Literasi Digital dan Finansial Lemah Jadi Akar Masalah Terlillit Utang Pinjol

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 27 Sep 2023 14:41 WIB

Literasi Digital dan Finansial Lemah Jadi Akar Masalah Terlillit Utang Pinjol

Optika.id - Maraknya pinjaman online (pinjol) dan judi online di Indonesia membuat pemerhati sosial dari Universitas Indonesia (UI), Deview Rahmawati khawatir dengan literasi digital dan keuangan masyarakat. Pasalnya, menurut Devie maraknya perilaku judi online dan pinjol ini disebabkan dua pangkal permasalahan yakni literasi keuangan yang rendah serta literasi digital yang lemah.

Baca Juga: Masalah Finansial Bikin Hidup Stres? Jangan Khawatir Ini Cara Mengatasinya!

Pinjol diawali dengan merasa pendapatan yang dia miliki tak mencukupi kebutuhan dia. Padahal keputusan itu perlu diaudit dulu. Benar apa enggak cukup? Padahal ada orang yang dengan penghasilan sama bisa saja hidupnya baik tanpa terikat pinjol, kata Devie dalama keterangannya, Rabu (27/9/2023).

Devie menilai sebetulnya sah-sah saja masyarakat melakukan pinjaman online dengan catatan dilakukan secara sadar dan perencanaan yang matang. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah keputusan melakukan pinjol tersebut dilakukan tanpa perhitungan sama sekali.

Yang jadi masalah adalah mereka enggak tahu bisa bayar atau enggak, tapi tetap pinjam dulu. Padahal menurut sebuah penelitian, 60 persen dari uang pinjol itu digunakan untuk hal-hal yang tidak produktif, cuma memenuhi gaya hidup, tuturnya.

Baca Juga: Digitalisasi Bikin Masyarakat Doyan Pinjol

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lebih lanjut, Devie menilai bahwa ada relasi yang saling terkait satu sama lain antara judi online dan maraknya pengguna jasa pinjol. Biasanya, imbuh Devie, orang kerap lupa bahwa judi online merupakan bisnis illegal yang dikemas secara menarik dengan model gamifikasi. Modus ini juga bisa menyamarkan bahwa judi online yang dilakukan adalah game semata, bukannya tindakan judi. Biasanya, modus ini dilakukan oleh para influencer yang mengiklan judi online di media sosial masing-masing dengan menyebut bahwa itu adalah game atau permainan biasa namun tahapan berikutnya harus deposit sejumlah uang.

Alhasil, pengguna pun dibuat terpikat dengan kemenangan di awal sehingga harus berhutang ke pinjol untuk menutupi utang di akhir.

Baca Juga: Jelang Nataru, Ekonom Peringatkan Masyarakat Jangan Terjebak Tawaran Pinjol Ilegal

Orang sudah kalah dia bukan berhenti malah dia akan menutupi kekalahannya. Ini berkaitan dengan pinjol, dia optimis akan menang lagi dan lanjut terus main, kata Devie.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU