1 Syawal Potensi Berbeda, Kemenag Harap Masyarakat Biasa Saja

author Danny

- Pewarta

Jumat, 08 Mar 2024 19:18 WIB

1 Syawal Potensi Berbeda, Kemenag Harap Masyarakat Biasa Saja

Jakarta (optika.id) - Indonesia dihadapkan pada kemungkinan tidak seragamnya awal puasaRamadan 1445 Hijriah/2024 Masehi. Juru Bicara Kementerian Agama (Kemenag) Anna Hasbie menegaskan masyarakat untuk menghormati beragam pilihan dan keyakinan dalam menentukan awal puasa, memajukan sikap saling pengertian dan toleransi.

"Sikap saling menghormati perlu dikedepankan dalam menyikapi perbedaan-perbedaan," ujar Anna dikutip dari Antara, Jumat (8/3/2024).

Baca Juga: Kemenag Tegaskan Komitmen Pemerintah Dukung Qari dan Qariah di Ajang Internasional

Dalam lanskap keberagamaan Indonesia, awal Ramadan 1445 H berpotensi diawali pada tanggal yang berbeda-beda.

Sebagian besar umat Islam di negeri ini akan memulai puasa pada 11 atau 12 Maret 2024.

Sementara itu, Majelis Tarjih Pengurus Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan jatuh pada 11 Maret, berbeda dengan pemerintah yang akan menggelar sidang isbat pada 10 Maret untuk menentukan tanggal pastinya.

"Sidang akan memutuskan apakah puasa Ramadan tahun ini akan dimulai pada 11 atau 12 Maret," lanjutnya.

Baca Juga: Viral, Non Muslim Elia Myron Minta Kementerian Agama Reformasi Al Quran

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, termasuk ilmu astronomi, Kemenag mendorong pembukaan ruang dialog dan diskusi terkait penentuan awal Ramadhan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pendekatan ilmiah seperti hisab dan rukyatul hilal diperkenalkan sebagai metode empiris yang dapat menjembatani perbedaan pandangan.

"Kemenag terus membuka ruang dialog dan diskusi terkait penentuan awal Ramadan. Dari situ diharapkan akan terjadi proses tukar informasi dan pemahaman terkait pilihan dalam mengawali puasa Ramadan," jelasnya.

Baca Juga: Kantor Kemenag Karangasem Raih Penghargaan Pelayanan Publik dari Kementerian PAN RB

Kemenag menekankan bahwa perbedaan dalam menentukan awal puasa Ramadan tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan, melainkan kesempatan untuk bertukar informasi dan pemahaman.

Muhammadiyah, misalnya, menggunakan argumentasi hisab wujudul hilal, sementara pemerintah mengandalkan hisab dan konfirmasi rukyatul hilal. Diskusi dan pemahaman terbuka diharapkan dapat memperkaya wawasan keberagamaan.

"Bagaimana argumentasi awal Ramadan 1445 H pada 7 Maret atau 10 Maret? Kita bisa diskusikan agar bisa saling memberikan pemahaman," kata Anna.

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU