Parpol Sudah Tak Menjanjikan, Pemilu 2024 Ramai Anak Muda yang Golput?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 13 Jun 2023 14:59 WIB

Parpol Sudah Tak Menjanjikan, Pemilu 2024 Ramai Anak Muda yang Golput?

Optika.id - Tahun politik mulai mendekat dan menunjukkan tanda-tanda dinamika pergerakan. Tak terkecuali bagi pemilih muda yang mempertaruhkan nasib bangsa ke depannya karena Pemilu 2024 nanti diprediksi akan ditentukan oleh pemilih muda.

Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?

Keterlibatan pemilih muda dalam kancah perpolitikan bangsa ini disorot oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinian (IPO), Dedi Kurnia Syah. Dia menilai jika pemilih muda jarang tertarik bahkan enggan berhubungan dengan politik. Para pemilih muda menurutnya hanya riuh dalam propaganda saja. Seperti kerap termakan opini dan pembelahan dukungan melalui media sosial.

Dia memprediksi bahwa dari sekitar 107 juta pemilih muda dalam Pemilu 2024 nanti, hanya ada sedikit saja yang sambang ke TPS.

"Kebanyakan ramai di opini, tetapi sepi di TPS. Sulit sekali membuat pemilih muda datang ke TPS," ujar Dedi saat dihubungi, Selasa (13/6/2023).

Dia tak menampik bahwa saat ini kepercayaan publik kepada politik beserta pelakunya turun drastis dan hal itulah yang membuat anak muda apatis dengan politik. Imbasnya, anak muda tak lagi antusias terlibat dalam politik praktis, khususnya para pemuda di wilayah urban.

Di sisi lain, Dedi menilai bahwa ada banyak faktor menurunnya partisipasi pemuda pada politik. Misalnya, anak muda masih belum merasakan dampak nyata dari hasil kerja maupun kebijakan pemerintah, banyaknya kasus korupsi hingga lambannya penanganan berbagai kasus di negeri ini yang seolah tidak berpihak pada rakyat. Faktor lainnya yakni banyaknya hal yang viral di media sosial tentang kelakuan pejabat negeri ini serta elit politiknya. Hal itulah yang menjadi faktor mengapa ketertarikan anak muda untuk berpartisipasi pada pemilu minim.

"Prediksi saya di tahun 2024 nanti, partisipasi pemilih muda akan kian turun karena faktor kemalasan dan apatisme, terlebih jika sistem Pemilu tertutup," ungkap Dedi.

Sementara itu, faktor lain yang melatarbelakangi sikap golongan muda yang kian apatis yakni tidak bisa dilepaskan dari peran partai politik itu sendiri. Menurut Dedi, parpol gagal dalam membangun kesadaran publik dan menggaet simpati publik sekaligus gagal dalam kaderisasinya.

Baca Juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Maka dari itu, untuk menutupi borok tersebut, parpol ramai merekrut selebritas tanah air sebagai strategi agar mendulang suara pemilih dan menaikkan popularitasnya. Namun, hal itulah yang membuat kelompok muda membuang muka dan tak ingin lagi peduli dengan berbagai iming-iming dan janji politik parpol, apalagi soal gagasan dan ide pembangunan yang dianggap sudah usang.

Hal yang diungkapkan oleh Dedi tersebut sejalan dengan riset pada tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Jeune & Raccord (J&R) Communication. Dalam riset tersebut, diungkapkan tentang ketertarikan anak muda yang mulai menurun dalam bidang pemilu dan politik. Jumlah pemilih milenial yang merasa tidak perlu datang untuk memilih ke TPS berada di atas 40%.

Rata-rata alasan mereka merasa tidak perlu repot-repot datang ke TPS yakni tidak peduli dengan isu politik, tidak begitu signifikan, serta tidak tahu jadwal pilpres.

Sementara itu, anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU), August Mellaz menanggapi pemilih muda yang enggan berpartisipas dalam kancah perpolitikan itu. Dirinya mengakui bahwa pemilih muda banyak yang apatis dan tidak peduli pada isu politik.

Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim

Sebagai pihak penyelenggara Pemilu, KPU mengaku akan mempersiapkan antisipas mengenai soal potensi tersebut. Salah satunya yakni dengan melakukan sosialisasi kepada anak muda dan meyakinkan para pemilih muda bahwa partisipasi dalam pemilu itu penting bagi demokrasi Indonesia.

Kendati demikian, dia merasa yakin apabila tingkat golput pada pemilih muda di Pemilu 2024 akan menurun. Lantaran dia mengamati bahwa masih ada antusiasme generasi milenial serta generasi Z yang cukup tinggi untuk berpartisipasi dalam kontestasi demokrasi lima tahunan itu.

"Sosialisasi lewat media sosial pun KPU lakon untuk menaikkan partisipasi pemilih muda," papar August.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU