Optika.id - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) menyampaikan sejumlah masalah yang perlu ditangani Universitas Islam Malang (Unisma) baik dari segi sistem nasional maupun sistem Yayasan Unisma secara internal. Hal itu disampaikan saat Gus Yahya saat menghadiri silaturahmi dan halal bihalal bersama jajaran yayasan, rektorat, dan pimpinan Universitas Islam Malang (Unisma).
Baca Juga: Gus Yahya Ungkap Pengalamannya di Pemilu 2014 dan 2019, Penuh dengan Politik Identitas!
Menurut Ketum PBNU, Dr (HC) KH Yahya Cholil Staquf, Unisma mengalami perkembangan sangat pesat. Hal itu menjadi konsen utama, PBNU. Nahdlatul Ulama (NU) saat ini memiliki begitu banyak lembaga khidmat. Lembaga tersebut hadir bukan hanya inisiatif pengurus, tetapi juga inisiatif independent atau tanpa berkaitan langsung dengan organisasi.
Ada 43 , yang didirikan atas nama PBNU, lebih banyak lagi didirikan atas nama pesantren banyak sekali. Beberapa tumbuh dengan sangat baik, salah satunya Unisma. Harus diakui khidmah perguruan tinggi di PBNU belum termasuk pada sistem kinerja organisasi yang semestinya, ujar KH Yahya Cholil, Sabtu (29/4/2023) malam.
Unisma bergerak dalam prinsip-prinsip organisasi, dan seharusnya diwujudkan dalam prinsip organisasi. Yang sayangnya harus kita akui, di lingkungan NU ini sama sekali belum ada. Bahkan upaya ke sana sebelum ini belum pernah dilakukan, kata Gus Yahya sapaan akrabnya pada acara yang bertempat di Gedung Ali Bin Abi Thalib lantai 7 Unisma.
Ketum PBNU menambahkan, lembaga khidmah NU, belum ada hubungan yang satu dengan lain atau bergerak sendiri-sendiri. Nyaris tanpa hubungan yang jelas dengan jamiyah NU sebagai organisasi induk. Bahkan ada yang berusaha melepaskan diri dari lingkungan jamiyah.
Ketika mengembakan atau membangun membawa jamiyah, setelah berkembang berusaha melepaskan diri dari jamiyah, independent dari jamiyah , itu ada beberapa lembaga yang seperti itu. Maka PBNU memandang ini sebagai masalah yang krusial dan mendesak. Karena lembaga internal jamiyah sudah begitu banyak. Madrasah-madrasah lebih dari puluhan ribu, perguruan tinggi lebih dari ratusan, belum lagi Mahad Aly, Rumah Sakit, Klinik, itu jumlahnya ratusan, katanya.
Semua lembaga tersebut, jelasnya, berlabel NU atau semuanya dengan klaim NU. Namun lembaga tidak terkonsolidasi di dalam pengelolaan atau manajemen jamiyah. Gus Yahya memandang jika tidak segera dilakukan konsolidasi nanti pada jamiyah NU menjadi tidak artinya sama sekali.
PBNU, PWNU, PCNU menjadi tidak ada maknanya atau wujuduhi ka adamihi. Bahkan bisa menjadi tradisi, berulang-ulang, bertahun tahun. NU ini dijadikan atas nama untuk mendirikan sesuatu, mencari sumber daya berkualitas. Tapi kemudian setelah ada evaluasi yang signifikan, lalu hasilnya dilepaskan dari jamiyah, tegas Gus Yahya Cholil.
PBNU saat ini harus fight di berbagai kesempatan, di berbagai lembaga dengan berbagai kasusnya yang belum selesai. PBNU melakukan konsolidasi struktural dari semua lembaga layanan yang ada di bawah lingkungan NU agar terwujud sistem bersama yang dikelola dengan baik secara keseluruhan di bawah manajemen besar PBNU dan bukan hanya secara individual.
Mungkin sudah pernah mendengar tentang government NU. Bagian dari wawasan itu adalah konsolidasi struktural dari lembaga lembaga NU. Tentu saja di dalam melakukan konsolidasi struktural azas yang diterapkan adalah azas yang secara normatif dilakukan bersama menjadi manajemen yang baik dimanapun juga. Azas akuntabilitas, koherensi, dan lain sebagainya, ujar Gus Yahya.
Maka, Unisma memang jadi salah satu perhatian terbesar kami. Kami lihat betulan Unisma ini, di dalamnya ada apa, apa yang bisa kita lakukan supaya bisa mendorong perkembangan semua ini ke arah yang lebih konstruktif di masa depan, sambungnya.
Gus Yahya mengakui tahu betul soal Unisma sebagai perguruan di lingkungan NU yang secara kualitatif paling tinggi dari segi perguruan tinggi lain. Dia juga tahu di dalam beberapa tahun terakhir ada akselerasi kinerja yang sangat signifikan.
Saya mewakili PBNU mengapresiasi Prof Maskuri, sebagai Rektor, atas jasanya di dalam melakukan akselerasi di dalam kinerja Unisma ini. Tetapi, kami juga melihat berbagai macam masalah yang perlu ditangani dan di atasi, baik dari segi sistem nasional maupun segi sistem Yayasan Unisma secara internal, jelas ketum PBNU.
Ketum PBNU mencontohkan,pertama, pembenahan dari segi sistem nasional misalnya soal pengatasnamaan. Unisma didirikan tahun 1981 pada waktu dengan asumsi merupakan domain dari LP Maarif, karena waktu itu belum ada LPTNU. Maka wajar pengatasnamaan yang dibuat bernama LP Maarif.
