Optika.id - Budayawan Emha Ainun Nadjib, juga dikenal sebagai Cak Nun, telah meramalkan bahwa Indonesia akan dipimpin oleh seorang cendekiawan yang memahami sejarah Yogyakarta.
Baca Juga: Mulai Bisa Berkomunikasi, Kondisi Cak Nun Mulai Membaik!
Ramalan tersebut tersebar dalam bentuk rekaman suara. Cak Nun juga meramalkan adanya letusan gunung besar di masa depan.
Cak Nun, yang telah tinggal di Yogyakarta selama puluhan tahun, pernah menyampaikan hal ini kepada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bahwa Jakarta tidak boleh mengingkari keistimewaan Yogyakarta.
"Saya terang-terangan mengatakan hal ini di depan SBY, Anda tidak bisa meninggalkan Jogja, Anda tidak bisa mengingkari keistimewaan Jogja. Ini bukan hanya masalah konstitusi, ini adalah masalah sejarah," ujar Cak Nun seperti yang dikutip dari akun YouTube "kangngopee" yang telah ditonton oleh hampir 30 ribu penonton, Jumat (2/6/2023).
Baca Juga: Dijadwalkan Ceramah 8 Juli di Pasuruan, Kondisi Cak Nun Kini Mulai Membaik
Cak Nun juga meramalkan bahwa jika terjadi letusan gunung yang dahsyat, Yogyakarta akan menjadi tempat persiapan bagi peradaban manusia yang baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Ketika gunung terbesar di dunia yang saat ini belum banyak dikenal oleh orang-orang meletus, sebuah negara besar akan terguncang oleh lahar dari gunung tersebut. Sekitar beberapa tahun setelah itu, dunia akan mengalami perubahan yang beragam, dan Yogyakarta akan menjadi tempat di mana manusia dipersiapkan untuk membangun peradaban baru, tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia," jelasnya.
Baca Juga: Viral! Cak Nun Ibaratkan Jokowi Seperti Firaun
Cak Nun juga menambahkan bahwa bukan Yogyakarta yang harus belajar dari Jakarta, melainkan sebaliknya. "Jakarta harus belajar dari Jogja, karena Jogja memiliki pengalaman yang lebih banyak," tegasnya.
Ia juga meramalkan bahwa kelak pemimpin Indonesia akan menjadi orang yang berpendidikan dan berpengalaman di Yogyakarta. "Kelak pemimpin Indonesia pasti akan menjadi orang yang berpendidikan dan berpengalaman di Yogyakarta," tambahnya.
Editor : Pahlevi