Optika, Surabaya - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memperkenalkan model bisnis dan pemanfaatan Inovasi Keuangan Digital (IKD) kepada generasi milenial dengan meluncurkan program Digital Financial Literacy (DFL) 2021. Serta dalam rangka mengedukasi kepada masyarakat tentang penggunaan Fintech (Financial Technology).
Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital, Imansyah mengakui, dalam kondisi pandemi COVID-19, teknologi finansial memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan literasi dan percepatan inklusi keuangan.
Baca Juga: Beasiswa Mahaghora Dibuka Sampai 26 Juli 2024
"Hadirnya fintech memberikan dampak positif yang begitu besar untuk masyarakat, namun juga memuat risiko yang perlu kita pahami dan mitigasi dengan bijak agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar," katanya.
Untuk menjawab tantangan itu, kata dia, OJK sebagai regulator jasa keuangan berinisiatif untuk meningkatkan literasi keuangan digital dengan berbagai cara, antara lain membuat kurikulum terkait keuangan digital bagi pelajar dan mahasiswa, serta meningkatkan fungsi Fintech Center (OJK Infinity) dalam meningkatkan kapasitas SDM Sektor Jasa keuangan.
"Kami juga memfasilitasi konsultasi terkait dengan inovasi keuangan digital, dan membuat modul literasi keuangan digital," katanya.
Sementara itu, program literasi keuangan digital ini merupakan inisiatif berkesinambungan dari OJK yang ditujukan untuk memberikan edukasi dan literasi terkait layanan keuangan digital yang dikemas secara interaktif, menarik dan mudah dipahami dalam bentuk media buku, e-book, video animasi, dan e-games.
"Target utama yang disasar dari program Digital Financial Literacy (DFL) ini adalah generasi milenial yang memiliki potensi sebagai pengguna terbesar layanan keuangan digital," tuturnya.
Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Bambang Mukti Riyadi di Surabaya, mengatakan program peluncuran yang dikemas dengan mengusung tema "How to be financially literate: An eye opener for new generation" tersebut juga bertujuan memberikan pemahaman terkait risiko penggunaan IKD dan layanan keuangan digital lainnya.
Baca Juga: Kembangkan Pembangkit Listrik, ITS Ingin Bantu Nelayan di Gili Ketapang
Bambang mengakui, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK tahun 2019, tingkat inklusi keuangan digital dan tingkat literasi keuangan digital masyarakat Indonesia masih di kisaran 31,26 persen dan 36 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Ketimpangan antara perkembangan layanan keuangan digital dengan rendahnya tingkat literasi keuangan digital di masyarakat ini berpotensi menimbulkan dampak negatif," katanya.
Bambang menjelaskan dampak itu di antaranya perencanaan keuangan yang tidak baik, tidak adanya tujuan untuk mengelola keuangan, penempatan instrumen investasi yang tidak tepat, dan terjebak oleh praktik investasi bodong atau Ponzi scheme.
Hadir dalam peluncuran itu, Rektor ITS Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari MEng, Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital OJK Dino Milano Siregar, dan Advisor Grup Inovasi Keuangan Digital OJK Widyo Gunadi, serta influencer kenamaan Reza Pahlevi.
Baca Juga: Penyusunan APBN 2025 Tak Libatkan KPK, Anggaran Makan Siang Gratis Tak Diawasi?
Reporter: Jeni Maulidina
Editor: Amrizal
Editor : Pahlevi