Optika.id - Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko kebakaran di permukiman. Selain menyiagakan petugas dan kendaraan selama 24 jam, DPKP Surabaya juga melakukan latihan, pengecekan, sosialisasi, dan mitigasi secara rutin. DPKP Surabaya menargetkan respons time selama 7 menit dalam pelayanan pemadaman.
Kepala DPKP Surabaya Laksita Rini Sevriani menyampaikan, sepanjang 2023 terdapat 793 kasus kebakaran yang ditangani oleh DPKP Surabaya. Sebagian besar kasus berasal dari non bangunan atau ruang terbuka, seperti kebakaran alang-alang dan sampah, yang dipicu oleh fenomena El Nino. Sedangkan sisanya berasal dari bangunan, seperti perumahan, industri, umum, dan perdagangan, serta kendaraan.
Baca Juga: Banjir Parah di Greges Timur, Warga Desak Penanganan Cepat
Kami terus melakukan sosialisasi dan mitigasi di lingkungan permukiman, pendidikan, dan perkantoran melalui rayon dan pos. Kami juga menyelenggarakan wisata pemadam kebakaran cilik (Wisdamcil) bagi PAUD dan TK, serta memberikan pelatihan mitigasi kepada guru PAUD, ujar Laksita Rini, Rabu (10/1/2024).
Laksita Rini menjelaskan, respons time 7 menit yang diterapkan DPKP Surabaya bertujuan untuk meminimalisir korban dan kerugian akibat kebakaran. Respons time 7 menit, artinya kita sudah sampai di lokasi. Oleh karena itu, peran warga dalam 3 menit awal sangat penting untuk mencegah api membesar saat kebakaran, kata Laksita Rini.
Baca Juga: Logistik Pilkada Surabaya 2024 Siap, KPU Pastikan Semua Terpenuhi
Untuk mencapai respons time 7 menit, DPKP Surabaya telah melakukan pemetaan wilayah padat penduduk. Pemetaan ini untuk menentukan jarak antara proses pemadaman kebakaran dengan rumah warga. Jika jarak rumah warga lebih dari 200 meter dengan jalan utama, DPKP Surabaya berencana membuat hidran kering pada 2024, serta menambah sumur dan pos pemadam di Kecamatan Margorejo dan Lontar, papar Laksita Rini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
DPKP Surabaya juga berpatroli untuk menemukan spot atau titik lokasi yang berpotensi menimbulkan bencana kebakaran. Jadi yang jalannya sempit, kita membutuhkan selang yang panjang, membutuhkan waktu yang juga panjang. Itu dapat menimbulkan korban jiwa sehingga kita usulkan akan membuat hidran kering untuk memudahkan pemadaman, tutur Laksita Rini.
Baca Juga: Haedar Nashir Hadiri Milad Seabad RS PKU Muhammadiyah Surabaya
Selain itu, DPKP Surabaya juga melibatkan Kader Madagaskar (masyarakat dan keluarga siaga kebakaran) untuk mengantisipasi dan menangani kebakaran di permukiman. Kader Madagaskar ini bertugas untuk memberikan edukasi, simulasi, dan bantuan kepada warga saat terjadi kebakaran.
Editor : Pahlevi