Optika.id - Belakangan ini, metode belanja melalui live commerce dinilai cukup efektif dalam memengaruhi konsumen agar tertarik, kemudian membeli. Konsumen yang tadinya masih berpikir ulang untuk membeli, dengan konten yang menarik dan disajikan oleh pedagang di live commerce pun bisa berubah pikiran dan ingin membeli saat itu juga dengan berbagai promo yang ditawarkan.
Sebenarnya ada alasan yang tepat untuk fenomena sebagian orang yang membeli tidak hanya berdasarkan kebutuhan belaka, melainkan hanya karena impuldif saja. Selain itu, hadirnya fitur live yang terbatas juga membuat orang merasa FOMO atau fear of missing out dengan kata lain takut ketinggalan tren, dan takut kehabisan barang.
Baca Juga: Pak Yes Serahkan Ribuan Sertifikat Halal ke Pelaku UMKM Lamongan
Di sisi lain, penjual live commerce pun kerap menerapkan limited stock. Bahkan, terkadang disertai dengan adanya diskon besar-besaran. Alhasil, hal tersebut turut memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli.
Alhasil, metode marketing ini merupakan evolusi yang tidak bisa dihindari. Live commerce, akan menjadi suatu proses berbelanja yang mainstream dan biasa saja. Sebab, apabila dilihat dari sisi penjual, mereka bisa berdagang secara efektif.
Sebaliknya, apabila dilihat dari segi pembeli, maka mereka bisa mendapatkan barang secara lebih mudah dan murah. Para pembeli juga bisa mengetahui fungsi atau manfaatnya secara jelas dengan berinteraksi secara langsung dengan penjual melalui livestreaming. Hal tersebut juga membuat efektivitas live commerce makin tinggi lagi.
Menurut pengamat bisnis, Kafi Kurnia, fitur live commerce tersebut membuat penjual bisa mengjangkau konsumen secara lebih mudah kapan saja dan dimana saja. Penjual tidak perlu mengeluarkan modal untuk menyewa stand atau ruko, membuat outlet di berbagai tempat, karena cukup secara online mereka bisa berjualan dan melebarkan sayap bisnisnya lebih luas.
Baca Juga: Kembangkan UMKM, Pemkot Adakan Pelatihan Creator Lab
Kendati demikian, Kafi menegaskan bahwa jangkauan tersebut akan berbeda dari satu penjual ke penjual lainnya. Biasanya titik penentuan tersebut dilihat berdasarkan pada keviralan konten yang dibuat serta dari sisi followers alias pengikut di media tersebut. Pasalnya, apabila tidak viral dan memiliki followers banyak, maka jangkauan produknya bisa lebih sedikit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di metode ini, selain tentu saja kualitas produk, yang diuji adalah kreativitas membuat konten. Ini sama saja dengan beriklan, harus kreatif, agar orang yang melihat bisa tertarik, ucap Kafi dalam keterangannya, Sabtu (14/10/2023).
Lebih lanjut, live commerce membuat siapa saja bisa berjualan secara bebas karena mereka cukup membuat konten yang menarik dan viral, lalu jangkauan produknya akan meluas. Akan tetapi, metode ini juga akan membuat penjual yang belum memiliki nama dan sepi, harus berjuang ekstra keras untuk mendapatkan hal tersebut.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Upayakan Tambah Sejumlah UMKM di Sektor Mamin
Sebaliknya, penjual yang sudah mendapatkan nama lebih dahulu atau followers yang banyak dan kuat akan tenang-tenang saja karena kontennya tiap kali melakukan live commerce bisa viral dan banyak dikunjungi.
Oleh karena itu, bisa dilihat dalam beberapa waktu terakhir ada banyak aktris atau selebgram yang ikut turun berjualan live commerce. Sebab, mereka memiliki titik pijak lebih tinggi untuk membuat barang jualannya viral dan memiliki jangkauan lebih luas.
Editor : Pahlevi