Itu bisa dijadi dianggap tidak masalah, tetapi ini anomali dari keseluruhan desain tentang sistem nasional pendidikan tinggi PBNU. Maka harus dilakukan sesuatu tentang ini. Kita harus melihat secara legal caranya supaya pengatasnamaan ini lalu dikerangkai secara lebih baik, karena kalau tidak, ini menjadi repot. Unisma ini urusan LP Maarif atau LPTNU. Atas namanya masih LP Maarif sementara di dalam desain organisasi harusnya ini jadi domain LPTNU, tegas Gus Yahya Cholil.
Baca Juga: Gus Yahya Tegaskan Tolak Politik Identitas dalam Pemilu 2024
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kedua, menurut Gus Yahya yang perlu dibenahi adalah desain tentang wewenang PBNU dijamin efektif di dalam pengelolaan yayasan. Hal tersebut soal kepentingan lembaga, PBNU berkepentingan menjamin wewenangnya efektif di dalam pengelolaan yayasan.
Ini bukan soal ikhlas ikhlasan. Karena ada kepentingan PBNU di situ maka harus didesain, perangkatnya, aturannya karena ada kesepakatan tentang representasi dari PBNU. PBNU mengirim Dr Mohammad Niam, Faisal Aminuddin, dan Ali Ramdani. Tapi pastinya kan bukan hanya soal personel, tapi harus ada kerangka kerja, kerangka legal yang dijamin wewenang PBNU, jelasnya.
Ketiga, ada masalah yang bersifat teknis di internal Unisma. Seperti misalnya saat penyampaian laporan perkembangan, Maskuri menyinggung upaya pengembangan kampus Unisma membeli tanah yang cukup luas 70-an hektare. Gus Yahya mengklaim tahu dan mengikuti soal data, status transaksi, dan lainnya.
Sampai kepada bagaimana hubungan antara dana yang diperoleh untuk membeli itu dengan LP Maarif, itu semua sudah kami pelajari. Cuma sampai sekarang setelah beberapa tahun cukup lama status atas nama tanah itu masih atas namanya pribadi. Ini tentu, PBNU berkepentingan agar status legal dari bidang tanah itu segera dibereskan atas nama lembaga dan tidak lagi atas nama pribadi, tegasnya di hadapan pimpinan Unisma.
Terkait semua hal tersebut, Gus Yahya menghendaki agar segera diselesaikan. Menurutnya, PBNU juga punya target sehingga dia meminta agar ada target yang jelas soal penyelesaian status legal dari tanah yang dimaksud.
Demikian seterusnya ada berbagai macam hal teknis yang harus diselesaikan. Kami berkeyakinan berdasarkan kesepakatan permusyawaratan bahwa konsolidasi struktural mutlak harus dijalankan. Supaya kita bisa membangun strategi pengembangan ke depan yang lebih konstruktif. Karena kita punya jaminan kelangsungan dari kinerja yang ada. Jadi jaminan sustainability, jadi performancenya, katanya.
Ketum PBNU mengapresiasi prestasi yang dicapai Prof Maskuri. Menurutnya, PBNU berkepentingan agar performance rate yang dicapai Prof Maskuri berjalan terus.
Baca Juga: Gus Yahya Ucapkan Selamat Datang Ramadhan 1444 Hijriah
Kalau sudah tinggi tiba-tiba nyungsep yang jangan sampai. Tapi kita juga ga mau pak Maskuri jadi rektor seumur hidup supaya naik terus. Jadi hars ada jaminan sustainability dari performance rate tanpa harus menjadikan pak Maskuri rektor selamanya. Itu dilakukan dengan menata sistem. Kita semua berharap agar dikerjakan secara taat azas , supaya masalah di internal bisa cepat koreksinya, ujar Gus Yahya.
Sistem yang dibangun, sambung Gus Yahya, akan berjalan jangka panjang. Sebagaimana juga PBNU ingin mengembangkan peran jamiyah NU. Menurutnya, berbicara peradaban itu bukan hanya besok sore atau 50 tahun yang akan datang, tetapi peradaban itu berpikir tentang minimal 700 tahun yang akan datang.
Saya yakin sih terutama NU ini berkhidmah dengan ikhlas , karena saat ini kalau mau cari privilege di luar NU itu banyak tawaran yang besar. Kemudian para khodim memilih tetap berkhidmat di NU itu karena keikhlasan, jelasnya.
Gus Yahya mengajak forum untuk terus menerus membangun profesionalitas dengan wawasan pengembangan yang jauh ke depan sehingga semua masalah yang bisa diatasi bersama. Hal itu sebagai prestasi peradaban, bukan prestasi ekonomi.
Bukan jadi keuntungan sepeser dua peser , tapi keuntungan investasi. Tentu membutuhkan cara kerja profesional yang rigid karena merupakan tantangan PBNU, ajaknya.
Pada akhir penyampaian Gus Yahya memandang kesuksesan perkembangan Unisma merupakan hasil kerja berbagai pihak. Tidak terlepas para pengampu Unisma yang tidak bisa dilupakan.
Kalau saya sebut kinerja pak Maskuri tadi bukan berarti kami lupa pengampu Unisma yang lain. Mustahil pak Maskuri bisa begitu itu jika tidak dibantu yang lain. PBNU juga memberi apresiasi yang setinggi tingginya atas pengambu Unisma. Mari bersama sama lebih serius lagi, ngotot, dan disiplin untuk upaya mengembangkan Unisma sebagai investasi di masa depan, pungkas ketum PBNU.
Editor : Pahlevi