Optika.id - Pasca pandemi Covid-19, tantangan baru kembali lahir sebagai imbas dari pandemi yang membuahkan kebiasaan-kebiasaan baru yang tak pernah terprediksi sebelumnya. Hal tersebut mulai dari sektor ekonomi, pangan, hingga ketahanan kesehatan Indonesia.
Baca Juga: Mengungkap Mysophobia: Ketakutan Ekstrem terhadap Kotoran
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi (PR Kesmaszi) menyebut bahwa sebagai langkah mitigasi di masa depan, Indonesia harus mempersiapkan beberapa hal yang menjadi tantangan dari ketahanan kesehatan selama pandemi.
"Beberapa pembelajaran penting termasuk pemanfaatan teknologi informasi dan pemantauan protokol kesehatan masyarakat, peningkatan kapasitas pencegahan, dan mitigasi dengan sistemtesting,tracing,trackingyang lebih cepat dan terintegrasi," papar Kepala PR Kesmaszi, Wahyu Pudji Nugraheni, seperti dikutip dalam keterangan resmi, Kamis (3/8/2023).
Wahyu menjelaskan bahwa secara umum Indonesia masih berhadapan dengan adanya disparitas akses layanan kesehatan itu sendiri. Hal itulah yang menjadi tantangan utama, terlebih lagi di wilayah Indonesia timur, perbatasan, dan daerah kepulauan.
Kendati demikian, disparitas akses layanan kesehatan tersebut bisa diatasi dan terbantu oleh digitalisasi pelayanan kesehatan serta sistem informasi kesehatan. Di sisi lain, hal tersebut tetap menuai kendala lain berupa ketersediaan jaringan internet yang masih belum merata.
Dalam keterangan yang sama, Peneliti Ahli Madya PR Kesmaszi BRIN, Gurendro Putro menyebut bahwa ada beberapa pihak terkait yang menggunakan data Kejadian Luar Biasa (KLB) dan bencana untuk membuat daftar rencana pelayanan kesehatan.
Baca Juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dari rincian data KLB serta bencana yang beragam tersebut, para pihak terkait bisa mengetahui jenis pelayanan kesehatan apa yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga, pemberian layanan kesehatan di masa depan bisa lebih sesuai dan pas dengan kebutuhan.
Sementara itu, menurut Musthofa Kamal selaku NPO Surveillance World Health Organization (WHO) Indonesia menilai bahwa adanya dampak luar biasa dari kedaruratan kesehatan muncul sebagai akibat dari sistem laporan yang tidak terstruktur. Alhasi, masalah ini pun membuat hambatan dalam pelayanan kesehatan yang seharusnya cepat ditangani. Dia menegaskan bahwa sistem surveilans pun harus berkembang untuk mengatasi masalah ini.
"Tidak hanya bergantung pada sistem yang sudah ada seperti laporan dari puskesmas, rumah sakit atau lab. Tapi, dapat berkembang untuk pelibatan lebih bagi masyarakat, juga media sebagai sumber informasi," jelas Musthofa.
Baca Juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi
Senada dengan Musthofa, Sumarjaya yang menjabat sebagai Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan bahwa sistem ketahanan kesehatan di Indonesia perlu diperkuat.
"Belajar dari covid-19, kita harus saling bahu-membahu, kolaborasi pentahelix sangat penting. Kuncinya adalah koordinasi, kolaborasi, dan integrasi," pungkasnya.
Editor : Pahlevi