Tragedi Aktivis 98, Apa Kaitannya dengan Prabowo?

author Danny

- Pewarta

Selasa, 26 Des 2023 17:56 WIB

Tragedi Aktivis 98, Apa Kaitannya dengan Prabowo?

Optika.id - Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo menyinggung soal HAM dalam sesi debat capres yang digelar KPU pada 12 Desember 2023 lalu. Saat sesi tanya jawab dengan calon presiden, Ganjar menanyakan Prabowo soal tragedi aktivis 98 beberapa tahun silam

"Kalau bapak ada disitu, apakah akan membuat pengadilan HAM dan memberikan rekomendasi di DPR, diluar sana menunggu banyak ibu-ibu, apakah Pak Prabowo bisa menemukan kuburan mereka agar bisa berziarah," tanya Ganjar. 

Baca Juga: Presiden Prabowo akan Hadiri Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang

Isu penculikan aktivis 98 ini kembali mencuat saat pemilu, Prabowo Subianto kembali dikaitkan dengan tragedi 98. Sebab, penculikan dan penghilangan paksa aktivis 98 diduga dilakukan oleh tim Khusus yang disebut Tim Mawar. Isinya terdiri para Kopassus, pada saat itu, komandan letjen kopassus adalah Prabowo Subianto. 

Sebanyak 24 orang telah dihilangkan secara paksa, mereka adalah aktivis yang berjuang di masa pemerintahan orde baru. Sampai saat ini, keberadaan mereka masih tidak ditemukan dan masih rancu. 

Hal ini ditanggapi oleh Mugiyanto, salah satu mahasiswa UGM yang menjadi korban penculikan Tim Mawar Kopassus di tahun 1998. Saat itu, Mugi tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Mugiyanto diculik di Rumah Susun Klender, 13 Maret 1998. 

"Jadi kami itu tinggal di rusun klender, Mugiyanto, Nezar, Aan, Andi Arief dan kawan lain. Kami menyebut safe house, hari Jumat saya beraktivitas biasa dan bertemu dengan aktivis Australia. Jalan di Diponegoro itu ada telepon umum, aku telepon ke rumah susun, terus Nezar yang jawab, aku bilang, "Aku mau pulang, gausah cari makan aku bawa Hokben," kata Mugiyanto, Selasa, (26/12/2023). 

Setelah sampai, Mugiyanto menemukan keadaan rusun yang sangat berantakan dan teman-temannya tidak ada disitu. Kondisi rusun mereka saat itu berantakan. Di dapur masih ada jeruk panas. Ia heran, keadaan ini tidak seperti saat biasanya. Tak lama, Mugiyanto berusaha menghubungi Nezar via telepon dan alat komunikasi pager, namun tak ada jawaban. Semakin panik, akhirnya ia menggedor pintu rusun. 

"Banyak orang, ada tentara, ada preman dan ada satu bapak tua, ternyata bapak tua itu Pak RT situ. Tentara memakai seragam tapi tidak ada polisi, aku pucat membayangkan akan mati, langsung dibawa digelandang dibawa ke mobil, waktu dinaikan ke mobil aku sudah tidak ingat, pikiranku hanya mati itu, berhenti di Koramil Duren Sawit," 

Ketika Mugiyanto diinterogasi, ada seseorang yang datang duduk di sebelah, seorang itu bernama Jaka. Jaka mengaku memiliki saudara yang merupakan pimpinan tentara, dan mengancam akan melaporkannya jika dia tidak dilepaskan. Tidak lama, Mugiyanto dibawa ke Kodim yang berlokasi di dekat Stasiun Jatinegara. Ketika sampai, Mugi mendengar teriakan "Cepat turunkan mereka!,".

"Disana saya lihat ada dua orang yang berteriak ke polisi militer itu, Cepat turunkan mereka, kalian menghormati saya gak, cepat turunkan mereka, sampai akhirnya kami diturunkan. Aku dimasukkan dibelakang mobil Kijang, mataku ditutup. Aku sudah dengar suara air gemericik terus angin kencang berhembus. Sehingga bayanganku ini di sawah, di sungai, apa aku akan dibunuh di sawah," tegas Mugi. 

