SMRC: Hanya 7 dari 100 Orang yang Terpengaruh Polarisasi Politik

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Jumat, 29 Des 2023 22:30 WIB

SMRC: Hanya 7 dari 100 Orang yang Terpengaruh Polarisasi Politik

Optika.id - Polarisasi akibat perbedaan pilihan politik menurut Pakar Ilmu Politik, Saiful Mujani hanya berdampak pada 6,8% orang saja. Dengan kata lain, hanya 7 dari 100 orang yang terpolarisasi serta memutuskan hubungan komunikasi lantaran perbedaan pilihan politik.

Hal tersebut dia ungkapkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) pada September 2023 lalu dengan pertanyaan survei seputar dampak hubungan sosial akibat perbedaan pilihan politik dengan total 1.054 responden.

Baca Juga: Pengamat: Polarisasi Terjadi Karena Media Gemar Soroti Figur Politik

"Menurut saya karena jumlahnya enggak ngumpul di tempat tertentu, jadi relatif sedikit. Ada, tapi masih banyak yang tidak terpengaruh," ujar Saiful dalam keterangannya yang dikutip Optika.id, Jumat (29/12/2023).

Para ahli dunia, sebutnya, juga hingga saat ini masih belum sepakat menyimpulkan polarisasi politik menjadi situasi yang mengkhawatirkan. Pasalnya, semua tergantung pada dampak yang ditimbulkan salah satunya adalah merusak hubungan komunikasi.

"Namun jika melihat survei, hanya ada sekitar 2,5 juta orang secara nasional yang malas bertegur sapa akibat berbeda pilihan. Jadi di Indonesia belum terlalu mengkhawatirkan," kata dia.

Baca Juga: Polri Gandeng Ulama, Pakar: Langkah Strategis untuk Redam Isu Sensitif dan Polarisasi selama Pemilu

Polarisasi saat ini menurut Saiful hanya bagian dari persaingan saja. Pasalnya, persaingan sejatinya melekat kuat pada demokrasi termasuk setiap kontestasi pemilu dilaksanakan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di sisi lain, perbedaan pilihan politik merupakan sesuatu yang normal dan bukanlah masalah yang besar d negara demokrasi ini. Justru, imbuh Saiful, perbedaan membuat sistem politik berjalan karena ada yang menjalankan serta mengontrol sistem itu sendiri.

Baca Juga: Lembaga Penyelenggara Pemilu Belum Serius Urusi Kampanye di Medsos

Lebih lanjut, klaim adanya polarisasi yang berbahaya di Indonesia menurut Saiful hanya ditimbulkan oleh pihak-pihak yang ingin menakut-nakuti saja. Padahal, isu tersebut dia nilai justru berpotensi menghilangkan makna kompetitif pada pemilu itu sendiri.

"Toh sejauh ini kan tidak membuat kerusakan, konflik atau sampai perang kampung. Jadi menurut saya ada (polarisasi politik), tapi jumlahnya sedikit dan tidak bahaya," tutur Saiful.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU