Pengamat: Pencawapresan Gibran Justru Bebani Elektabilitas Prabowo

author Eka Ratna Sari

- Pewarta

Selasa, 07 Nov 2023 19:37 WIB

Pengamat: Pencawapresan Gibran Justru Bebani Elektabilitas Prabowo

Optika.id - Menurut pengamat politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi, penurunan elektabilitas bakal capres Prabowo Subianto akibat pencalonan Gibran Rakabuming Raka dianggap sebagai hal yang wajar.

Airlangga berpendapat bahwa penurunan elektabilitas Prabowo-Gibran merupakan konsekuensi dari meningkatnya kesadaran publik tentang intervensi kekuasaan yang terjadi dalam memasukkan nama Gibran sebagai cawapres melalui putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang dipimpin oleh adik ipar Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: Kekuatan Orde Baru Sudah di Pusat Pemerintahan Republik Indonesia

Selain itu, istilah "Mahkamah Keluarga" yang marak di media sosial sebagai sindiran atas keputusan kontroversial MK dalam mengizinkan Gibran berpartisipasi dalam Pilpres 2024 juga telah mempengaruhi persepsi publik. Airlangga menyatakan bahwa tampilnya Gibran sebagai cawapres telah lebih membebani Prabowo daripada memperkuat posisinya.

"Survei yang dilakukan oleh Charta Politika menunjukkan bahwa kehadiran Gibran mendampingi Prabowo justru membebani Prabowo, alih-alih memperkuat dukungan. Hal ini berkaitan dengan persepsi tentang intervensi kekuasaan dan penggunaan institusi hukum seperti MK sebagai alat kekuasaan," kata Airlangga, pada Selasa (07/11/2023).

Baca Juga: Kemana Prabowo Bakal Bawa Demokrasi Indonesia?

Airlangga juga menjelaskan bahwa persepsi tentang intervensi kekuasaan di MK telah mengubah pandangan publik, terutama di kalangan pendukung Presiden Jokowi. Hal ini tidak hanya tidak memperkuat kandidasi Gibran, tapi juga memperkuat pandangan bahwa kehadiran Gibran mewakili politik dinasti yang mencoba mempertahankan kekuasaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Hasil survei juga mencerminkan bahwa persepsi politik dinasti yang terkait dengan Gibran menciptakan pandangan negatif di kalangan publik. Ada indikasi masalah etika yang telah menciptakan kontroversi sejak keputusan MK yang mengabulkan gugatan terkait syarat usia minimum capres dan cawapres, yang membuka jalan bagi Gibran untuk tampil," ungkap Airlangga. "Rangkaian masalah ini kemudian membuat pencalonan Gibran dianggap sebagai ancaman terhadap demokrasi dan jaminan kesetaraan hukum, sehingga tidak benar-benar mewakili suara generasi milenial."

Baca Juga: Jokowi Buka Suara Soal Dirinya Disebut Cawe-Cawe dalam Kabinet Prabowo-Gibran

Charta Politika merilis hasil survei terbaru yang menunjukkan bahwa dalam simulasi tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Ganjar Pranowo-Mahfud MD memiliki elektabilitas tertinggi dengan 36,8 persen, diikuti oleh Prabowo Subianto-Gibran dengan 34,7 persen, dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan 24,3 persen.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU