Demokrat Gabung Koalisi Indonesia Maju, Bagaimana Nasibnya?

author Eka Ratna Sari

- Pewarta

Senin, 25 Sep 2023 20:34 WIB

Demokrat Gabung Koalisi Indonesia Maju, Bagaimana Nasibnya?

Optika.id - Forum Guru Besar dan doktor insan cita mengadakan diskusi dengan tema "Dinamika Pilpres 2024 Pasca Demokrat Mendukung Prabowo Subianto" pada hari Minggu, (24/9/2023). Diskusi yang dihadiri oleh Profesor Doktor Nurliah Nurdin, Profesor Romli, Profesor Zainudin Maliki, Profesor Fauzan Ali Rasyid, dan Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan berbagai aspek menarik terkait dinamika politik menjelang Pilpres 2024.

Baca Juga: Balas Dendam Manis, Demokrat Tak Sabar Lihat Wajah Moeldoko di Parlemen

Prof. Lili Romli, seorang professor riset dan ahli peneliti utama dari BRIN, memulai diskusi dengan menyoroti jenis-jenis koalisi yang muncul pasca Demokrat bergabung dengan Prabowo dalam koalisi Indonesia Maju.

Dia menyatakan, "Jika mengamati dinamika koalisi pilpres 2024 ini ada yang masuk dalam jenis officing dan polisi sicking."

Menurutnya, Demokrat bergabung dengan koalisi Indonesia Perubahan karena ketidaksukaan terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh pihak lain. Hal yang sama terjadi dengan PKS yang mendukung Anies, Gerindra yang bergabung dengan Prabowo, dan PAN yang juga bergabung dengan Prabowo.

Prof. Romli juga berpendapat bahwa mungkin perlu ada teori baru untuk menjelaskan fenomena ini, di mana koalisi terbentuk karena alasan ketidaksetujuan.

Dia juga mengidentifikasi jenis-jenis partai politik yang menonjol dalam konteks ini, yaitu personal party dan president party. Namun, dia menekankan bahwa banyak pemain dari luar partai politik yang memainkan peran penting dalam dinamika koalisi ini.

Baca Juga: Demokrat ke Kabinet, Jokowi Wujudkan Mimpi SBY?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Terkait dengan bergabungnya Partai Demokrat dengan Prabowo, Prof. Romli melihat bahwa koalisi perubahan menjadi rapuh karena tidak ada titik temu antara Surya Paloh (SP) dengan SBY terkait posisi cawapres.

"Demokrat menginginkan harga mati Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi cawapres," ungkapnya, dikutip melalui kanal YouTube Forum Insan Cita pada Senin, (25/9/2023). Hal ini mengakibatkan posisi Demokrat menjadi tidak lagi sentral dalam koalisi, dan posisi cawapres tidak lagi ditawarkan kepada mereka.

Lebih lanjut, Prof. Romli menyebut bahwa bergabungnya Demokrat dengan koalisi Indonesia Maju dapat menjadi boomerang bagi mereka karena beberapa gagasan yang sebelumnya diusung oleh SBY terkait pertanahan dan lainnya menjadi tidak relevan. Meskipun SBY telah mundur, gagasan-gagasan untuk lanjutan tidak ada. Sehingga, Demokrat berada dalam koalisi, tetapi gagasan-gagasan mereka seakan-akan tidak ada.

Baca Juga: Suara Demokrat di Jatim Anjlok, Emil Dardak: Tunggu Hasil Final

Dalam konteks politik saat ini, hasil survey yang disebutkan oleh Burhanuddin Muhtadi mengindikasikan bahwa pendukung Demokrat masih cenderung mendukung koalisi yang dipimpin oleh Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

Meskipun isu dua poros telah muncul sejak November 2022, kini isu tersebut semakin kuat. Burhanuddin Muhtadi mengatakan bahwa semua tergantung pada keputusan Ibu Megawati Soekarnoputri apakah dia akan bergabung dengan koalisi Indonesia Maju, yang akan berdampak pada posisi Ganjar Pranowo sebagai calon wakil presiden.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU