Optika.id - Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, menilai adanya indikasi tertentu bahwak aksi para mahasiswa yang ramai-ramai mengusir para pengungsi Rohingya di Aceh dipicu oleh maraknya disinformasi dan misinformasi soal pengungsi Rohingya itu sendiri. fenomena pembingkaian (framing) narasi negatif di media sosial terhadap pengungsi Rohingya ini menurut Usman juga terjadi di Malaysia.
Jelas ada indikasi kuat ke arah itu, ada banyak serangan kepada saya dan Amnesty yang didasarkan pada misinformasi dan disinformasi, termasuk kebencian kepada Rohingya, kata Usman, dalam keterangan yang dikutip Optika.id, Sabtu (30/12/2023).
Baca Juga: Para Pengungsi Rohingya Diusir oleh Mahasiswa, Narasi Kebencian di Medsos atau Agenda Terselubung?
Fenomena inipun menurut Usman memiliki kemiripan dengan kampanye kebencian serta disinfomasi yang massif di platform Meta pada Agustus 2017 di Myanmar. Terjadi aksi luas dan sistematis menjelang kampanye politik di Myanmar kala itu berupa pemerkosaan, pembunuhan, dan pembakaran rumah etnis Rohingya. Kala itu, sambung Usman, para pengguna Facebook di Myanmar dibanjiri dengan konten bernarasi anti-Rohingya.
Adapun aktor yang terkait dengan militer Myanmar dan kelompok nasionalis radikal rajin membombardir platform dengan konten-konten anti muslim Rohingya.
Memposting disinformasi yang mengklaim akan ada pengambilalihan oleh muslim yang akan datang. Dan menggambarkan Rohingya sebagai penjajah, akibatnya lebih dari 700.000 Rohingya melarikan diri dari Rakhine, jelas Usman.
Melihat peristiwa memilukan yang dilakukan oleh mahasiswa di Aceh terhadap pengungsi Rohingya, Usman mendesak agar pemerintah segera menyampaikan posisi yang jelas dan berpihak pada kaidah kemanusiaan soal penanganan pengungsi. Termasuk terkait perlindungan bagi para pengungsi dari persekusi dan diskriminasi itu sendiri.
Harus menjadi pemantik pemerintah Indonesia untuk semakin mendorong negara-negara di kawasan menguatkan fungsi SAR dan pemberian bantuan kemanusiaan pada pengungsi, terutama yang mengarungi lautan, tegas Usman.
Baca Juga: Prabowo: Keberadaan Pengungsi Rohingya di Aceh Jadi Beban
Sementara itu dalam keterangan yang sama, Peneliti Ilmu Sosial dan Pegiat Gerakan Adat cum peneliti isu pengungsi Rohingya, Affan Ramli menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan oleh para mahasiswa telah mencoreng wajah Aceh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kejadian pengusiran tersebut menurut Affan tidak murni berangkat dari pemahaman atas ketidakadilan sekaligus bertolak dari kekuatan moral mahasiswa itu sendiri.
Mahasiswa enggak paham sama sekali kebudayaan Aceh, terutama adat Laot dan adat Gampong yang sangat humanis, manusiawi, berperadaban, ujar Affan.
Baca Juga: Simpatisan Yakin Perihal Prabowo Langgar HAM adalah Kabar Bohong
Ketidakpahaman para mahasiswa tersebut alhasil membuat mereka mudah terpapar dan terprovokasi oleh hoaks yang menyasar keberadaan pengungsi Rohingya di Aceh. Dia menilai, aksi mahasiswa yang menggeruduk dan memindahkan para pengungsi secara paksa tersebut memiliki dalang di belakangnya.
Investigasi siapa yang mendanai aksi itu, publikasi ke masyarakat. Investigasi juga betulkah mereka mahasiswa atau bawa-bawa nama mahasiswa. Tracking sementara oleh teman-teman, beberapa nama penggerak aksi mahasiswa itu, enggak terdaftar di Kemendikbud, terang Affan.
Editor : Pahlevi