovirus baru.
"Namun sebelumnya tidak dihidupkan kembali dari permafrost," imbuh para pakar.
Alasan utama para ilmuwan terutama peneliti dari Rusia, Prancis, dan Jerman menghidupkan kembali virus ini adalah untuk diteliti lebih lanjut. Pasalnya virus yang diberi nama Pandoravirus Yedoma ini berisiko menginfeksi hewan dan manusia.
Baca Juga: Mengungkap Mysophobia: Ketakutan Ekstrem terhadap Kotoran
Penelitian ini dilakukan karena pemanasan global yang terus meningkat sehingga dikhawatirkan lapisan tanah beku atau danau beku yang menjebak virus ini akan mencair yang dapat menyebabkan virus ini akan terbebas atau aktif kembali.
Oleh karena itu, sebelum hal tersebut terjadi para peneliti menghidupkan kembali virus ini untuk diteliti lebih lanjut tentang bagaimana penyebaran dan mutasi nya sehingga mungkin akan dikembangkan sebuah vaksin untuk dapat mencegah dari infeksi dari virus zombie ini.
Reporter: Afif Nasirudin
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi