Optika.id - Kerjasama antara Banyuwangi dan Indonesia Solid Waste Association (InSWA), melalui program Clean Ocean through Clean Communities (COCC) nampaknya jadi langkah yang nyata. Apalagi, dalam hal penanganan sampah yang saat ini masih belum menemukan solusi.
Baca Juga: Banyuwangi, Kota Jujugan Mahasiswa Luar Negeri Untuk Belajar Budaya!
InSWA membeberkan beberapa masterplan yang nantinya akan menjadi program ke depan. Rencananya, masterplan itu akan terealisasi pada Februari 2023 mendatang. Banyuwangi bukan tinggal diam, namun telah berkoordinasi dan melibatkan sejumlah pihak dan pemangku kepentingan.
Selain itu, InsWA juga mendesain sistem pengelolaan sampah di desa-desa. Ada 14 desa yang ditunjuk sebagai pilot project. Di antaranya, Kebondalem, Tamansari, Genteng Kulon, Genteng Wetan, Glagah, dan Setail. Desa-desa tersebut mendapatkan pendampingan dalam hal pengelolaan sampah.
Ke-14 desa terpilih tersebut, mewakili karakteristik level pengelolaan sampah di desa. Meliputi, desa belum memiliki sistem pengelolaan sampah, desa pengelolaan sampah dasar, desa pengelolaan sampah layak, desa pengelolaan sampah aman, dan desa pengelolaan sampah sirkular.
Baca Juga: Kabupaten Banyuwangi Jadi Pilot Project Transformasi Pelayanan Publik
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Seluruh desa pilot project tersebut mendapatkan pendampingan terkait manajemen pengelolaan sampah. Kita buat sistem pengelolaan sampah sedekat mungkin dengan sumbernya," terang Sekjen InSWA, M.S Oktamalandi, Kamis (22/12/2022).
Ia menyebut, dalam program ini pengelolaan sampah akan dilakukan secara sirkular, yakni memaksimalkan pengunaan material secara sirkular untuk meminimalisasi produksi limbah (residu). Ini dilakukan dengan cara menggunakan kembali produk dan bahan sebanyak mungkin secara sistemik dan berulang-ulang.
Baca Juga: Langkah Kecil Memulai Hidup Minim Sampah Ala Hamish Daud
"Dengan menggunakan sistem sirkular, residu yang terbuang ke TPA maksimal tinggal 30 persen. Itupun di masterplan rencananya masih kita olah lagi menjadi bahan bakar alternatif, sehingga residunya tinggal 5 persen. Dengan demikian sampai 20 tahun ke depan kita tidak perlu menambah TPA lagi. Itu yang kita rancang," pungkasnya.
Editor : Pahlevi