Yogyakarta (optika.id) - Aktivis Demokrasi Afnan Malay menilai kepemimpinan Presiden Jokowi pada periode kedua ini lebih buruk dibanding era Orde Baru. Nuansa KKN era Jokowi lebih terasa dibanding zaman Soeharto, contohnya Gibran lolos menjadi cawapres pada kontestasi Pilpres 2024 ini.
Pernyataan ini sekaligus mengamini apa yang disampaikan Anies Baswedan. Capres nomor urut 1 ini menyatakan, pada masa Orde Baru, pemerintah berpihak pada satu kelompok, berpihak pada satu partai, berpihak pada satu calon, itu era orde baru.
Baca Juga: Aktivis Surabaya Gelar Pertemuan: Diskusi untuk Calon Walikota
Apa yang disampaikan Mas Anies itu masih terlalu halus. Bagi saya, era Jokowi ini lebih buruk dari Orde Baru, katanya kepada, Kamis, (1/2/2024).
Namun, kata dia, juga tidak salah jika banyak orang yang menilai pasangan capres-cawapres nomor 02 Prabowo-Gibran representatif Orde Baru. Ya mungkin begitu, beririsan dengan Orde Baru. Prabowo menantunya Soeharto dan Titik dari Golkar pindah ke Gerindra, ungkapnya.
Salah satu pendiri Sekretariat Nasional (Seknas) Jokowi ini mengungkapkan, pada periode kedua Jokowi sudah mulai berubah.
Baca Juga: Sejumlah Aktivis Ini Ramaikan Hari Buruh, Perjuangkan Hak Mereka di Tempat Kerja
Bagi saya, kini Jokowi sudah bukan lagi menjadi presiden yang mengayomi rakyat. Dia sudah terang-terangan berpihak untuk presiden berikutnya, jelasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dia masih ingat saat anak Soeharto, Siti Hardijanti Hastuti Rukmana (Tutut Soeharto) menjadi Menteri Sosial pada Maret 1998, sejumlah anggota kabinet Soeharto banyak yang mundur. Artinya di era Soeharto yang kental dengan KKN, masih ada pejabat yang punya rasa malu, memilih mundur.
Baca Juga: Respon Aktivis 1980 Usai Tahu Survei Litbang Kompas 62,2 Persen Setuju Hak Angket Digulirkan
Lha sekarang ini, anak kandung (Gibran) yang dibela Jokowi. Kurang KKN apa coba? Sekarang ini kerusakan bernegara dan berdemokrasi sudah 10 kali dari Orde Baru, jelasnya.
Menurut dia, kerusakan pemeritahan saat ini sudah kasat mata. Era Soeharto daya rusaknya halus. Zaman Soeharto yang merasakan penindasan adalah orang yang melawan, kecuali saat mau dilengserkan Mei 1988, ungkapnya.
Editor : Pahlevi