Optika.id - Sosok ayah dalam keluarga, khususnya Indonesia, umum dikenal sebagai pencari nafkah dan maskulin. Akan tetapi, kehadiran ayah dalam keluarga, utamanya pengasuhan anak, menjadi sama penting tanpa memandang gender sehingga sejajar dengan kaum ibu. Kehadiran ayah inilah yang nantinya memberikan dampak penting dan positif bagi pertumbuhan anak sehingga anak tumbuh dengan sosok ayah yang mendampinginya.
Baca Juga: Budaya Patriarki Sebabkan Anak Kehilangan Sosok Ayah
"Perbedaannya, ayah hanya tak bisa hamil, melahirkan, dan menyusui. Pada akhirnya, secara menyeluruh tugas mengasuh anak juga menjadi porsi tugas tak hanya di sisi ibu, tetapi juga ayah," katamom influencerNadia dalam live streaming di Instagramnya, Kamis (3/8/2023).
Kehadiran sosok ayah dalam keluarga begitu krusial. Apabila sang ayah hadir dalam kehidupan anaknya, maka pembentukan identitas anak dalam pertumbuhannya akan berkembang secara baik. pada akhirnya, akan lahir konsep ayah sebagai pelindung, panutan, dan pemimpin keluarga. Alhasil, keluarga pun menuntut para ayah untuk serba bisa.
Di sisi lain, ujar Nadia, keberadaan ayah dalam pengasuhan juga bisa memberikan kontribusi yang unik dan khusus dalam jalinan interaksi, pendidikan, serta nilai-nilai yang akan diturunkan kepada anak. Pasalnya, kehadiran kedua orang tua, baik ayah maupun ibu sebagai keluarga, merupakan tempat pertama kali dimana seorang anak merasakan kasih sayang orang tua.
Keluarga adalah tempat menanam, merawat kasih sayang, dan belajar mempraktikkan hati yang melayani. Keluarga adalah tempat untuk bisa mengisi energi yang habis agar dapat melanjutkan karya lagi, ucap dia.
Kehadiran ayah dalam pengasuhan dan keluarga ini sangat penting mengingat fakta bahwa Indonesia menjadi negara peringkat ketiga fatherless di dunia.
Peringkat tersebut mengacu pada rentang berbagai perimeter seperti ayah meninggal dunia, kelahiran anak tanpa ayah, perceraian orang tua, dan lain sebagainya yang membuat anak kehilangan sosok penting dari seorang ayah.
Baca Juga: Mengupas Predikat Indonesia Sebagai Fatherless Country
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Absennya seorang ayah dalam keluarga bisa membuat anak-anak yang besar tanpa kehadian ayah mengalami berbagai gangguan selama masa pertumbuhannya misalnya kekosongan emosional, self esteem rendah, depresi, kesulitan fokus, hingga perilaku agresif yang berlebihan.
Para ahli pun berpendapat bahwa anak laki-laki yang besar tanpa sosok ayah cenderung akan mudah terjebak dalam tindakan-tindakan kejahatan sedangkan anak perempuan akan melewati masa muda yang lebih bebas dalam pergaulan.
Di sisi lain, menurut Carl Jung, dalam diri manusia terdapat sisi feminine dan maskulin yang dipengaruhi oleh pengasuhan. Kedua sisi ini disebut sebagai Anima dan Animus. Anima adalah sosok yang feminim sementara Animus adalah sisi maskulin.
Baca Juga: Perkawinan Anak Makin Rawan, Pola Pengasuhan Anak Jadi Sorotan
Anak yang mendapatkan lebih banyak pengasuhan dari ibu, akan tumbuh sisi feminimnya. Sementara jika dia tumbuh tanpa ayah, maka dominasi maskulin dalam dirinya akan terbelenggu sehingga sulit untuk mengekspresikan diri. Alhasil, akan muncul toxic masculinity dan anak akan salah dalam memilih role mode nya.
Kedua anima dan animus ini harus berimbang dan tidak bisa timpang sebelah. Untuk itulah, pengasuhan secara seimbang antara ayah dan ibu berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi, individual dan karakter anak itu sendiri.
Editor : Pahlevi