Optika.id - Wash Specialist UNICEF Indonesia, Muhammad Zainal dalam acara bertajuk #WeAreCommited to Reproductive Health for Every Child mendorong pemerintah agar berkomitmen dalam menyediakan fasilitas toilet yang layak digunakan di sekolah-sekolah agar para siswi yang sedang mengalami fase menstruasi bisa nyaman dan aman ketika menggunakannya.
Baca Juga: Minim Ilmu Parenting, Orang Tua Jadi Gampang Lakukan Kekerasan Pada Anak
"Setiap empat hingga lima jam, mereka harus ganti pembalut tapi karena fasilitas sanitasi di sekolah tidak memadai, mereka tidak ganti pembalut," kata Zainal di Jakarta, Senin (29/5/2023).
Menurutnya, para siswi yang sedang menstruasi tersebut merasa enggan menggunakan toilet di sekolah untuk mengganti pembalutnya dengan alasan tidak nyaman. Padahal, jarang mengganti pembalut tiap empat hingga lima jam sekali ini bisa berisiko menyebabkan berbagai permasalahan dan penyakit misalnya penyakit kulit, iritasi kulit, yang paling parah yakni bisa memicu terjadinya kanker serviks.
Acuan toilet yang bisa dikatakan layak menurut Zainal memiliki beberapa syarat. Misalnya terdapat cermin di toilet, dilengkapi air dan sabun, memiliki kunci, dipisahkan dari toilet laki-laki, dan memiliki tempat sampah yang tertutup. Dia menambahkan, banyak sekolah-sekolah di wilayah timur Indonesia masih belum memiliki toilet yang memenuhi syarat di atas sehingga tidak bisa dikatakan layak.
Baca Juga: Upaya Pemerintah Atasi Trauma Anak di Daerah Konflik
"Di NTT, NTB, Papua banyak kita temukan (toilet sekolah tidak memadai). Kalau di Pulau Jawa masih ada di desa-desa yang toilet sekolahnya tidak layak," ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Lebih lanjut terkait higeinitas dan kelayakan toilet di sekolah ini, dilansir dari Profil Sanitasi Sekolah Tahun 2020, Kemendikbudristek menemukan satu dari tiga sekolah tidak mempunyai toilet yang layak dan tidak mempunyai toilet yang terpisah.
Baca Juga: Orang Tua Diminta Waspadai Anak Candu Judi karena Bermain Game Online
Tiga dari 11 satuan pendidikan berdasarkan catatan dari Kemendikbudristek tadi setara dengan 27% atau 309,783 satuan pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia. Angka tersebut setara dengan sebanyak 37,7 juta anak yang tidak mempunyai akses pada sarana sanitasi yang layak dan higienis di satuan pendidikan tempat mereka menimba ilmu tersebut.
Hal ini tentu membuat miris lantaran permasalahan sanitasi dan toilet yang layak ini merupakan problem mendasar yang harusnya segera diselesaikan agar tidak timbul permasalahan di kemudian hari, sehingga mengancam penduduk terutama anak-anak negeri.
Editor : Pahlevi