Budi Setiyono: Debat Capres Tak Substansial, KPU Harus Perbaiki Mekanisme!

author Eka Ratna Sari

- Pewarta

Senin, 08 Jan 2024 21:39 WIB

Budi Setiyono: Debat Capres Tak Substansial, KPU Harus Perbaiki Mekanisme!

Optika.id - Pakar dari bidang studi Ilmu Pemerintahan dan Kebijakan Publik Budi Setiyono, mengungkapkan kekecewaan terhadap debat capres yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Senin (8/1/2024). Budi menilai debat tersebut tidak memberikan pemaparan yang mendalam dan komprehensif tentang isu politik luar negeri dan pertahanan keamanan.

Profesor Budi Setiyono, selaku pakar di bidang studi Ilmu Pemerintahan dan Kebijakan Publik sekaligus Wakil Rektor I Universitas Diponegoro, menjadi narasumber dalam acara diskusi bertajuk Plus Minus Debat Capres yang Ketiga yang diselenggarakan Forum Guru Besar dan Doktor Insan Cita melalui virtual, Senin malam, (08/01/2024).

Baca Juga: Debat Final Capres Bahas Isu Pendidikan, JPPI: “Semuanya Kosong”

Budi menyampaikan dua keluhan utama terkait dengan debat capres. Pertama, ia menganggap waktu yang diberikan oleh KPU terlalu singkat untuk membahas isu-isu penting yang berkaitan dengan kebijakan politik luar negeri.

Terlepas dari apa-apa yang disampaikan oleh para kandidat sehingga saya kira mungkin keluhan pertama saya itu berkaitan dengan management waktu kali ya. Dari sisi management waktu yang dibuat skemanya oleh KPU itu terlalu singkat bagi kita untuk mengunyah apa yang akan dilakukan oleh para kandidat itu terkait dengan kebijakan politik luar negeri kita. Sedemikian rupa sehingga kita tidak punya gambaran secara besar sebenarnya para kandidat itu akan membawa kita kemana didalam perjalanan 5 tahun yang akan datang, kata Budi.

Kedua, ia merasa resah dengan model mekanisme debat yang dilakukan oleh KPU. Ia melihat bahwa sebagian besar rakyat belum memiliki budaya politik yang memungkinkan mereka untuk memilih kandidat berdasarkan ide dan gagasan yang disandingkan satu sama lain. Ia juga menyoroti kurangnya sensitivitas dari para kandidat terhadap kenyataan masyarakat tersebut.

Baca Juga: Komitmen Pengendalian Tembakau Masing-Masing Capres Dipertanyakan

Nah ini saya tidak membaca sensitivitas dari para kandidat terkait dengan kenyataan masyarakat yang seperti itu. Sehingga justru menurut saya banyak dari statement -statement itu yang menjadi bomerang yang pada akhirnya mohon maaf misalnya kalau yang disampaikan oleh pak Anies dari satu sisi banyak hal yang sebenarnya rasionalistik mungkin juga linier, tetapi itu hanya bisa dicerna saya yakin hanya oleh 20 an persen dari pemilih, sisanya itu mungkin malah kesulitan untuk menangkap apa yang diinginkan oleh pak Anies" ujar Budi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

"Saya juga menghawatirkan ekspresi dan cara tata kelola dari para kandidat yang lebih banyak ke sisi emosional daripada substansi nya, itu juga akan membawa pada suatu perselisihan yang tidak mencerahkan bagi publik, tambahnya.

Baca Juga: Trending di X, Ini Maksud Dari Cap Tasya Farasya Approved untuk Anies

Dr. Eha Saleha, M.Si., doktor administrasi publik doktor universitas terbuka fhisip fakultas hukum, ilmu sosial, dan ilmu politik, yang menjadi moderator dalam diskusi tersebut, menyimpulkan dari pendapat Budi bahwa kandidat lebih banyak saling sindir daripada adu gagasan dan ide. Ia juga menambahkan bahwa waktu untuk pemaparan debat masih terbatas sehingga banyak hal-hal yang mungkin bisa diungkap lebih tajam dan lebih dalam namun menjadi sangat terbatas.

Intinya kandidat lebih banyak saling sindir ya daripada adu gagasan dan ide kemudian juga waktu untuk pemaparan debat masih terbatas sehingga banyak hal-hal yang mungkin bisa diungkap lebih tajam dan lebih dalam namun menjadi sangat terbatas, kata Eha.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU