Optika.id - Psikolog dari Asosiasi Psikolog Positif Indonesia, Endang Retno Wardhani mengatakan ada banyak dampak yang bisa ditimbulkan dari penggunaan media sosial tanpa pengawasan pada anak dan remaja.
Baca Juga: Puan Maharani: Lingkungan Bebas Kekerasan Penting Bagi Anak!
Dhani, sapaannya, menjelaskan mengenai dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial yang digandrungi oleh anak dan remaja ini. Menurutnya, seiring bertambahnya usia dan tumbuh kembang, anak-anak juga mengalami perkembangan pada pemikiran kognitifnya.
Pada usia dini, tentu hal-hal yang bisa dipahami adalah hal yang sifatnya konkret, mudah, praktis, dan belum terlalu kompleks, kata Dhani dalam keterangan yang diterima Optika.id, Selasa (13/6/2023).
Anak-anak cenderung mengikuti dan meniru perilaku dari orang-orang terdekatnya, termasuk orang tua dalam bertindak sehari-hari.
Sebagian besar orang dewasa dalam bermedia sosial akan menyita waktu dan bisa dilakukan kapanpun, dimanapun. Maka dari itu, tak jarang para anak ini bisa dengan mudah mengakses konten dunia maya dengan mudah karena proses meniru yang dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa kepada mereka.
Namun, apabila anak-anak didampingi oleh orang dewasa dalam aktivitasnya, maka mereka akan lebih mudah dalam mendapatkan informasi yang positif dari medsos. Contohnya, anak bisa mengambil pesan moral dari film atau animasi yang ditontonnya di media sosial.
Begitupun sebaliknya, apabila anak mengakses media sosial tanpa pendampingan dan tidak digunakan sebagaimana mestinya, maka informasi negatif tanpa filter yang didapat olehnya anak membuat perilaku anak menjadi tidak benar.
Sebagai contoh, anak meniru adegan berbahaya dari konten medsos yang mereka temukan tanpa tahu itu berbahaya atau tidak, dan tanpa tahu apakah dampaknya signifikan bagi mereka atau tidak. Pasalnya, anak-anak cenderung belum dapat mencerna hal yang benar dan salah dari konten medsos.
Kendati medsos kebanyakan sudah menyaring usia anak dengan menetapkan 13 tahun ke atas, namun tidak sedikit anak-anak yang di bawah usia tersebut sudah mempunyai media sosialnya sendiri dan mengakses konten itu dari medsos orang tua mereka.
Baca Juga: Pantauan Media Sosial: Putusan MK Memicu Kekhawatiran Soal Gibran
Oleh sebab itu, diperlukan pendampingan orang dewasa terhadap anak. Hal itu penting agar informasi di media sosial bisa tersaring dengan baik, tutur Dhani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia menambahkan bahwa seiring pertumbuhan anak, maka apa yang dia akses juga akan berimbas pada kesehariannya. Kebiasaan yang sudah dibangun sejak kecil, ujar Dhani, cenderung akan terus dilakukan hingga mereka memasuki fase dewasa.
Apabila orang tua membebaskan anak dalam suatu hal tanpa diberi batasan secara tegas, dalam hal ini seperti menggunakan sosial media, maka anak-anak akan terbiasa dengan pola yang tidak terbatas tersebut. Oleh sebab itu, orang tua pun harus bisa menyesuaikan waktu time on screen atau waktu batasan kapan anak harus menggunakan gawainya tersebut.
Oleh sebab itu, Dhani menyarankan agar para orang tua membuat jadwal khusus bagi anak untuk mengetahui di waktu apa saja agar mereka bisa mengakses media sosial di gawainya. Misalnya, orang tua bisa membuat jadwal harian secara kreatif baik dengan gambar maupun media lainnya agar anak bisa dengan mudah mencerna aturan jadwal tersebut.
Buat pembatasan, contohnya pada anak usia dini menggunakan gambar handphone diletakkan pada waktu kapan. Misalnya, sore hari, kata Dhani.
Baca Juga: Debat Capres Terakhir Bikin Rakyat Kena Prank Nasional
Kemudian, untuk anak usia sekolah, orang tua juga bisa berdialog secara langsung dengan anak perihal waktu dan batasan mengakses media sosial mereka selain menetapkan jadwal harian. Dengan batasan tersebut, harapannya anak lebih bisa mengerti dan mematuhi jadwal tersebut dengan baik. sebagai catatan, orang tua jangan lupa tetap mendampingi serta mengawasi anak ketika mereka mengakses media sosial agar anak-anak tidak mengakses konten negatif.
Dhani juga menjelaskan perihal usia ideal anak dalam mengakses media sosial. Dalam hal ini, dia mengembalikan pada konten yang dirasa sesuai dengan tumbuh kembang anak-anak. Semakin besar usia anak, maka semakin besar pemahaman anak dalam perkembangan kognitif mereka. Orang tua perlu membatasi anak-anak yang sudah beranjak remaja tanpa meninggalkan kesan mengekangnya agar mereka tidak memberontak dan malah menjurus ke hal-hal yang negatif.
Oleh karena itu, pemahaman anak terhadap suatu konten menjadi salah satu tolok ukur apakah mereka sudah dapat mengaksesnya atau belum. Orang tua dapat melakukan pengaturan privasi agar anak terhindar dari konten bermuatan negatif.
Mereka (anak-anak dan remaja) diharapkan belajar untuk memilih, mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan, pungkasnya
Editor : Pahlevi