Jakarta (optika.id) - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama alias Ahok terus menyuarakan penolakan soal kemungkinan koalisi antara pasangan Anies-Muhaimin Iskandar dan Ganjar-Mahfud MD pada putaran kedua Pilpres 2024.
Sikap politikus PDIP yang mengundurkan diri dari kursi Komisaris Utama Pertamina untuk mendukung duet Ganjar-Mahfud MD itu dipertanyakan.
Baca Juga: Partai Politik Diingatkan Untuk Peka Terhadap Kebutuhan Masyarakat
Ahok kan terus menerus itu bilang kalau 1 dengan 3 tidak mungkin bersatu. Kenapa sampai begitu gencarnya, ungkap politikus senior PKS Andy Azisi Amin, Senin, (12/2/2024).
Soal berbagai alasan yang disampaikan Ahok untuk menguatkan argumennya bahwa Anies dan Ganjar tidak mungkin berkoalisi, menurut Andy Azisi Amin, tidak relevan dan tidak bisa dipertanggungjawaban. Karena duet Anies-Muhaimin dan semua elemen pendukungnya adalah nasionalis dan tidak ada yang ingin mengubah ideologi negara.
Emang siapa pendukung Anies-Muhaimin ingin mengubah ideologi negara. Kita semua cinta NKRI, kita berjuang ini untuk memajukan bangsa dan negara yang kita cintai ini, kata Ketua Ikatan Alumni UI 2016-2019 ini menekankan.
Karena itu dia mencurigai penolakan Ahok ini karena alasan personal. Bekas politikus Golkar dan Gerindra itu dinilai masih terbawa emosi karena kalah pada Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu saat berhadapan dengan Anies Baswedan.
Jangan sentimentil begitu. Jangan persoalan Pilgub DKI masih dibawa-bawa. Pilgub berjalan demokratis, dan Pak Anies sudah menunjukkan kinerjanya memajukan Jakarta, ucap pendiri Gerakan Konsumen Jadi Produsen (GKJP) ini.
Dia berharap Ahok untuk berpolitik secara lebih dewasa dengan mengedepankan kepentingan negara yang jauh lebih besar. Apalagi saat ini Indonesia menghadapi persoalan besar, yaitu masa depan demokrasi terancam di tengah adanya berbagai indikasi keberpihakan pemerintah dalam memenangkan pasangan calon tertentu.
Tidak hanya kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang bereaksi, tapi sivitas akademika, kalangan ormas, mahasiswa, juga sudah bersuara keras. Mereka mengecam berbagai cawe-cawe yang dilakukan pemerintah dalam Pilpres 2024 ini sehingga bisa meruntuhkan sendi-sendi demokrasi.
Maka yang menjadi kritik keras dari para guru besar dari 30-an universitas besar di Indonesia itu terhadap rezim sekarang. Jadi ada ideologi yang mempersatukan antara 01 dan 03 yaitu bagaimana mengembalikan demokrasi kepada rel yang sebenarnya. Makanya Ahok jangan sampai menghalang-halangi, tandasnya.
Sebelumnya Andy Azisi menilai Pilpres 2024 ini tidak akan berlangsung satu putaran. Karena merujuk temuan sejumlah lembaga survei yang kredibel, seperti Polmark Indonesia pimpinan Eep Saefulloh Fatah, tidak ada pasangan yang memperoleh 50 persen plus 1.
Elektabilitas Prabowo-Gibran yang selama ini diunggulkan bahkan tidak mencapai 40 persen. Belum lagi temuan lembaga survei lainnya yang justru menunjukkan Anies-Muhaimin unggul atas Prabowo-Gibran walaupun tipis. Seperti hasil survei Lembaga Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP).
Baca Juga: Duet Pemersatu Bangsa Anies - Ganjar Dinilai Hal yang Biasa
Karena itulah menurutnya, kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud mesti berkoalisi pada putaran kedua untuk kepentingan yang besar, yaitu menyelamatkan demokrasi dan meningkatkan kualitas demokrasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apalagi saat ini di tengah masyarakat juga sudah muncul Gerakan Salam 4 Jari yang menyimbolkan pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud bersatu. Karena sikap masyarakat sudah sampai pada titik asal bukan Prabowo-Gibran karena melihat berbagai indikasi kecurangan proses pilpres yang dianggap menguntungkan pasangan tersebut.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, dalam acara Dialog Kebangsaan di Gereja Hermon, Kota Kupang pada Rabu, 7 Februari 2024 lalu, Ahok menepis kemungkinan Anies-Muhaimin dan Ganjar Mahfud akan berkoalisi di putaran kedua.
Dia menegaskan PDIP hanya akan mendukung kader sendiri. Dia menyebut Ganjar-Mahfud akan maju di putaran kedua. Jika Ganjar kalah, pilihan PDIP adalah menjadi oposisi.
Sementara saat berbicara dalam dialog bertajuk Ahok Is Back pada keesokan harinya, Kamis, 8 Februari 2024 di Jakarta Selatan, Gubernur DKI Jakarta ini juga berbicara hal senada. Terutama saat menjawab menjawab pertanyaan seorang peserta.
Ketika kemudian Ganjar-Mahfud juga lolos atau sebaliknya, apakah Pak Ahok siap berkolaborasi, bergandengan tangan bersama lawan politik bapak, Anies Baswedan, Habib Rizieq (eks pentolan FPI) PKS dan lain sebagainya? tanya seorang peserta.
Baca Juga: Menko Polhukam Apresiasi Usulan Duet Pemersatu Bangsa
Ahok awalnya berkata partainya tidak mungkin mendukung capres yang tidak pernah mau menjalankan nawacita. Yang kedua, partai PDIP tidak pernah memanfaatkan siapa pun untuk berkuasa, kata Ahok, yang sebelumnya aktif Partai Golkar dan Gerindra ini.
Kemudian, dia menyinggung pernyataan Gamawan Fauzi saat menjadi Menteri Dalam Negeri beberapa tahun silam yang pernah meminta kepala daerah bekerja sama dengan Front Pembela Islam (FPI).
Ahok menjelaskan, selain dirinya sejak awal menentang FPI, Ganjar Pranowo juga ketika menjabat Gubernur Jawa Tengah tidak mau mengikuti imbauan Gamawan tersebut.
Sikap itu, kata Ahok, karena PDIP tidak mungkin bekerja sama dengan siapa pun yang ingin mengganti ideologi Pancasila. Kenapa? Karena kami terlatih sebagai kader yang nasionalis, tidak mungkin bekerja sama dengan siapa pun yang mau mengganti ideologi pancasila, tegasnya.
Usai acara, awak media kembali bertanya kepada Ahok soal peluang koalisi kubu Anies dan Ganjar ini. Namun, Ahok meminta pertanyaan itu ditanya ke petinggi partai. Anda tanya sama partai. Saya tidak struktur di partai, tandasnya.
Editor : Pahlevi