Evolusi Teknologi Persenjataan di Kepulauan Nusantara

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 19 Jun 2023 15:41 WIB

Evolusi Teknologi Persenjataan di Kepulauan Nusantara

Optika.id - Perang senantiasa menelurkan kisah yang menggugah kemanusiaan. Perang adalah tragedi kemanusiaan yang menelan korban jiwa dan merugikan banyak pihak.

Baca Juga: Tawa Prabowo Saat Anies Sebut Utang untuk Beli Alutsista Bekas

Terlepas dari berbagai dampak negatifnya, perang justru yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perang merangsang kreativitas dan inovasi baru dalam teknologi persenjataan, teknologi transportasi serta teknologi informasi dan komunikasi.

Narasi sejarah di belahan dunia manapun menggambarkan perang sebagai jalan yang mengubah situasi ekonomi-politik maupun sosial-budaya masyarakat tertentu.

Perang adalah taruhan besar, baik materi maupun jiwa manusia. Oleh karena itu, strategi dan taktik militer senantiasa berkembang seiring invoasi teknologi persenjataan.

Keperluan logistik dan komunikasi sangat menentukan keberhasilan militer. Alhasil, kreativitas dan inovasi dalam teknologi transportasi serta teknologi informasi dan komunikasi turut mengalami perkembangan. Evolusi teknologi militer menyebar ke berbagai wilayah di belahan dunia melalui peperangan seolah perkembangan teknologi bermula dari perang, oleh kepentingan perang dan untuk kemenangan perang.

Dalam buku Firearms: A Global History to 1700 yang dikutip Optika.id, Senin (19/6/2023) Chase menulis jika inovasi teknologi militer tercipta dari tekanan dan ketakutan. Orang-orang Han (China) mengadopsi senjata dengan bubuk mesiu untuk menangkal serangan suku-suku Mongol pada abad ke-9. Demikian pula, orang-orang Yunani-Byzantium. Pada tahun 674-680, senjata api Yunani menyelamatkan Kekaisaran Romawi Timur (Byzantium) dari ekspansi bangsa Arab.

Tak hanya itu, menurut Philip K. Hitti dalam History of Arabs senjata api Yunani yang mampu menyala di atas permukaan air ini melumpuhkan armada angkatan laut Bangsa Arab. Bahan senjata api Yunani sangat mudah terbakar. Api dengan mudah melahap kapal-kapal dan mengkaramkan tentara angkatan laut dinasti Umayyah.

Senjata api Yunani ditemukan oleh Callinicus, seorang Suriah yang mengungsi pasca penaklukan kota Damaskus oleh bangsa Arab. Senjata api Yunani yang mampu membendung ekspansi agresif dari bangsa Arab ini merangsang perkembangan teknologi persenjataan. Literatur Yunani-Byzantium yang banyak diterjemahkan dalam bahasa Arab mempengaruhi inovasi teknologi dalam dunia Islam.

Baca Juga: Menelusuri Aktivitas Judi dari Masa ke Masa

Selain literatur Yunani-Byzantium, dunia Islam yang menguasai bentangan wilayah Eurasia juga menyerap teknologi persenjataan api dari peradaban tua China. Senjata api tertua merupakan modifikasi dari meriam berukuran mikro. Pada abad ke-12, bangsa China sudah menggunakan senjata api berbentuk meriam mini yang menyerupai vas. Senjata api tertua yang diperkirakan dibuat tahun 1288 memiliki diameter 2,5 cm.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Inovasi teknologi transportasi mendorong pelayaran menuju kepulauan Nusantara. Peradaban Islam yang mengembangkan teknologi kincir angin dan metode irigasi, juga mendayagunakan serta memodifikasi teknologi dari literatur Yunani-Byzantium yang meliputi trigonometri, penggunaan layar, metalurgi, mekanik dan teknik kimia.

Pada 1450-an, bangsa China menemukan bubuk mesiu, metode mengecor besi, pengeboran lubang, kompas magnetik, gerobak dorong, pos kendali kemudi, layang-layang, tipe penggerak kapal, kunci kanal, porselen, kertas, percetakan dan cara efisien memanfaatkan beraneka jenis binatang. Berbagai penemuan itu menurut Jared Diamond dalam bukunya Gun, Germ and Steel; Fates of Human Societies menyempurnakan teknologi pelayaran, modifikasi kapal tidak hanya meminimalisir resiko karam, namun juga mempersenjatai untuk mengkaramkan kapal musuh.

Namun, evolusi teknologi persenjataan di kepulauan Nusantara bukanlah ditenggarai bangsa China. Orang Turki, orang Eropa dan para saudagar yang memegang peran penting dalam memperkenalkan penggunaan senjata api. Dalam beberapa kasus, raja-raja Nusantara memasukkan saudagar-saudagar yang mahir menggunakan senjata api dalam unit militer khusus.

Baca Juga: Mengenal Zionisme dan Hubungan Erat dengan Israel

Pedagang-pedagang asing tampaknya mahir menggunakan teknologi baru tersebut terutama Turki, Portugis, Gujarat, Jepang dan minoritas Muslim lokal seperti Campa, Melayu dan Luzon (Muslim berbahasa Tagalog dari kepulauan Filipina), tulis Anthony Reid dalam buku Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, dikutip Optika.id, Senin (19/6/2023).

Pada abad ke-16, beberapa wilayah di kepulauan Nusantara masih menggunakan tombak, pedang, panah, tameng, dadap, tutunggul dan perisai. Akan tetapi, senjata api dan meriam sudah beredar.

Orang-orang Portugis mengklaim merampas 3.000 senjata api pasca penaklukkan Malaka. Laporan yang hiperbola (dibesar-besarkan) itu membuktikan kesigapan adaptasi senjata api oleh kerajaan-kerajaan di kepulauan Nusantara.

Oleh karena itu, wajar momentum keberhasilan gemilang militer Portugis dengan memanfaatkan teknologi baru, yakni senjata api, hanya terjadi ketika menyerbu Malaka dan Maluku saja.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU