Optika.id-Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Surabaya menyebutkan penanganan stunting di Kota Surabaya, Jawa Timur, dilakukan dengan berbagai cara yang dimulai dari hulu hingga hilir dengan tujuan Surabaya menuju bebas stunting.
Ketua TP PKK Kota Surabaya Rini Indriyani mengatakan kasus stunting di Surabaya sudah turun drastis yakni pada 2020 angka stunting mencapai 12.788 kasus, 2021 turun menjadi 6.722 kasus, dan per Oktober 2022 jumlah balita stunting berangsur turun drastis menjadi 1.055 kasus.
Baca Juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat
"Tapi PR (pekerjaan rumah) kami yang paling berat adalah tidak boleh ada stunting baru yang muncul. Makanya, kami terus melakukan berbagai upaya penanganan mulai dari hulu hingga hilir," kata Rini, Kamis (8/12/2022).
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya menggelar Diseminasi Hasil Audit Kasus Stunting di Surabaya pada Rabu (7/12/2022). Pada acara tersebut didiskusikan tentang cara dan strategi Surabaya untuk terus menurunkan kasus stunting.
"Jadi dibahas solusi mengatasi semua itu, karena memang stunting itu bukan hanya soal kesehatan saja, tapi juga ada yang spesifik dan sensitif," ujar dia.
Menurut dia, audit stunting itu merupakan upaya identifikasi risiko dan penyebab risiko pada kelompok sasaran berbasis surveilans rutin atau sumber data lainnya, khususnya sebagai penapisan kasus-kasus yang sulit termasuk mengatasi masalah mendasar pada kelompok sasaran audit berisiko stunting, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui/nifas dan baduta/balita.
Oleh karena itu, kata dia, dalam penanganan kasus stunting di Surabaya itu, pihaknya bergerak bersama-sama, karena ini bukan hanya menjadi tanggung jawab camat saja atau kepala puskesmas saja, tapi semua pihak harus bersama-sama mengatasi ini.
"Jadi, kami bergerak bersama dan mudah-mudahan ini bisa mencegah stunting yang baru jangan sampai ada penambahan," kata dia.
Baca Juga: Haedar Nashir Hadiri Milad Seabad RS PKU Muhammadiyah Surabaya
Dia juga menegaskan bahwa di Kota Pahlawan ini, kasus stunting itu dilakukan pencegahan dari hulu hingga hilir. Kalau dari hulu, pasangan calon pengantin (catin) diberikan mikronutrien dengan harapan janin yang dia kandung akan tumbuh bagus, ketika dia hamil juga diberikan susu, vitamin dan pendampingan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bahkan, lanjut dia, ketika sudah melahirkan juga diberikan pendampingan, ada permakanan juga yang nantinya akan diganti dengan kudapan.
"Kalau semua upaya ini berjalan dengan baik, Insya Allah kasus stunting di Surabaya bisa turun dan semoga tidak ada penambahan kasus stunting baru di Surabaya," kata dia.
Rini juga menegaskan, Surabaya terus bergerak menuju zero stunting. Meskipun pada kenyataannya di lapangan tidak mungkin angka stunting itu sampai zero, karena memang ada penyakit bawaan dari bayi tersebut, sehingga jajaran pemkot harus menyelesaikan dan menyembuhkan penyakit bawaan itu dulu baru bergerak supaya anak tersebut tidak stunting.
Baca Juga: Pilwali Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji Akan Melawan Kotak Kosong?
"Jadi, kami akan bergerak bersama untuk terus mencegah stunting baru di Surabaya," kata dia.
Reporter: Angga Kurnia Putra
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi