Surabaya (optika.id) - Pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres cawapres) nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka hampir pasti menjadi pemenang dalam Pilpres 2024. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, pasangan tersebut mendominasi raihan suara nasional pada kisaran 55 59%.
Kemenangan Prabowo-Gibran ini tidak bisa dilepaskan dari peran akbar Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu sendiri. Jokowi kerap turun gunung ketika elektabilitas Prabowo-Gibran stagnan dalam bulan-bulan menjelang Pemilu. Tindakan Jokowi tersebut mulai dari mengonsolidasi ketua umum parpol, menggelar kampanye terselubung, hingga ugal-ugalan memberi bansos.
Baca Juga: Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dikabarkan Dapat Jatah Menteri Kabinet Prabowo-Gibran
Jokowi, meskipun turun tahta dalam beberapa bulan ke depan, diprediksi tetap akan berpengaruh di kancah perpolitikan nasional berkat jasanya menerobos aral dalam mengantarkan Prabowo-Gibran ke kursi penguasa yang diidam-idamkannya. Apalagi, Jokowi tetap bisa memiliki akses ke Istana Negara lantaran putra sulungnya, Gibran, bakal mendampingi Prabowo.
Menurut Analis Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak, Jokowi bakal diistimewakan oleh Prabowo. Kemungkinan orang-orang Jokowi bakal mendapatkan posisi-posisi strategis dalam pemerintahan Prabowo-Gibran.
"Jadi, dia tetap berpengaruh meskipun hanya di belakang layar. Namun, saya yakin tidak sampai mengendalikan Prabowo. Presiden terpilih, biar bagaimanapun, memiliki kewenangan konstitusional yang besar," ucap Zaki kepada Optika.id, Senin (19/2/2024).
Tak hanya itu, usai meletakkan mahkota kepresidenannya, Zaki menilai jika Jokowi akan berusaha memperbaiki hubungannya dengan PDIP. Dia menduga bahwa Jokowi akan berusaha sekeras mungkin mengendalikan partai berlambang banteng tersebut. Adapun indikasi itu menguat lantaran Jokowi sempat melakukan manuvernya untuk rujuk kembali dengan sang Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
"Dalam waktu dekat, saya membaca dia (Jokowi) akan melobi Megawati untuk diberikan posisi terhormat di partai itu. Secara formal, Jokowi kan masih anggota PDI-P hingga hari ini," ujar Zaki.
Selain tetap menjaga pengaruhnya di PDIP, Jokowi, ujar Zaki, bakal berupaya untuk membangun dinasti politiknya di parpol-parpol lain. misalnya, langkah Jokowi yang menempatkan putra bungsunya, Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Selain itu, imbuh Zaki, kemungkinan lainnya adalah Jokowi menanamkan pengaruh pada menantunya, Bobby Nasution di Partai Golkar.
"Entah itu sebagai sekjen atau posisi penting lainnya. Jokowi juga akan menaruh orangnya di Gerindra. Tetapi, kita tunggu siapa yang akan dipasang di sana," jelas Zaki.
Kemudian, pada sisa masa jabatannya, Zaki memprediksi Jokowi akan rajin membagikan gula-gula ke para petinggi partai. Termasuk di antaranya merayu Puan Maharani untuk menjadi bagian dari pemerintahan Prabowo-Gibran. Hal itu dilakukan tak lain tak bukan adalah demi memuluskan skenario gurita dinasti politik Jokowi.
Baca Juga: Meneropong Pilkada Sidoarjo: Ujian Kepercayaan Publik
"Jika skenario itu berjalan, dinasti Jokowi akan menjadi salah satu kekuatan baru yang berpengaruh secara nasional. Tetapi, tentu saja ini tidak mudah karena resistensi publik atas politik dinasti tampaknya akan semakin menguat ke depannya," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Gibran Hanya Jadi Ban Serep Prabowo?
Berbeda dengan Zaki, Guru Besar Ilmu Politik Universitas Padjajaran (Unpad), Muradi, menilai bahwa sekalipun Jokowi sukses mengamankan posisi wakil presiden untuk anaknya, Gibran, namun bulan madu antara rezim Jokowi dan Prabowo tidak akan berlangsung lama.
"Jadi, delapan bulan lagi, Pak Jokowi akan kehilangan cengkeraman pada kekuasan. Dia tidak akan punya efek apa pun untuk di pemerintahan 2024. Seseorang yang punya power akan cenderung mengganggap orang lain bukan siapa-siapa," kata Muradi.
Sebagai pendamping Prabowo, ucap Muradi, eksistensi Gibran dinilai tidak akan berpengaruh banyak. Pasalnya, jabatan wakil presiden hanya sebagai ban serep presiden saja.
"Saya lihat, dalam seminggu ini, orang-orang akan lebih mendatangi Prabowo ketimbang Jokowi," ungkap Muradi.
Baca Juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!
Lebih lanjut, Muradi merasa pesimis Jokowi bisa rujuk kembali dengan Megawati serta diberikan posisi terhormat di PDIP jika melihat berbagai maneuver yang dilakukan olehnya. Bahkan, Muradi menerka jika Jokowi akan berlabuh di parpol lainnya di luar PDIP demi menjaga pengaruh politiknya agar tidak pudar.
"Ibu Megawati itu memiliki prinsip yang sulit ditawar setelah mengalami pengkhianatan. Jadi, kemungkinan dia akan bernegosiasi dengan Pak Prabowo untuk jadi petinggi Gerindra. Struktur di Gerindra itu kan ketua dewan pembina Prabowo dan ketua umum juga Prabowo. Nanti bisa saja ketua umumnya Jokowi dan ketua dewan pembina itu Prabowo atau sebaliknya," ucap Muradi.
Meskipun Prabowo-Gibran telah berkuasa, Muradi menyebut jika langkah Jokowi untuk memperkuat dinasti politiknya tidak akan mudah. Kubu Jokowi akan memberikan perlawanan sengit dari kekuatan oposisi seperti PDIP dan parpol-parpol pengusung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Di sisi lain, resistensi masyarakat sipil juga menguat lantaran protes mereka diabaikan oleh Jokowi ketika berkuasa.
"Eskalasi ini akan menunggu sejauh mana respons negara. Kalau negara kemudian tidak membuat kebijakan yang sifatnya tidak menenangkan, saya kira, ini akan menjadi bola salju yang menggelinding dalam proses politik ke depan," jelas Muradi.
Editor : Pahlevi