Emil Dardak Ungkap Jenjang SD Masuk Masa Formatif Bagi Anak

author Dani

- Pewarta

Sabtu, 03 Jun 2023 09:29 WIB

Emil Dardak Ungkap Jenjang SD Masuk Masa Formatif Bagi Anak

Optika.id - Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak menekankan pentingnya pengembangan diri bagi siswa dan siswi yang berada di rentang usia Sekolah Dasar (SD). Ini sebab usia 6-12 tahun merupakan masa ketika anak-anak paling mudah menyarap informasi dan mengembangkan diri mereka.

Baca Juga: Jokowi Resmi Tetapkan Adhy Karyono Jadi Pj Gubernur Jawa Timur

Saya ingat betul bagaimana rasanya saat SD dahulu, rasanya kita masih bisa mengingat tahun-tahun terakhir semasa SD. Itu menunjukkan bahwa usia SD merupakan masa-masa formatif bagi tumbuh kembang anak-anak. Tahun-tahun inilah yang membentuk diri seseorang, kata Emil Elestianto Dardak dalam Year 6 Graduation Singapore National Academy Sidoarjo, Jumat (2/6/2023).

Ia pun memaparkan bagaimana dinamika sistem belajar mengajar di zamannya bersekolah dahulu dan masa kini sangatlah berbeda. Apalagi setelah keberadaan Artificial Intelligence (AI) merambah dunia Pendidikan.

Dulu keadaannya sangat berbeda, kami belum punya gadget seperti hari ini, internet hampir tidak ada, tapi sekarang sebagai Wagub saya mengamati bagaimana ekonomi kita sudah sangat hidup. Banyak pembaruan, ide-ide baru menggantikan ide-ide lama. Dan kecepatan perubahan ini sangat cepat. AI kini pun makin menonjol, terangnya.

Sayangnya, lanjut mantan Bupati Trenggalek itu, di dunia pendidikan masa kini, AI kerap kali dijadikan cara mudah untuk mengerjakan tugas-tugas rumah. Kehadiran AI yang diharap dapat mempermudah proses belajar mengajar justru dijadikan jalan pintas untuk menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat. Akibatnya, sekolah hanya berfokus pada mendapatkan nilai terbaik.

Di masa depan kita tidak bisa bergantung pada menjadi sukses, pada seberapa banyak kita bisa mengingat, tetapi pada bagaimana kita menulis dan merangkai kalimat, bagaimana kita memecahkan suatu masalah, sebutnya.

AI ini bisa digunakan untuk mempermudah tugas-tugas kita, tetapi saya harap ini tidak digunakan, karena AI tidak membantu kita belajar bagaiman acara memecahkan permasalahan, sambungnya.

Wagub Emil lantas berharap agar siswa dan siswi dapat membangun kesadaran bahwa inti dari pendidikan, apalagi SD, bukanlah mendapatkan nilai terbaik. Justru, ia berharap para siswa dapat mengasah pikiran untuk berkreasi, memecahkan masalah, serta membangun tenggang rasa dengan sesama.

Baca Juga: Plh Gubernur Jatim Jatuh di Adhy Karyono, Jatim Semakin Kondusif dan Berkesinambungan!

Ia mengungkapkan bahwa _Human Touch_ dari manusia tidak akan bisa digantikan oleh kepintaran buatan. Pemahaman dan tenggang rasa adalah dua hal yang harus dipupuk generasi muda Jawa Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ada sentuhan manusia yang tidak bisa digantikan oleh AI. Bersekolah tidak sebatas mendapatkan nilai tertinggi, tapi ini momen untuk membangun pertemanan dengan teman-teman, guru, dan semua yang bekerja di sekolah ini. Inilah tempat kita mmebangun tenggang rasa dan kasih sayang, sesuatu yang tidak dimiliki AI untuk sekarang, imbuhnya.

Kembali ditekankan oleh Emil, masa SD adalah masa untuk mengembangkan sisi kemanusiaan generasi muda Jawa Timur. Terutama karena intelektualitas harus dibarengi dengan pendidikan karakter dan kekuatan nalar yang baik.

Sekarang ini masanya merasakan sisi kemanusiaan kita. Intelektualitas saja tidak cukup. Tetapi logika untuk memahami masalah, untuk mencoba melihat akar dibalik permasalahan kini juga menjadi penting, tegasnya.

Baca Juga: Survei PUSAD UM Surabaya: Warga Muhammadiyah Jatim Anggap Khofifah Pemimpin Merakyat dan Jaga Kerukunan Beragama

Tak berhenti di situ, ia turut mengimbau kepada para pendidik dan sekolah dasar untuk emnyajikan soal-soal berformat pemecahan masalah guna mengasah para siswa. Dalam soal-soal ini, siswa akan diajak untuk menemukan cara kreatif memecahkan suatu masalah, dan tidak ada jawaban benar yang absolut.

Saya sendiri melihat bagaimana efektifnya latihan pemecahan masalah diberikan kepada para siswa. Sekolah bisa membantu mengarahankan siswa-siswanya untuk mengasah skill problem solving karena pada soal-soal ini tidak ada satu jawaban absolut yang benar, tidak ada obsesi pada jawaban benar, yang membatasi hanya imajinasi siswa sendiri, sarannya.

Di akhir, Emil berpesan agar para siswa dan siswi di Jatim bisa menjadi generasi yang tidak takut pada kegagalan dan senantiasa membangun sense of respect serta kasih sayang dengan sesama.

Semoga para siswa dan siswi menjadi orang-orang yang tidak takut pada kegagalan, tetapi jadi orang yang senantiasa mencoba dan bangkit. Masa muda adalah masa untuk mencoba, masa untuk eksplorasi, tetapi jangan lupa untuk membangun rasa kasih dan menghormati orang tua, tutupnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU