Optika.id - Pemilihan Umum (Pemilu) yang jatuh pada 14 Februari 2024 memang sudah tinggal menghitung hari. Dengan waktu yang cukup singkat, partai politik yang sudah terdaftar sebagai peserta pemilu pun harus berlomba-lomba untuk menaikkan elektabilitas dan meraup simpati rakyat agar mendapat suara terbanyak nantinya.
Baca Juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?
Beberapa partai politik pun berusaha merebut hati rakyat dengan beberapa strategi yang diklaim mampu dan efektif. salah satunya adalah dengan cara mengusung artis atau publik figure yang cukup tersohor di tanah air untuk menjadi caleg.
Tujuan dari artis-artis tersebut bergabung dan bertarung pada pemilu 2024 nanti dimaksudkan untuk membantu parpol mengerek suara pada pemilu legislative baik di tingkat daerah maupun nasional. Dengan kata lain, parpol berharap masyarakat akan lebih memilih figure ternama itu serta mencoblos mereka karena sudah familier dengan mereka yang wara-wiri di layar kaca.
Melihat hal tersebut, Aisah Putri Budiarti selaku Peneliti Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menilai bahwa sah-sah saja jika parpol mengusung artisnya untuk bertarung sebagai caleg dalam pemilu nanti. sebabnya adalah pekerja seni seperti artis dan sejenisnya memiliki kesempatan yang sama seperti masyarakat lainnya baik kesempatan maupun hak konstitusional untuk maju sebagai caleg.
Hanya saja, imbuh Aisah, beberapa kalangan kerap mengkritisi majunya publik figure tersebut dalam kancah perpolitikan karena dianggap sebagai cara instan dalam merebut hati dan suara dari masyarakat. Anggapan tersebut muncul lantaran parpol seolah mengusung artis ini tanpa melalui proses kaderisasi terlebih dahulu dan prosesnya selalu instan.
Dikatakan instan karena proses rekrutmen dan kaderisasi anggota baru parpol diketahui membutuhkan waktu serta biaya yang tidak sedikit. Tak heran, sejumlah parpol memilih untuk mengambil jalan pintas dengan merekrut anggota baru dari kalangan artis dan figure terkenal di tanah air.
"Sebenarnya sah-sah saja mereka bergabung ke partai atau maju sebagai caleg, tapi kemudian yang menjadi pertanyaan apakah mereka punya kapabilitas dan pengetahuan tentang politik yang cukup," kata Aisah kepada Optika.id, Rabu (30/8/2023).
Sebagai sebuah organisasi, ujar Aisah, sudah seharusnya parpol mempunyai sistem rekrutmen serta kaderisasi yang harus dijalankan secara serius. Sebuah partai menurutnya tidak salah apabila hendak merekrut artis maupun tokoh populer sebagai kader mereka. Dengan catatan, partai tetap merekrut dan menyiapkan dengan serius pelatihan kepada seluruh anggota barunya sebelum dicalonkan maju menjadi anggota dewan.
Baca Juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Terlebih lagi untuk artis yang sehari-harinya buta terhadap politik dan tidak terjun secara langsung ke dalam urusan partai, masyarakat, ataupun aktif berkegiatan dalam organisasi politik. Maka dari itu, hal yang paling penting sebagai bekal mereka adalah pembelajaran seputar internal parpol dan kaderisasi. Baik sebagai anggota parpol maupun pribadi yang ingin berkarier di jalan politik.
Selain itu, Aisah mengamati sejumlah artis tak jarang secara langsung diusung oleh parpol untuk menjadi caleg di tingkat nasional sebagai DPR RI. Menanggapi hal tersebut, dia menegaskan bahwa para artis ini seharusnya perlu mengasah kapabilitas mereka lebih dahulu dari level bawah misalnya DPRD atau DPD.
"Kaderisasi itu seharusnya bisa dilakukan dan dipersiapkan bahkan 5 tahun sebelum momen Pemilu datang. Karena kaderisasi itu tidak ada periode tertentu dan bisa dilakukan kapan saja dan dalam jangka waktu tak terbatas," imbuhnya.
Kaderisasi dan pencalonan berjenjang, imbuhnya, masih terbilang jarang dilakukan oleh parpol. Alih-alih melakukan kaderisasi dan pencalonan berjenjang, parpol justru merekrut para pesohor ini untuk langsung dicalonkan menjadi caleg di DPR RI tanpa menilai kapabilitas mereka terlebih dahulu. Di sini, parpol seolah membutakan diri dengan kualitas padahal, sistem proporsional terbuka sudah berlangsung lebihd ari satu decade dan hal itu tidak boleh dikesampingkan.
Baca Juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim
Dia juga menegaskan bahwa parpol tidak mau belajar dan terkesan merekrut artis ini hanya untuk jadi cara instan atau jalan pintas dalam meraup suara pemilih.
Persoalan pencalonan kader instan ini seharusnya tidak lagi jadi soal kalau partai benar-benar belajar dari proses politik setelah lebih dari satu dekade pemilu langsung diterapkan, jelasnya.
Lebih lanjut dirinya tak menampik bahwa strategi menggaet artis dan publik figure ini masih menjadi cara ampuh untuk merebut hati dan suara masyarakat. Bahkan sekalipun sang artis tidak terpilih menjadi anggota dewan perwakilan rakyat, suara yang didapat dari masyarakat yang memilih para pesohor tersebut turut menyumbang suara bagi parpol yang mengusung sehingga menguatkan posisi mereka di kontestasi politik dan mengamankan kursinya di parlemen.
Editor : Pahlevi