Mugi mengaku dipukul, dihajar, lantaran ia tidak mengaku awalnya tinggal dengan siapa. Lalu, Mugiyanto pun menyebutkan nama temannya, dan ia dilucuti hanya tinggal celana dalam saja. Kemudian, selang beberapa menit ada suara sirine mobil dan suara cambukan. 

Baca Juga: Kado Awal Tahun: UMP Naik 6,5 Persen, Kesejahteraan Guru Meningkat Signifikan di 2025

Kemudian, salah satu korban bernama Ucok Munandar Siahaan juga menjadi salah satu korban yang sampai saat ini tidak diketahui nasibnya. Ayahanda Ucok, Paian Siahaan tanpa lelah menceritakan kisah Ucok dan tetap menanti keadilan sang anak. Perjuangan sama juga dilakukan Wahyu Susilo, adik dari korban Wiji Thukul yang bernasib sama, mereka hilang tanpa jejak. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Kita tanya ke polsek-polsek, rumah sakit itu tidak ada, baru saya ingat dulu, sebelum kira kira sebulan saya pernah pulang, saya kan kerja di Cikini. Saya kebetulan bawa mobil yang sering dipakai Ucok, waktu saya pulang saya sering diikuti, baru saya sadar ternyata dulu Ucok sering diintai," kata Paihan Siahaan. 

Hal yang sama diungkapkan Wahyu Susilo, ia mengatakan bahwa Wiji Thukul (kakaknya) dianggap sebagai ikon perlawanan orde baru, puisinya sangat menggerakkan sampai sekarang. 

"Ia dianggap sebagai ikon perlawanan, ia sampai sekarang terlibat dalam organisasian petani, buruh, pada Desember 95 demo buruh, ia ditangkap dan ditendang dengan sepatu tentara sampai matanya luka-luka permanan. Saat itu ia bergabung dengan Partai Rakyat Demokratik, itulah yang menyebabkan ia menjadi orang yang harus dihilangkan. Saya ketemu langsung terakhir Oktober 1997, tapi komuinikasi via telpon itu awal Januari-Februari 1998," ujar Wahyu dengan tegas. 

Setelah kejadian itu, Ayah Ucok terus melakukan penuntutan. Namun, pada saat itu belum ada polisi sehingga pomdam yang memproses kejadian Ucok saat dilaporkan oleh sang ayah itu. 

Baca Juga: Rezim Gemoy Tapi Duit Cupet

Perlu diketahui, pada tahun 2009, DPR-RI telah menerbitkan empat rekomendasi untuk Presiden. Pertama, merekomendasikan kepada Presiden untuk membentuk pengadilan HAM AD HOC. Kedua, merekomendasikan kepada presiden melakukan pencarian terhadap 13 orang hilang. Ketiga, merekomendasikan kepada pemerintah untuk memberikan kompensasi kepada keluarga korban yang hilang. Keempat, merekomendasikan kepada pemerintah agar meratifikasi konvensi anti penghilangan paksa. 

Akan tetapi, keadaan ini pun berbalik, sejumlah korban penculikan dan aktivis 98 justru memihak kepada Prabowo. Salah satunya, Budiman Sudjatmiko yang menjadi Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran. 

"25 tahun yang lalu Pak Prabowo menjalankan tugas negara, saya bersama teman-teman menjalankan tugas sejarah. Jadi sudah saatnya tugas sejarah harus menyatur dengna tugas negara. Karena tulisan itulah (Paradoks Indonesia) saya memahami isi pikira Prabowo. Kalau saya tidak mencintai pikiran itu saya mengkhianati diri saya sendiri, cita-cita saya sendiri," ungkap Budiman. 

Budiman juga mengatakan tidak ada bukti secara hukum bahwa beliau (Prabowo Subianto) itu melakukan kriminal. 

Lantas, pertanyaan dari Ganjar saat sesi debat calon presiden ditanggapi oleh Prabowo. "Kalau keputusannya mengadakan pengadilan HAM, ya kita adakan pengadilan HAM, tidak ada masalah," jawab Prabowo. 

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU