Optika.id - Munculnya dua kandidat kuat presiden Indonesia, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, adalah bagian dari keberhasilan kaderisasi organisasi mahasiswa ekstra kampus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Baca Juga: PDIP Tolak Sirekap dan Penundaan Rekapitulasi Pemilu 2024, Minta Audit Forensik KPU
Semasa mahasiswa, Anies adalah Ketua Komisariat HMI Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Dia juga anggota Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) 2012-2017. Sementara Ganjar adalah pegiat GMNI di Fakultas Hukum UGM. Dia gigih membela Megawati Sukarnoputri saat bersengketa melawan Soerjadi dalam konflik Partai Demokrasi Indonesia pada 1996.
Anies dan Ganjar adalah aktivis mahasiswa yang berhasil menjadi saripati dari inti kekuatan politik kaum muda Indonesia. Mereka berdua berasal dari kampus yang sama di ibu kota perjuangan, Yogyakarta, kata Moch. Eksan, intelektual muda NU dan penulis buku Kerikil di Balik Sepatu Anies, Rabu (26/4/2023).
Kehadiran Anies dan Ganjar menunjukkan dua hal. Pertama, Anies dan Ganjar menunjukkan bahwa selama satu dasawarsa ini UGM menjadi sumber kepemimpinan nasional. Presiden Joko Widodo juga bagian dari Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada).
Kedua, lanjut Eksan, menunjukkan bahwa HMI dan GMNI didesain sebagai organisasi kader yang disiapkan bukan hanya hidup semusim masa jabatan presiden, tetapi sepanjang masa. Dalam kelompok Cipayung, mereka bisa bersatu padu sebagai kekuatan kritis pemerintah tanpa terkooptasi dengan kelompok kepentingan manapun, jelasnya.
Baca Juga: Gerindra Sebut Koalisi dengan Kubu 01 dan 03 Berpotensi dapat Terjadi
Bertolak dari hal ini, Eksan menolak anggapan bahwa Anies dan Ganjar adalah representasi pertarungan capres HMI melawan capres GMNI. HMI dan GMNI tak bisa dipersonifikasi dengan sosok Anies dan Ganjar. Tak otomatis HMI dan alumni HMI kompak mendukung Anies. Begitu juga tak kemudian GMNI dan alumni GMNI menyokong Ganjar, ungkapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Eksan mengingatkan pergulatan politik dan perebutan kekuasaan melintasi batas ideologi organisasi kemahasiswaan. Di kelompok Anies ada alumni GMNI dan juga di kelompok Ganjar ada alumni HMI. Jadi sangat tak relevan membawa simbol HMI dan GMNI dalam Pilpres 2024, tuturnya.
Eksan yakin, Anies dan Ganjar juga tak sepakat jika dua organisasi kemahasiswaan itu diseret dalam pertarungan politik. HMI dan GMNI bersifat independen, tak berafiliasi pada kekuatan politik manapun, dan juga bukan underbrow dari ormas atau parpol manapun. Mahasiswa sejatinya merupakan moral force bangsa, bukan task force dari dari pemenangan capres tertentu, katanya.
Baca Juga: Rocky Gerung Desak Anies-Ganjar Tolak Hasil Pemilu 2024, Jangan Tunggu Hasil Akhir!
HMI dan GMNI merupakan aset bangsa yang harus dijaga dan dipelihara. Independensi organisasi ini merupakan modal intelektual dan sosial untuk hidup dalam rezim apapun. Rugi bila dua organisasi kemahasiswaan ini terlibat dalam aksi dukung mendukung capres, kata Eksan.
Tentu saja, lanjut Eksan, siapapun boleh memberi dukungan pribadi. Namun jangan secara organisasi. Semua ini untuk mensterilkan kepentingan politik praktis yang bersifat perorangan dan semata-mata membela kepentingan bangsa yang bersifat umum, pungkas dosen mata kuliah Ahlussunnah Wal Jamaah Universitas PGRI Argopuro Jember ini.
Editor : Pahlevi